KETERAMPILAN MEMBACA
Oleh :
MUH. HARJUM NURDIN
(1351040007)
Kelas : A (Pendidikan)
PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA
INDONESIA
FAKULTAS BAHASA DAN SASTRA
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2014-2015
BAB
SATU
Tinjauan
Umum
A.
Pengertian
Batasan Membaca
Membaca adalah suatu proses yang
dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan, yang hendak
disampaikan oleh penulis melalui media kata-kata/bahasa tulis. Kalau hal ini
tidak terpenuhi, pesan yang tersurat dan yang tersirat tidak akan tertangkap
atau dipahami, dan proses membaca itu tidak terlaksana dengan baik (Hodgson
1960 : 43 – 44). Dari segi linguistik, membaca adalah suatu proses penyandian
kembali dan pembacaan sandi (a recording
and decoding proses), berlainan dengan berbicara dan menulis yang justru
melibatkan penyandian (encoding).
Sebuah aspek pembacaan sandi (decoding) adalah
menghubungkan kata-kata tulis (written
word) dengan makna bahasa lisan (oral
language meaning) yang mencakup pengubahan tulisan/cetakan menjadi bunyi
yang bermakna (Anderson 1972 : 209 – 210).
B.
Tujuan
Membaca
Tujuan
utama dalam membaca adalah untuk mencari serta memperoleh informasi, mencakup
isi, memahamimakna bacaan. Berikut beberapa yang penting tujuan membaca:
a. Membaca
untuk memperoleh perincian-perincian atau fakta-fakta.
b. Membaca
untuk memperoleh ide-ide utama.
c. Membaca
untuk mengetahuai urutan atau susunan organisasi cerita.
d. Membaca
untuk menyimpulkan, membaca inferensi.
e. Membaca
untuk mengelompokkan, membaca untuk mengklasifikasikan.
f. Membaca
menilai, membaca mengevaluasi.
g. Membaca
untuk memeperbandingkan atau mempertentangkan.
C.
Membaca
sebagai Suatu Keterampilan
Keterampilan
membaca mencakup tiga komponen, yaitu:
a. Pengenalan
terhadap aksara serta tanda-tanda baca.
b. Korelasi
aksara beserta tanda-tanda baca dengan unsur-unsur linguistik yang formal.
c. Hubungan
lebih lanjut dari A dan B dengan makna atau meaning.
D.
Aspek-aspek
Membaca
Secara
garis besar, ada dua aspek penting dalam membaca, yaitu:
a. Keterampilan
bersifat mekanis yang dapat dianggap berada pada urutan yang lebih rendah.
b. Keterampilan
bersifat pemahaman yang dapat dianggap berada pada urutan yang paling tinggi.
E.
Mengembangkan
Keterampilan Membaca
Usaha
yang dapat dilaksanakan untuk meningkatkan keterampilan membaca itu, antara
lain:
a. Guru
dapat menolong para pelajar memperbanyak atau memperkaya kosakata mereka dengan
jalan-jalan.
b. Guru
dapat dapat membantu para pelajar untuk memahami makna struktur-struktur kata,
kalimat, dan sebagainya.
c. Guru
dapat memberikan serta menjelaskan kawasan atau pengertian kiasan, sindiran,
ungkapan, pepatah, peribahasa, dan lain-lain dlam bahasa daerah atau bahasa ibu
parah pelajar.
d. Guru
dapat menjamin serta memastikan pemahaman para pelajar dengan berbagai cara.
e. Guru
dapat meningkatkan kecepatan membaca para pelajar.
F.
Tahap-tahap
Perkembangan Pelajar
Tahap-tahap
dalam pengajaran dan pelajaran membaca, yaitu:
Tahap I
Para pelajar disuruh membaca bahan yang telah mereka
pelajari, mengucapkannya dengan baik atau bahan yang telah mereka ingat. Pada
tahap-thap permulaan, kata-kata atau kelompok kata dari bacaan dapat
ditempatkan pada kartu-kartu demi penggunaan yang lebih praktis atau efisien.
Tahap II
Para pelajar dibimbing serta dibantu dalam membaca
bahan yang baru disusun yang mengandung unssur-unsur yang sudah biasa bagi
mereka.
Tahap III
Para pelajar mulai membaca bhan yang berisi sejumlah
kata dan struktur yang masih asing bagi mereka.
Tahap IV
Beberapa spesiaalis dalam bidang membaca
menganjurkan penggunaan teks-teks sastra yang telah disederhanakan atau
majalah-majalah sebagai bacaan pada tahap ini.
