Pages

Selasa, 21 April 2015

HAKIKAT PEMBELJARAN KOOPERATIF



HAKIKAT  PEMBELAJARAN  KOOPERATIF

A.                Pengertian Pembelajaran kooperatif
            Ada beberapa definisi tentang pembelajaran kooperatif yang di kemukakan oleh para ahli pendidikan. Cohen (1994:3) mendefinisikan  pembelajaran kooperatif sebagai berikut,
Cooperatif learning will be defined as student working together in a group small enought that everyone participate on a colective task that has been clearly assingn. Moreover, student are expected to carry out their task without direct and immediate supervision of the teacher.
            Definisi yang dikemukakan oleh Cohen disamping memiliki pengertian luas yang meliputi belajar kooperatif (cooperative learning), dan kerja kelompok (group work), juga menunjukkan ciri sosiologi yaitu penekanannya pada aspek tugas-tugas kolektif yang harus dikerjakan bersama dan kelompok.Guru berperan dalam membimbing siswa menyelesaikan materi atau tugas.
            Slavin (1995:5) mendefinisikan belajar kooperatif sebagai berikut “cooperative learning methods share the idea that students work together to learn and are responsible for their teammates learning as well as their own”. Definisi ini mengandung pengertian bahwa dalam belajar kooperatif siswa belajar bersama, saling menyumbang pemikiran dan bertanggungjawab terhadap pencapaian hasil belajar secara individu maupun kelompok.
            Sementara itu, Artzt dan Newman (1990:448) memberikan definisi belajar kooperatif sebagai berikut :”cooperative learning is an approach that involves a small group of learners working together as a team to solve a problem, complete atask, or accomplish a common goal”. Menurut pengertian definisi ini,belajar kooperatif adalah suatu pendekatan yang mencakup kelompok kecil dari siswa yang bekerja sama sebagai suatu tim untuk memecahkan suatu masalah, menyelesaikan suatu tugas, atau menyelesaikan suatu tujuan bersama.
            Davidson dan Kroll (1991:262) mendefinisikan belajar kooperatif adalah kegiatan yang berlangsung di lingkungan belajar siswa dalam kelompok kecil yang berbagi suatu ide-ide dan bekerja secara kolaboratif untuk memecahkan suatu masalah-masalah yang ada dalam tugas mereka.
            Cooper (1999) dan Heinich (2002) menjelaskan bahwa pembelajaran kooperatif sebagai metode pembelajaran yang sistematis dan terstruktur dimana yang melibatkan kelompok-kelompok kecil heterogen dan siswa bekerjasama untuk mencapai tujuan dan tugas akademik bersama serta melatih keterampilan kolaboratif dan sosial.
Berdasarkan beberapa definisi di atas dapat dikatakan bahwa belajar kooperatif mendasarkan pada suatu ide bahwa siswa bekerja sama dalam belajar kelompok yang heterogen dan sekaligus masing-masing bertanggung jawab pada aktifitas belajar anggota kelompoknya, sehingga seluruh anggota kelompoknya dapat menguasai materi pelajaran dengan baik.
            Dalam belajar kooperatif, kelompok belajar yang mencapai hasil belajar maksimal diberikan penghargaan. Pemberian penghargaan ini adalah untuk merangsang munculnya dan meningkatkan motivasi siswa dalam belajar. Slavin (1995: 16) menyatakan bahwa pandangan teori motivasi pada belajar kooperatif terutama difokuskan pada penghargaan atau struktur-struktur tujuan dimana siswa beraktivitas.
B.     Tujuan Pembelajaran Kooperatif
Pengembangan pembelajaran kooperatif bertujuan untuk mencapai hasil belajar, penerimaan terhadap keragaman, dan pengembangan keterampilan sosial. Masing-masing tujuan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
1.      Pencapaian Hasil Belajar
Ada beberapa dugaan tantang faktor yang menyebabkan lebih tingginya prestasi akdemik dalam metode pembelajaran kooperatif jika dibandingkan dengan metode lainnya. Dari perspektif perkembangan metode pembelajaran kooperatif, pengaruh pembelajaran kooperatif pada prestasi siswa sebagian besar disebabkan oleh penggunaan tugas terstruktur.
Dalam pandangan ini kesempatan bagi siswa untuk berdiskusi, berdebat, mengemukakan pendapat dan mendengarkan pendapat orang lain merupakan unsur penting dari pembelajaran kooperatif yang menyebabkan meningkatnya prestasi akademik. Dalam kegiatan tersebut siswa lebih banyak dirangsang dengan membaca, mendengar, dan berdiskusi. Informasi yang diulang-ulang dengan bantuan teman dengan bahasa yang mudah dipahami dapat menyebabkan siswa banyak terlibat dalam penerimaan informasi.
2.      Penerimaan Terhadap Perbedaan Individu
Metode pembelajaran Cooperative Learning memberi peluang kepada siswa yang berbeda latar belakang dalam kondisi untuk saling bekerja, saling bergantung satu sama lain atas tugas-tugas bersama, dan melalui penggunaan struktur penghargaan kooperatif dan belajar untuk menghargai satu sama lain.
Maka, untuk dapat merealisasikan hal tersebut dalam metode Cooperative Learning dibentuk kelompok kooperatif yang heterogen, yang berfungsi untuk penerimaan yang luas terhadap orang yang berbeda ras, budaya, kelas sosial, kemampuan, maupun ketidak mampuan.
3.      Pengembangan Keterampilan Sosial
Tujuan penting ketiga dari pembelajaran kooperatif ialah untuk mengajarkan kepada siswa keterampilan kerja sama dan kolaborasi.Keterampilan ini sangat penting untuk dimiliki dalam masyarakat, karena sebagai manusia kita membutuhkan orang lain dan perlu bekerja sama dengan orang lain.
C.    Prinsip Pembelajaran Kooperatif
Dalam pelaksanaan pembelajaran kooperatif setidaknya ada lima prinsip yang dianut, yaitu prinsip belajar aktif (student active learning), belajar kerja sama (cooperative learning), pembelajaran partisipatorik, mengajar reaktif (rective teaching), dan pembelajaran yang menyenangkan (joyfull learning). Penjelasan dari masing-masing prinsip dasar model pembelajaran kooperatif tersebut sebagai  berikut:
1.      Belajar Siswa Aktif
Proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif berpusat pada siswa dimana pengetahuan yang dibangun di dalam aktifitas belajar lebih dominan dilakukan oleh siswa. Dengan belajar bersama-sama masing-masing siswa memahami materi pembelajaran dan mengakhiri dengan membuat laporan kelompok dan individual.
2.      Belajar Bekerjasama
Proses pembelajaran dilalui dengan bekerjasama dalam kelompok untuk membangun pengetahuan yang tengah dipelajari. Prinsip pembelajaran inilah yang melandasi keberhasilan penerapan model pembelajaran kooperatif. Seluruh siswa terlibat secara aktif dalam kelompok untuk melakukan diskusi, memecahkan masalahdan mengujinya secara bersama-sama, sehingga terbentuk pengetahuan baru dari hasil kerjasama mereka. Diyakini pengetahuan yang diperoleh melalui penemuan-penemuan dari hasil kerjasama ini akan lebih bernilai permanen dalam pemahaman masing-masing siswa.
3.      Pembelajaran Partisipatorik
Pembelajaran kooperatif juga menganut prinsip dasar pembelajaran partisipatorik, sebab melalui model pembelajaran ini siswa belajar dengan melakukan sesuatu (learning by doing) secara bersama-sama untuk menemukan dan membangun pengetahuan yang menjadi tujuan pembelajaran.
Sebagai contoh saat kelompok memecahkan masalah dalam kelompok belajar, merekamelakukan pengujian-pengujian, mencobakan untuk pembuktian dari teori-teori yang sedang dibahas secara bersama-sama, kemudian mendiskusikan dengan kelompok belajar lainnya. Pada saat diskusi, masing-masing kelompok mengemukakan hasil dari kerja kelompok. Setiap kelompok juga diberi kesempatan untuk mengemukakan pendapatnya dan mengkritik pendapat kelompok lainnya.
4.      Reactive Teaching
Untuk menerapkan model pembelajaran kooperatif ini, guru perlu menciptakan strategi yang tepat agar seluruh siswa mempunyai motivasi belajar yang tinggi. Motivasi siswa dapat dibangkitkan jika guru mampu menciptakan suasana belajar yang menyenangkan dan menarik serta dapat meyakinkan siswanya akan manfaat pelajaran ini untuk masa depan mereka. Apabila guru mengetahui bahwa siswanya merasa bosan, maka guru harus segera mencari cara untuk mengantisipasinya.
Berikut ini adalah ciri-ciri yang reaktif:
a.       menjadikan siswa sebagai pusat kegiatan belajar.
b.       pembelajaran dari guru dimulai dari hal-hal yang dimulai diketahui dan dipahami siswa.
c.       selalu menciptakan suasana belajar yang menarik bagi siswa-siswanya.
d.      mengetahui hal-hal yang membuat siswa menjadi bosan dan segera menanggulanginya.
5.      Pembelajaran Yang Menyenangkan
Model pembelajaran kooperatif menganut prinsip pembelajaran yang menyenangkan. Pembelajaran harus berjalan dalam suasana menyenangkan, tidak ada lagi suasana yang menakutkan bagi siswa atau suasana belajar yang tertekan.Suasana belajar yang menyenangkan harus dimulai dari sikap dan perilaku guru di luar maupun di dalam kelas
D. Unsur Pembelajaran Kooperatif
Pada pembelajaran kooperatif, terdapat beberapa unsur-unsur yang saling terkait satu dengan lainnya, seperti : adanya keja sama, anggota kelompok heterogen, keterampilan kolaboratif , saling ketergantungan. Johnson & Johnson (Lie, 1999:32) menyatakam bahwa ada lima unsur dasar yang terdapat dalam perbelajaran kooperatif, yaitu sebagai berikut:
1.      Saling ketergantungan positif, kegaga;an dan keberhasilan kelompok merupakan tanggungjawab setiap anggota kelompok oleh karena itu sesama anggota kelompok harus merasa terikat  dan saling tergantung positif.
2.      Tanggungjawab perseorangan, setiap anggota kelompok bertanggungjawab untuk menguasai materi pelajaran karena keberhasilan belajar kelompok ditentukan dari seberapa besar sumbangan hasil belajar secara perorangan.
3.      Tatap muka, interaksi yang terjadi melalui diskusi akan memberikan keuntungan bagi semua anggota kelompok karena memanfaatkan kelebihan dan mengisi kekurangan masing-masing anggota kelompok.
4.      Komunikasi antar anggota, karen` dalam setip tatap muka terjadi diskusi, maka keterampilan berkomunikasi antar anggota kelompok sangatlah penting.
5.      Evaluasi proses kelompok, keberhasilan dalam kelompok ditentukan oleh proses kerja kelompok. Untuk mengetahui keberhasilan proses kerja kelompok dilakukan melalui evaluasi proses kelompok.
Sedangkan Arend (1997:115) berpendapat bahwa unsur-unsur dasar belajar kooperatif adalah sebagai berikut:
1.      Siswa dalam kelompoknya haruslah beranggapan bahwa mereka “sehidup sepenanggungan bersama”.
2.      Siswa bertanggung jawab atas segala sesuatu di dalam kelompoknya, seperti milik mereka sendiri.
3.      Siswa haruslah melihat bahwa semua anggota di dalam kelompoknyamemiliki tujuan yang sama.
4.      Siswa haruslah membagi tugas dan tanggung jawab yang sama diantara anggota kelompoknya.
5.      Siswa akan dikenakan atau akan diberikan hadiah/penghargaan yang juga akan dikenakan untuk semua anggota kelompok.
6.      Siswa berbagi kepemimpinan dan mereka membutuhkan keterampilan untuk belajar bersama selama proses belajar.
7.      Siswa akan diminta mempertanggungjawabkan secara individual materi yang dipelajari dalam kelompoknya.
Lebih lanjut Bennet (1991) dan Jacobs (1996) menjelaskan unsur –unsur yang terdapat dalam pembelajaran kooperatif, sebagai berikut:
1.      Saling Ketergantungan Secara Positif
Saling ketergantungan secara positif berarti perasaan antar anggota kelompok untuk saling membantu serta merasakan bahwa mereka “tenggelam atau berenang bersama” (Bennet, 1991; Jacob, 1999; Jacob, 1996).
Saling ketergantungan tujuan akan muncul secara positif apabila kelompok membagi tujuan bersama. Demikian juga, saling ketergantungan penghargaan akan muncul secara positif apabila masing-masing penghargaan amggota kelompok digunakan oleh anggota kelompok yang lain. Contohnya saling ketergantungan ini misalnya, masing-masing siswa dapat memperoleh bonus jika setiap orang dalam suatu kelompok mereka memperoleh skor di atas 80% pada suatu tes, atau setiap orang dalam kelompok dapat memperoleh waktu istirahat ekstra jika proyek kelompok mereka dikerjakan secara memuaskan. Penghargaan tersebut bergantung pada apakah ada motivasi kelas secara khusus dan filosofi guru pada penghargaan.
            Saling ketergantungan peranan secara positif berarti bahwa anggota-anggota ditugasi secara komplementer dan saling berbagi tanggung jawab dalam melengkapi tugas. Peranan ini akan bergilir, apakah untuk sebuah aktivitas atau untuk aktivitas-aktivitas berbeda. Contoh, dalam suatu kelompok tiga yang membaca sebuah unit buku, satu orang dapat berfungsi sebagai peringkas masing-masing seksi dari unit tersebut, yang lain dapat berfungsi sebagai elaborator yang memberikan contoh-contoh atau mengaitkan materi untuk apa anggota kelompok mengetahui.
            Saling ketergantungan sumber secara positif berarti anggota hanya memiliki suatu porsi informasi, materi, atau alat-alat yang diperlukan untuk melengkapi suatu tugas. Aktivitas-aktivitas Jigsaw adalah sebuah contoh saling ketergantungan sumber secara positif, karena dalam masing-masing home team tidak seorangpun dapat memperoleh semua informasi secara lengkap, masing-masing akan memperoleh potongan-potongan informasi dengan persepsi berbeda. Jadi siswa perlu membagi sumber agar berhasil memecahkan masalah. Contoh lain, suatu eksperimen fisika di laboratorium anggota kelompok berbeda memiliki perangkat-perangkat peralatan yang berbeda.
            Saling ketergantungan identitas secara positif berarti bahwa kelompok berbeda tersebut membagi identitas umum. Hal ini dapat mendorong siswa untuk memilih nama kelompok, bendera, motto, jabat tangan, dan sebagainya. Negara, perkumpulan kelompok olahraga dan sekolah-sekolah menggunakan ini, dan cara lain untuk mencoba menciptakan suatu pembagian identitas antar negara, amggota, siswa, dan staf mereka.
           