Tahap V
Bahan bacaan tidak dibatasi. Seluruh dunia buku
terbuka bagi pelajar.
Dalam mengajar membaca membaca pada tahap III dan
tahap IV, guru kan melihat betapa perlunya untuk:
a. Membagi
bacaan buat hari itu menjadi dua atau tiga sesi.
b. Memberi
motivasi terhadap bacaan.
c. Menyatakan
maksud dan tujuan membaca.
d. Menjelaskan
kesukaran dalam bagian pertama.
e. Membaca
paragraf. Guru dapat mempergunakan teknik A atau teknik B.
Teknik A
Bacalah
setiap baris dengan nyaring, dalam kelompok-kelompok pikiran normal yang logis
dan wajar.ajukan pertanyaan-pertanyaan sederhana untuk setiap baris.
Teknik B
Bacalah seluruh bagian itu dengan nyaring. Kemudian suruh
para pelajar membacanya dalam hati.
Menghasilkansebuah rangkuman yang lengkap dari
bacaaan pada hari itu.
Melibatkan seluruh kelas dalam kegiatan-kegiatan
yang saling berhubungan.
Memberi tugas membaca paragraf di rumah sebagai
bahan studi mereka.
(Finocchiara
and Bonomo, 1973L125-127)
BAB
DUA
MEMBACA
NYARING
A. PENGERTIAN
Ditinjau
dari segi terdengar atau tidaknya suara pembaca waktu dia membaca, proses
membaca dapat dibagi atas:
1.
Membaca nyaring, membaca bersuara, dan
membaa lisan.
2.
Membaca dalam hati.
Pada
membaca dalam hati, kita hanya mempergunakan ingatan visual (visual memory). Dalam hal ini, yang
aktif adalah mata nyaring (pandangan; penglihatan) dan ingatan. Sedangkan pada
membaca nyaring, selain penglihatan dan ingatan, juga turut aktif auditory memory( ingatan pendengaran)
dan motor memory (ingatan yang
bersangkut paut dengan otot-otot kita). (Moulton 1970 : 15).
Membaca nyaring adalah suatu aktivitas
atau kegiatan yang merupakan alat bagi guru, murid, ataupun pembaca
bersama-sama dengan orang lain atau pendengar untuk menangkap serta memahami
informasi, pikiran, dan perasaan seseorang pengarang. Membaca nyaring yang baik
menuntut agar pembaca agar pembaca memiliki kecepatan mata yang tinggi serta
pandangan mata yang jauh, karena dia haruslah melihat pada bahan bacaan untuk
memelihara kontak mata dengan pendengar.
Kegiatan lisan ini memang sangat bermanfaat
bagi anak-anak kalau maksud serta tujuan membaca nyaring itu diarahkan
benar-benar serta berguna bagi mereka. Dalam kegiatan ini, menyimak tidak dapat
dikesampingkan, dan maksud serta tujuan penyimakan adalah memahami yang
dibacakan orang. Membaca nyaring adalah sebuah pendekatan yang dapat memuaskan
serta memenuhi berbagai ragam tujuan serta mengembangkan sejumlah keterampilan
serta minat . Oleh karena itu, dalam mengajarkan keterampilan-keterampilan
membaca nyaring, guru harus memahami proses komunikasi dua arah. Lingkaran komunikasi
belumlah lengkap kalau pendengar belum memberi tanggapan secukupnya terhadap
pikiran atau perasaan yang dieksperesikan oleh pembaca. Memang tanggapan
tersebut mungkin hanya dalm hati, tetapi bersifat apresiatif, mempunyai nilai
apresiasi yang tinggi (Dawson (et al) 1963 : 215 – 216).
Demikianlah, nyata kepada kita
bahwa membaca nyaring merupakan suatu keterampilan yang serba rumit, kompleks,
dan banyak seluk beluknya. Pertama- tama, pengertian terhadap aksara diatas
halaman kertas dan sebagainya, kemudian memproduksikan suara yang tepat dan
bermakna. Oleh karena itu, khusus dalam pengarjaran bahasa asing, aktivitas
membaca nyaring lebih dekat atau lebih ditujukan pada ucapan ( Pronounciation)
daripada ke pamahamn (Comprehension). Mengingat hal tersebut, bahan bacaan
haruslah dipilih yang mengandung isi dan bahasa yang relatif mudah dipahami
(Brougthon (et al) 1978: 91).