2.      Tanggung Jawab Individu
            Terdapat banyak cara menstrukturisasi kegiatan kelompok untuk memajukan rasa tanggungjawab individual tersebut (Jacob, 1996), antara lain:
a.       Masing-masing siswa secara individual mengerjakan kuis, melengkapi tugas, atau membuat ringkasan tentang  materi yang dipelajari.
b.      Anggota-anggota kelompok dipanggil secara random unutk menjawab pertanyaan dan atau untuk menjelaskan jawabannya.
c.       Masing-masing anggota kelompok memiliki suatu peranan yang telah dirancang untuk mereka tampilkan.Peranan ini bisa bergilir.
d.      Masing-masing anggota utamanya bertanggungjawab untuk satu bagian proyek kelompok mereka
3.      Pengelompokan Secara Heterogen
Beberapa pakar pembelajaran kooperatif merekomendasikan bahwa pengelompokan para siswa secara heterogen menurut prestasi, kecerdasan, etnik, dan jenis kelamin dapat dilakukan oleh guru (Jacob, 1996; McKeachi, 1994). Mencampurkan siswa berdasarkan prestasi didorong untuk mempromosikan sistem teman sebaya, mengelompokkan siswa yang berprestasi rendah dengan model kebiasaan yang baik, dan memperbaiki hubungan antar para siswa.
4.      Keterampilan-keterampilan  Kolaboratif
Kebanyakan para guru disekolah menyarankan para siswanya untuk belajar dalam kelompok, karena guru sangat mengetahui bahwa para siswanya kurang memiliki keterampilan-keterampilan untuk bekerjasama dalam belajar sebara efektif berkaitan dengan konten akademik. Guru hendaknya menyadari pentingnya keterampilan-keterampilan kolaboratif untuk dimiliki oleh setiap siswa, tidak hanya untuk memperoleh kesuksesan mencapai prestasi maksimal disekolah, tetapi juga untuk mencapai sukses dalam karir di luar  sekolah bersama teman dan kelurga mereka maupun dengan orang lain.
Para guru dapat memilih suatu keterampilan kolaboratif hendaknya lebih menekankan pada kesesuaian dengan karakteristik masing-masing pelajaran. Namun tidak menutup kemungkinan bahwa akan terdapat keterampilan yang sama untuk beberapa pelajaran.
5.      Pemrosesan Interaksi Kelompok
Pemrosesan interaksi kelompok ini membantu kelompok belajar untuk berkolaborasi dengan lebih efektif. Hal ini dapat ditetapkan selama atau di akhir kegiatan.
Pemrosesan interaksi kelompok memiliki dua aspek (Jacob, 1996). Pertama, menjelaskan tentang keberfungsian kelompok. Kedua, kelompok akan mendiskusikan apakah interaksi mereka perlu diperbaiki.
Pemrosesan interaksi kelompok adalah suatu unsur kunci pembelajaran kooperatif, karena dia memberikan siswa manfaat balikan mengenai keterampilan kelompok mereka dan dia memperkenalkan kepada para siswa bahwa suatu hal yang penting adalah bagaimana sebaiknya mereka bekerja secara bersama.

6.Interaksi Tatap Muka (face-to-face interction)
            Pada siswa akan berinteraksi secara langsung antara satu dengan yang lain sementara mereka bekerja. Ketika para siswa dinyatakan untuk bekerja secara independen untuk seperangkat masalah, mereka secara reel mencari dan menemukan jawaban sendiri-sendiri dan kemudian berjumpa dalam kelompok untuk mendiskusikan jawaban-jawaban tersebut..
            Secara ringkas dapat disimpulkan bahwa belajar kooperatif berpandangan bahwa manusia belajar dari pengalaman mereka dan partisipasi aktif dalam kelompok kecil dan membantu siswa belajar keterampilan sosial yang penting. Sementara itu secara bersamaan mengembangkan sikap demokratis dan keterampilan berpikir logis.
            Lundgren (1994;5) menyatakan bahwa belajar kooperatif dapat menciptakan situasi dimana keberhasilan individu ditentukan atau dipengaruhi oleh keberhasilan kelompok. Hal ini dapat dilihat dari perbedaan antara kelompok belajar kooperatif dengan kelompok belajar konvesional seperti pada tabel berikut.
Tabel: 2.1 Komperasi Kelompok Belajar pada Belajar Kooperatif Versus Kelompok Belajar Konvesional
Kelompok Belajar pada Belajar Kooperatif
Kelompok Belajar pada Belajar Konvesional