Agaknya, sukar dibantah bahwa
membaca adalah sumber utama bagi ilmu pengetahuan. Walaupun harus diakui bahwa
membaca itu sangat bermanfaat, tetapi sangat disayangkan bahwa masih terdapat
juga apa yang disebut’’poor readers’’ (pembaca yang bermutu rendah) pada
profesi-profesi intlektual yang sangat tinggi sekalipun.
Diawal, telah diutarakan mengenai
pengertian serta manfaat membaca nyaring. Kalau kita perhatikan dalam kehidupan
sehari-hari,kita harus sadar serta mengakui bahwa sebenarnya kegunaan
keterampilan membaca nyaring memang sangat terbatas. Sesungguhnya, sedikit
orang yang terlibat atau dituntut untuk membaca nyaring sebagai kegiatan rutin
setiap hari, seperti penyiar radio, pembicara televisi, pendeta, pastor, ulama,
atau aktor. Demikianlah, dari seegi mayoritas, kegunaan atau kepentingannya
memang terbatas benar- benar. (Broughton (et al) 1978 : 92).
B. KETERAMPILAN- KETERAMPILAN YANG
DITUNTUT DALAM MEMBACA NYARING
Daftar
keterampilan berikut ini sangat menolong para guru dalam menjalankan tugasnya
untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan dalam membaca nyaring.
Kelas I:
1.
Mempergunakan ucapan yang tepat;
2.
Mempergunakan frase yang tepat (bukan
kata demi kata);
3.
Mempergunakan intonasi suara yang wajar
agar makna mudah terpahami;
4.
Memiliki perawakan dan sikap yang baik
serta merawat buku dengan baik;
5.
Menguasai tanda-tanda baca sederhana,
seperti;
Titik
(.),dan Koma (,), tanda tanya (?), tanda
seru (!).
Kelas II:
1.
Membaca dengan terang dan jelas;
2.
Membaca dengan penuh perasaan, ekspresi;
3.
Membaca tanpa tertegun-tegun, tanpa
terbata-bata.
Kelas III:
1. Membaca
dengan penuh perasaan, ekspresi;
2. Mengerti
serta memahami bahan bacaan.
Kelas IV:
1.
Memahami bahan bacaan pada tingkat
dasar;
2.
Kecepatan mata dan suara : 3 patah kata
dalam satu detik.
Kelas
V:
1. Membaca
dengan pemahaman dan perasaan;
2. Aneka
kecepatan membaca nyaring bergantung pada bahan bacaan;
3. Dapat
membaca tanpa terus-menerus melihat pada bahan bacaan.
Kelas VI:
1. Membaca
nyaring dengan penuh perasaan atau ekspresi;
2. Membaca
dengan penuh kepercayaan (pada diri sendiri) dan mempergunakan frase atau
susunan kata yang tepat.
C. PENINGKATAN KETERAMPILAN MEMBACA
NYARING
Seorang
pembaca nyaring yang baik biasanya berhasrat sekali menyampaikan sesuatu yang
penting kepada para pendengarnya. Sesuatu yang penting tersebut dapat berupa
informasi yang baru, sesuatu pengalaman yang berharga, uraian yang jelas,
karakter yang menarik hati, sekelumit humor yang segar, atau sebait puisi.
Agar dapat membaca nyaring dengan baik,
sang pembaca haruslah menguasai keterampilan-keterampilan persepsi (penglihatan
dan daya tanggap) sehingga dia mengenal/memahami kata-kata dengan cepat dan
tepat. Untuk membantu para pendegar menangkap serta memahami maksud pengarang,
pembaca biasanya mempergunakan berbagai cara, antara lain:
1. Dia
menyoroti ide-ide baru dengan mempergunakan penekanan yang jelas;
2. Dia
menjelaskan perubahan dari satu ide ke ide lainya;
3. Dia
menerangkan kesatuan-kesatuan kata-kata yang tepat dan baik;
4. Menghubungkan
ide-ide yang bertautan dengan jalan menjaga suaranya agar tinggi sampai akhir
dan tujuan tercapai;
5. Menjelaskan
klimaks-klimaks dengan gaya dan daya ekspresi yang baik dan tepat.
Sumber
Tarigan,
Henri Guntur. 1979. Membaca Sebagai Suatu
Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.
BAB
TIGA
MEMBACA
DALAM HATI
A. Pengantar
Pada
saat membaca dalam hati, kita harus menggunakan ingatan visual (visual memory),
yang melibatkan pengaktifan mata dan ingatan. Tujuan utama membaca dalam hati
(silent reading) adalah untuk memperoleh informasi. Berdasrkan konsep bahwa
setiap anak, setiap orang harus tahu mencari sendiri, memilih snediri, melangkah
sendiri, maju sendiri, program membaca perorangan ini merupakan satu bagian
dari program keseluruhan yang mungkin mencakup program dasar pengajaran
perorangan dan pendekatan pengalaman bahasa (Barbe and Abbott, 1974:23). Progam
membaca perorangan menganut suatu falsafah yang megatakan “You learn to read by
reading” atau “Anda belajar membaca dengan (jalan) membaca”. (Barbe and Abbott,
1975:26).
Dalam
garis besarnya, membaca dalam hati dapat dibagi atas membaca ekstensif dan
membaca intensif.
B. Membaca
Ekstensif
Membaca
ekstensif berarti membaca secara luas objeknya meliputi sebanyak mungkin teks
dalam waktu yang sesingkat mungkin. Membaca ekstensif ini meliputi pula:
1. Membaca
survei (survey reading)
Sebelum
kita mulai membaca, kita mensurvei bahan bacaan yang akan dipelajari, yang akan
ditelaah dengan jalan:
a) Memeriksa,
meneliti indeks-indeks, daftar kata-kata yang terdapat dalam buku-buku,
b) Melihat-lihat,
memeriksa, meneliti judul-judul bab yang terdapat dalam buku-buku yang
bersangkutan, dan
c) Memeriksa,
meneliti bagan, skema, outline buku yang bersangkutan.
2. Membaca
sekilas (skimming)
Membaca
sekilas atau skimming adalah sejenis membaca yang membuat mata kita bergerak
dengan cepat melihat, memerhatikan bahan tertulis untuk mecari serta
mendapatkan informasi dan penerangan.ada tiga tujuan utama dalam membaca
sekilas, yaitu:
a) Memperoleh
kesan umum
Bila
kita ingi memperoleh suatu kesan umum dari seesuatu buku nonfiksi kita dapat
mempelajari sifat hakikat dan jangkauan buku tersebut, susunan atau
organisasinya, dan sikap umum penulis serta pendekatannya terhadap bahan atau
subjek pembicaraan. Kita dapat memperoleh kesan umum dari suatu novel dengan
jalan mengadakan pandangan sekilas serta menaruh perhatian tertentu pada bagian
tertentu sambil jalan. Kita dapat membaca sekilas pada artikel dalam majalah
atau rencana dalam surat kabar dengan cara membaca pertama kali paragraf awal
dan paragraf akhir.
b) Menemukan
hal tertentu
Petunjuk-petunjuk
berikut ini dapat menolong kita dalam usaha mendapatkan informasi yang tepat
dan cepat.
1) Tentukan
dengan jelas hal/fakta apa ynag hendak dicari/sediakan pertanyaan yang akan
dijawab.
2) Siapkan/ingat
kata atau kata-kata yang paling tepat dipakai untuk menunjuk hal itu.
3) Bila
kita mencari informasi dalam suatu buku, baik kita melihat apakah kata atau
detail tersebut dicantum dalam ineks. Kalau tidaka ada, carilah dibawah subjek
yang lebih luas yang mungkin mencakup bahan atau subjek tersebut.
4) Liriklah
setiap halaman dengan cepat hanya umtuk mencari kata atau detail yang
diinginkan.
c) Menemukan
bahan dalam perpustakaan
Bila
kita menemukan sebuah kata yang mungkin berguna, selanjutnya lihatlah pada
daftar isi dan daftar kata-kata untuk menemukan/menentukan apakah buku tersebut
memuat hal-hal yang kita kehendaki. Liriklah halaman demi halaman dengan cepat
mencari bahan yang ada sangkut pautnyadengan cara membaca sekilas, ubahlah cara
membaca kita. Bacalah bahan itu dengan teliti, catatlah hal-hal yang penting
serta fakta-fakta penunjang.
3. Membaca
dangkal
Membaca dangkal atau
superficial reading pada dasarnya berttujuan memperoleh pemahaman yang dangkal
yang bersifat luaran, yang tidak mendalam dari suatu bahan bacaan. Membaca
spesifik/superficial ini biasanya dilakukan bila kita membaca demi kesenangan,
membaca bacaan ringan yang mendatangkan kebahagiaan.