·         Kepemimpinan bersama
·         Saling ketergantungan yang positif
·         Keanggotaan yang hiterogen
·         Mempelajari keterampilan-keterampilan positif
·         Tanggung jawab terhadap hasil belajar seluruh anggota kelompok
·         Menekankan pada tugas dan hubungan kooperatif
·         Ditunjang oleh guru
·         Satu hasil kelompok
·         Evaluasi kelompok

·         Satu pemimpin
·         Tidak saling tergantung

·         Keanggotaan yang homogen
·         Asumsi adanya keterampilan sosial
·         Tanggung jawab terhadap belajar sendiri

·         Hanya menekankan pada tugas
·         Diarahkan oleh guru
·         Beberapa  hasil individual
·         Evaluasi individual










Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan beberapa karakteristik dari belajar kooperatif tersebut sebagai berikut.
1.      Kelas dibagi atas kelompok-kelompok kecil, dengan anggota kelompok yang terdiri dari beberapa orang siswa yang memiliki kemampuan akademik yang bervariasi serta memperhatikan jenis kelamin dan etnis.
2.      Siswa belajar dalam kelompoknya dengan bekerja sama untuk menguasai materi pelajaran dengan saling membantu.
3.      Sistem penghargaan lebih berorientasi kepada kelompok danripada individu

                                                    
Pola-pola
Interaksi Siswa
KOOPERATIF

KOMPETITIF


INDIVIDUALISTIK




 


Peranan guru
Perencanaan pelajaran
-        Akademik
-        Keterampilan sosial
Tujuan
-      Pembuatan keputusan sebelum mengajar
-      Setting pelajaran
-      Monitoring dan intervening
-      Evaluasi proses dan hasil

Gambar 2.1
Perspektif menteluruh pembelajaran kooperatif
(Diadaptasi dari Bennet, 1991:48)
Tujuan, insetif, sumber, peranan,
Urutan, simulasi, kekuatan-kekuatan di luar lingkungan ,dsan identitas

Oval: Unsur-unsur Dasar
Tanggung jawab kelompok


Saling ketergantungan
positif


Hetergenitas
kelompok


Pemerosesan
Kelomp[ok



















E. Keterampilan Kooperatif
Dalam belajar kooperatif tidak hanya mempelajari materi saja, tetapi siswa  juga harus mempelajari keterampilan-keterampilan khusus yang disebut keterampilan kooperatif. Keterampilan kooperatif ini berfungsi untuk melancarkan hubungan kerja dan tugas. Peranan hubungan kerja dapat dibangun dengan mengembangkan komunikasi antar anggota kelompok selama kegiatan pembelajaran. Keterampilan kooperatif adalah sebagai berikut(Laundren, 1994:22-26):
1.      Keterampilan Tingkat Bawah
a.       Menggunakan kesepakatan, hal ini menggunakan kesepakatan untuk menyamakan pendapat yang berguna untuk meningkatkan hubungan kerja dalam kelompok.
b.      Menghargai kontribusi, hal ini berarti memperhatikan atau mengenal apa yang dapt dikatakan atau dikerjakan anggota lain, dapat saja dikritik dan ditujukan terhadap ide dan tidak kepadaa individu.
c.       Mengambil giliran dan berbagi tugas, hal ini mengandung arti setiap anggota kelompok bersedia menggantikan dan bersedia mengemban tugas/atau tanggung  jawab tertentu kepada kelompok.
d.      Berada dalam kelompok, hal ini adalah setiap anggota kelompok tetap dalam kelompok kerja selama kegiatan berlangsung.
e.       Berada dalam tugas. Hal ini adalah meneruskan tugas yang sudah menjadi tanggung jawab, agar kegiatan dapat diselesaikan dalam waktunya.
f.       Mendorong partisipasi, hal ini mendorong semua anggota kelompok untuk memberikan konstrinusi terhadap  tugas  kelompok . ketrampilan ini perlu karena jika ada siswa yang tidak berpastisipasi dalam kelompok maka hasil dalam kelompok tidak akan terselesaikan pada waktunya atau hasilnya kurang memuaskan.
g.      Mengundang orang lain, maksudnya adalaah meminta orang lain untuk berbicara dan berpartisipasi terhadap tugas.
h.      Menyelesaikan tugas pada waktunya.
i.        Menghargai perbedaan individu, berarti sikap menghormati terhadap budaya, suku, rasa atau pengalamaan  dari semua siswa.