C. Membaca
Intensif
Membaca
intensir atau intensive reading adalah stidi saksama telaah teliti, dan
penanganan terprinci yang dilaksanakan di dalam kelas terhadap suatu tugas yang
pendek kira-kira dua sampai empat halaman setiah hari. Kuesioner, latihan
pola-pola kalimat, latihan kosakata, telaah kata-kata, dikte, dan diskusi umum
merupakan bagian dan teknik membaca intensif. Yang termasuk ke dalam kelompok
membaca intensif ini, ialah:
1. Membaca
telaah isi (content study reading), dan
2. Membaca
telaah bahasa (linguistik studi reading).
Tujuan
utama membaca intensif adalah untuk memperoleg sukses dalam pemahaman penuh
terhadap argument-argument yang logis, urutan-urutan retoris atau pola-pola
teks, pola-pola simbolisnya; nada-nada tambahan yang bersifat emosional dan
sosial, pola-pola sikap dan tujuan sang pengarang, serta saran-ssaran
linguisstik yang dipergunakan untuk mencapai tujuan.
D. Membaca
yang Dituntut pada Membaca dalam Hati
Keterampilan
yang dituntut pada setiap sekolah dasar khusus pada membaca dalam hati agar
tujuan dapat dicapai.
o Kelas
I
1. Membaca
tanpa bersuara, tanpa gerakan-gerakan bibir, dan tnapa berisik;
2. Membaca
tanpa gerakan-gerakan kepal.
o Kelas
II
1. Membaca
tanpa gerakan bibir atau kepala;
2. Membaca
lebih cepat secara dalam hati daripada secara bersuara.
o Kelas
III
1. Memahami
dlaam hatitanpa menunjuk-nunjuk dengan jari, tanpa gerakan bibir;
2. Memahami
bahan bacaan yang dibaca secara diam atau seraca dalam hati;
3. Lebuh
cepat membaca dalam hati daripada membaca bersuara.
o Kelas
IV
1. Mengerti
serta memahami bahan bacaan pada tingkat dasar;
2. Kecepatan
mata membaca tiga kata per detik.
o Kelas
V
1. Membaca
dlam hati jauh lebih cepat daripada membaca bersuara;
2. Membaca
dengan pemahaman yang baik;
3. Membaca
tanpa gerakan-gerakan bibir atau kepala atau menunjuk-nunjuk dengan jari
tangan;
4. Menikmati
bahan bacaan yng dibaca dalam hati itu; senang membaca dalam hati.
o Kelas
VI
1. Membaca
tanpa gerakan bibir; tanpa komat-kamit;
2. Dapat
menyesuaikan kecepatan membaca dengan tingkat kesukaran yang terdapat dalam
bahan bacaan;
3. Dapat
membaca 180 patah kata dalam satu menit pada bacaan fiksi pada tingkat dasar.
(Barbe and Abbott,
1975:156-167)
BAB
EMPAT
MEMBACA
TELAAH ISI
A. Membaca Teliti
Sama
pengertiannya dengan membaca sekilas,
kita acap kali perlu membaca dengan teliti bahan-bahan yang kita sukai.
Jenis membaca telitti ini menurut suatu pertukaran atau pembalikan pendidikan
yang menyeluruh. Membaca teliti membutuhkan sejumlah keterampilan, antara lain:
(1)survei yang cepat untuk memperhatikan / melihat organisasi dan pendekatan
umum; (2)membaca secara seksama dan membaca ulang paragraf-paragraf untuk
menemukan kalimat-kalimat judul dan perincian-parincian penting; (3) penemuan
hubungan setiap paragraf dengan keseluruhan tulisan atau artikel.
1.
Membaca
paragraf dengan pengertian
Suatu paragraf yang tertulis rapi
biasanya mengandung sebuah pikiran pokok (atau central thought). Kadang-kadang,
kata pikiran pokok tersebut diekspresikan dalam suatu kalimat judul (atau topic
sentence) pada awal paragraf. Perlu diketahui bahwa terdapat sejumlah cara untuk mengembangkan
pikiran pokok suatu paragraf, antara lain: (a)dengan mengemukakan
alasan-alasan; (b) dengan mengutarakan perincian-perincian ; (c) dengan
mengetengahkan satu atau lebih contoh; (d) dengan mempertentangkan dua hal.
2.
Membaca
pilihan yang lebih panjang
Kemampuan untuk
menghubung-hubungkan paragraf-paragraf tunggal dan kelompok-kelompok paragraf
dengan penggalan keseluruhan tulisan sangat penting dalam membaca teliti
begitupun kemampuan untuk membeda-bedakan, antara paragraf yang memuat ide-ide
dan menerangkan ide-ide pada paragraf
terdahulu.
3.
Membuat
catatan
Sebagai tambahan untuk nilai itu
sendiri, proses aktual pembuatan catatan tersebut akan membantu kita dalam tiga
hal pentingyaitu: (a) mnolong kita untuk memahami apa yang kita baca atau kita dengar; (b) membuat kita
terus-menerus mencari fakta-fakta dan ide-ide yang penting; (c) membantu
ingatan kita. Mencatat fakta-fakta serta ide yang penting akan menanamkan kesan
yang mendalam pada ingatan kita.
4.
Dalam
kelas
Dalam situasi seperti itu, perlu
diperhatikan hal-hal berikut yang dapat menolong Anda membuat catatan yang
bermanfaat. (a) Jangan berusaha mencatat atau merekam segala sesuatu yang
dikatakan oleh guru; (b) dengarkanlah benar-benar isyarat yang diberikan oleh
guru; (c) usahakan memperoleh bahan yang terlewat dari siapa saja; (d) secepat
mungkin perhatikan kembali catatan untuk memasukkan fakta dan ide.
5.
Menelaah
tugas
Agar pelajaran yang telah dibarikan
mantap serta lebih dipahami maka guru biasanya memberikan tugas dan agar siswa
mampu menelaah tugas mereka dibiasakan dengan cara studi SQ3R. Perlu dijelaskan
bahwa SQ3R adalah suatu metode studiyan g mencakup lima tahap: survey,
question, read, recite, review.
6.
Membaca
Pemahaman
Membaca pemahaman (reading for
understanding) yang dimaksud disini adalah sejenis bacaan yang bertujuan untuk
memahami: (1) standar-standar atau norma-norma kesastraan; (2) resensi kritis;
(3) drama tulis; dan (4) pola-pola fiksi.
7.
Membaca
Kritis
Kemampuan membaca pemahaman
merupakan dasar dari membaca kritis . membaca kritis adalah sejenis membaca
yang dilakukan secara bijaksana, penuh tenggang hati, mendalam, evaluatuf,
serta analitis, dan bukan hanya menvari kesalahan. Manfaat yang dapat dipetik
dari membaca kritis ialah: Pertama, haruslah dipahami benar-benar bahwa
membaca kritis meliputi panggilan lebih mendalam di bawah permukaan. Kedua,
membaca kritis merupakan modal utama bagi para Mahasiswa untuk mendapatkan /
mencapai kesuksesan dalam studinya. Pada umumnya membaca kritis (membaca
interpretatif ataupun membaca kreatif) menuntut para pembaca agar: (1) memahami
maksud penulis; (2) memahami organisasi dasar tulis; (3) dapat menilai
penyajian penulis / pengarang; (4) dapat menerapkan prinsip-prinsip kritis pada
bacaan sehari-hari; (5) meningkatkan minat baca, kemampuan baca, dan berpikir
kritis; (6) memahami prinsip pemilihan bahan bacaan; (7) membaca majalah /
publikasi-publikasi periodik yang serius.
8.
Membaca
Ide
Yang dimaksud membaca ide adalah
sejenis kegiatan membaca yang ingin mencari, memperoleh, serta memenfaatkan ide-ide
yang terdapat pada bacaan. Lebih terperinci lagi. Agar dapat mencari serta
menemukan ide-ide yang terkandung dalam bacaan kita harus menjadi pembaca yang
baik atau a good reader. Berikut akan diperbincangkan apa yang disebut membaca
yang baik.
1.
Pembaca yan g baik tahu mengapa ia
membaca.
Syarat
pertama bagi setiap pembaca yang baik ialah bahwa ia tahu atau sadr mengapa ia
membaca. Dua hal maksud yang paling umum ialah : (1) mencari informasi; (2)
menikmati bacaan.
2.
Pembaca yang baik memahami apa yang dibacanya.
Syarat
kedua bagi setiap pembaca yang baik ialah memahami benar-benar apa yang
dibacanya. Pertama-tama hal ini menuntut perhatian atau konsentrasi dan suatu
kemampuan yang erat sekali berhubungan dengan maksud.
3.
Pembaca yang baik harus menguasai kecepatan
membaca.
Syarat
ketiga bagi setiap pembaca ialah memiliki ragam kecepatan membaca, dapat
menyesuaikan dengan sifat cetakan yang menuntut perhatiannya.
4.
Pembaca yang baik harus mengenal media
cetak.
Syarat
keempat yang harus dimiliki oleh pembaca yang baik ialah ia harus mengenal
bentuk-bentuk kontemporer media cetak,
yang melipiti: (a) papersbacks (buku saku, buku berjilid tipis, kulit kertas);
(b) media grafika (komik, kartun, foto, dan lain-lain); (c) majalah; (d) surat
kabar.
Dalam
bentuk kontemporer media cetak tersebut terpendan ide-ide kontemporer yang
dapat kita manfaatkan demi kemajuan hidup kita, merupakan sumber yang tidak
kunjung kering dengan bahan yang selalu segar.
Sumber
Tarigan,
Henri Guntur. 1979. Membaca Sebagai Suatu
Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.
BAB
LIMA
MEMBACA
TELAAH BAHASA
A. PENDAHULUAN
Pada
bab ini akan diperbincangkan satu jenis lagi membaca intensif, yaitu membaca telaah bahasa atau languagestudy reading. Pada hakikatnya,
segala sesuatu terlebih-lebih sesuatu yang kongret itu terdiri atas bentuk dan
isi, atau from and meaning,atas
jasmani dan rohani. Begitu pula dengan bacaan, yng terdiri atas isi (countent) dan bahasa (launguage).
Membaca
telaah bahasa mencakup pula: (1) Membaca bahasa (asing) atau (foreign) language reading; (2) Membaca sastra (literary reading)
Berikut ini kan
dibahas satu persatu.
B. MEMBACA BAHASA
Tujuan
utama pada membaca bahasa adalah:
a. Memperkaya
Daya Kata
Dalam kegiatan membaca bahasa untuk
memperbesar daya kata, ada beberapa hal yang harus kita ketahui, antara lain:
(1) Ragam-ragam bahasa; (2) Mempelajari
makna kata dari konteks; (3) Bagian-bagian kata; (4) enggunaan kamus; (5)
Makna-makna varian; (6) Idiom; (7) Sinonim dan antonim; (8) Konotasi dan
denotasi; dan (9) Derivasi.
b.
Mengembangkan Kosa kata kritik
Dalam upaya mengembangkan kosa kata
kritik ini, kita perlu mengetahui beberapa hal, antara lain: a) Bahasa kritikan
sastra; b) Memetik makna dari konteks; c) Petunjuk-petunjuk konteks;
C. MEMBACA SASTRA
Dalam Bab 5 subbab C ini, kita pusatkan
pada penggunaan bahasa dalam karya sastra. Apabila seorang pembaca dapat
memgenal serta mengerti seluk-beluk bahasa dalam suatu karya sastra, semakin
mudahlah dia memahami isinya serta menikmati keindahannya. Untuk ini paling
sedikit, seorang pembaca harus dapat membedakan bhasa ilmiah dan bahasa sastra;
dia harus mengenal serta memahami jenis-jenis gaya bahasa, figurative language, atau figurative
use of words.
1.
Bahasa Ilmiah dan Bahasa Sastra
Memperbincangkan
perbedaan penggunaan bahasa dalam karya
ilmiah dan karya sastra, kita pada adasarnya memperbincangkan seseorang masalah
konotasi dan denotasi dalam kegiatan menulis. Laporan-laporan penelitian dalam
bidang kimia dan fisika hampir seluruhnya tertulis dalam kata-kata denotatif,
karena laporan-laporan tersebut mengemukakan fakta, bukan perasaan. Sebaliknya
, kalau kita menulis cerita-cerita pendek, puisi, atau pidato untuk umum, kita
biasanya mempergunakan kata-kata konotatif, karena tulisan-tulisan seperti itu
acapkali menggarap hal-hal yang berhubungan dengan emosi dan nilai-nilai. Dapat
disimpulkan bahwa bahasa ilmiah, pada
umumnya bersifat denotatif; dan
bahasa sastrapada umumnya bersifat konotatif.
2.
Gaya Bahasa
Kekonotatifan
bahasa sastra melibatkan emosi-emosi dan nilai-nilai. Dalam membaca karya
sastra, kita harus terlebih dahulu dibekali dengan pengetahuan mengenai gaya
bahasa. Dengan pengenalan serta pemahaman sejumlah gaya bahasa, kita akan lebih
mantap lagi menikmati keindahan karya sastra tersebut.
Pembicaraan
mengenai gaya bahasa ini akan kita batasi pada hal-hal yang umum saja, antara
lain: a) Perbandingan, yang mencakup metafora, kesamaan, dari analogi; b)
Hubungan, yang mencakup metoninia, dan sinekdoke; c) Taraf pernyataan, yang mencakup
hiperbola, litotes, dan ironi (Perrin; 1968 : 350-3).
Walaupun
mungkin kita tidak menyadarinya, kita mempergunaan bahasa figuratif atau gaya
bahasa dalam percakapan setiap waktu. Praktis semua tulisan, karya-karya
referensi, karya-karya ilmiah, atau paper-paper kesarjanaan, mempergunakannya.
Apabila dipergunakan dengan tepat untuk membuat ekspresi kita lebih tepat,
lebih menarik hati, atau lebih efektif, gaya bahasa merupakan sumber daya yang
amat penting dalam menulis. Sebagai pembaca yang baik, kita harus memehaminya
benar-benar.
a.
Perbandingan
Gaya bahasa metafora, kesamaan, dan
analogi sama-sama membuat komparasi atau perbandingan, tetapi dengan cara-cara
yang berbeda.
a)
Metafora
adalah
sejenis gaya bahasa perbandingan yang paling singkat, padat, tersusun rapi. Di
dalamnya, terlibat dua ide: yang satu adalah suatu kenyataan dan, sesuatu yang
dipikirkan, yang menjadi objek; dan yang satu lagi merupakan perbandingan
terhadap kenyataan tadi; dan kita menggantikan yang belakangan ini menjadi yang
terdahulu tadi. Contoh:
“Nani
adalah gadis ramah tetapi sukar di dekati, sukar ditebak isi hatinya”.Diganti
dengan:“Nani jinak-jinak merpati”
b)
Kesamaanberbeda
dari metafora dalam hal: Kalau metafora menyatakan secara tidak langsung adanya
kesamaan antara dua hal, gaya bahasa kesamaan atau persamaan menyatakan serta
menegaskan bahwa yang satu sama dengan yang lain; biasanya mempergunakan
kata-kata sepertiatau sebagaidan sejenisnya. Suatu gaya bahasa
kesamaan adalah suatu komparasi antara dua hal atau benda yang pada dasarnya
tidak sama, tetapi mungkin saja secara menyolok sama dalam beberapa hal, yang
menjelaskan maksud utama penulis.
c)
Analogi,
agak
berlainan dengan metafora dan kesamaan, biasanya melihat beberapa titik
persamaan, bukan hanya satu saja.
b. Hubungan
Sinekdoke dan metonimia termasuk
gaya bahasa hubungan; kedua-duanya mengantikan nama sesuatu dengan yang lainnya
yang ada hubungannya. Sinekdoke memberikan
nama suatu bagian apabila yang dimaksud adalah keseluruhan; atau sebaliknya:
keseluruhan pengganti sebagian. Contoh; Berjuta-juta mulut harus diberi makan
oleh pemerintah.
c.
Pernyataan
Dari segi tarafnya, pernyataan ini
terbagi atas tiga jenis, yaitu:(1) Pernyataan yang berlebih-lebihan (overstatement; atau hiperbola); (2) Pernyataan yang dikecil-kecilkan (litotes); (3) Ironi.
Hiperbola
adalah sejenis gaya bahasa yang mengandung pernyataan yang berlebih-lebihan. Contoh:
Sepurnah
sekali, tiada kekurangan suatu apapun buat pengganti baik atau cantik.
Litotes,
kebalikan dari hiperbola, adalah sejenis gaya bahasa yang mengandung pernyataan
yang dikecil-kecilkan, dikurangi dari kenyataan yang sebenarnya, misalnya untuk
merendahkan diri. Contoh:
H.B.
Jassin bukan kritikus jalanan.
Ironi
adalah sejenis gaya bahasa yang mengimplikasikan (menyatakan secara tidak
langsung) sesuatu yang nyata berbeda, bahkan ada kalanya bertentangan dari apa
yang sebenarnya dikatakan itu. Contoh : Suatu
revolusi senantiasa dibedakan oleh ketidaksopansantunan, barangkali karena
penguasa tidak mau bersusah-susah dalam hal yang baik untuk mengajar
orang-orang sikap-sikap yang terpuji. (Perrin; 1968 : 353)
Sumber
Tarigan,
Henri Guntur. 1979. Membaca Sebagai Suatu
Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.
makasih kak harjum wkwkwwkkw
BalasHapus