2.      Keterampilan Tingkat Menengah
a.       Menunjukan penghargaan dan simpati, berarti menunjukan rasa hormat , pengertian dan rasa sensitivitas  terhadap usulan-usulan yang berbeda dari orang lain.
b.      Mengungkapkan ketidaksetujuan dengan cara yang dapat diterima. Berarti menyatakan pendapat yang berbeda dengan cara yang sopan dan sikap yang baik.
c.       Mendengarkan dengan aktif, berarti mampu menggunakan pesan fisik dan  lisan sehingga pembicara tahu bahwa siswa menyerapi informasi.
d.      Bertanya berarti siswa dapat meminta atau menanyakan suatu informasi atau penjelasan. Dengan bertanya data mendorong anggota kelompok yang sedang tidak aktif atau malu untuk ikut serta berperaan serta dalam kegiatan.
e.       Membuat ringkasan diperlukan untuk membantu mengatur apa yang sudah dikerjakan dan apa yang belim dikerjakan.
f.       Menafsirkan, berarti menyatakan kembali informasi dengan kalimat yang berbeda. Informasi dapat dijelaskan dan hal-hal penting dapat diberikan penekanan.
g.      Mengatur dam mengorganisir, keterampilan ini diperlukan dalam merencanakan dan menyusun pekerjaan sehingga dapat diselesaikan secara efektif dan efisien.
h.      Menerima tanggung jawab, berarti bersedia dan mempu memikul tanggung jawab dan tugas-tugas serta kewajiban untuk diri sendiri serta kelompok, untuk menyelesaikan tugas yang diberikan.
i.        Mengurangi ketegangan, hal ini diperlukan untuk menciptakan suasana damai dalam kelompok

3.      Keterampilan Tingkat Mahir
a.       Mengelaborasi, berarti mampu memperluas konsep, kesimpulan dan menghubungkan pendapat-pendapat dengan topik-topik  tertentu.
b.      Memeriksa dengan cermat, berarti dapat menanyakan secara lebih mendalam tentang pokok pembicaraan untuk mendapatkan jawaban yyang benar, misalnya dengan kata-kata “mengapa” dan “dapatkah Anda memberikan contoh”.
c.       Menanyakan kebenaran, berarti memiliki kemampuan membantu siswa lain untuk berpikir  tentang  jawaban yang diberikan dan memiliki keyakinan akan ketetapan jawaban tersebut.
d.      Menetapkan tujuan, berarti menetapkan prioritas-prioritas. Dengan adanya tujuan yang jelas, maka pekerjaan diselesaikan lebih efisien.
e.       Berkompromi, berarti membangun rasa hormat kepada orang lain. Keterampilan berkompromi ini berarti belajar untuk mengkritik pendapat dan bukan mengkritik orangnya dan mengurangi perbedaan.
F. kelebihan dan Kekurangan pembelajaran kooperatif
1. Kelebihan Model Pembelajaran Kooperatif
a)   Dapat mengurangi rasa kantuk dibanding belajar sendiri
b)   Dapat merangsang motivasi belajar
Melalui kerja kelompok, akan dapat menumbuhkan perasaan ada saingan. Jika sudah menghabiskan waktu dan tenaga yang sama dan ternyata ada teman yang mendapat nilai lebih baik, akan timbul minat mengejarnya. Jika sudah berada di atas, tentu ingin mempertahankan agar tidak akan dikalahkan teman-temannya.
c)   Ada tempat bertanya
Kerja secara kelompok, maka ada tempat untuk bertanya dan ada orang lain yang dapat mengoreksi kesalahan anggota kelompok. Belajar sendiri sering terbentur pada masalah sulit terutama jika mempelajari sejarah. Dalam belajar berkelompok, seringkali dapat memecahkan soal yang sebelumnya tidak bisa diselesaikan sendiri. Ide teman dapat dicoba dalam menyelesaikan soal latihan. Jika ada lima orang dalam kelompok itu, tentu ada lima kepala yang mempunyai tingkat pengetahuan dan kreativitas yang berbeda. Pada saat membahas suatu masalah bersama akan ada ide yang saling melengkapi.
d)  Kesempatan melakukan resitasi oral
Kerja kekompok, sering anggota kelompok harus berdiskusi dan menjelaskan suatu teori kepada teman belajar. Inilah saat yang baik untuk resitasi. Akan dijelaskan suatu teori dengan bahasa sendiri. Belajar mengekspresikan apa yang diketahui, apa yang ada dalam pikiran ke dalam bentuk kata-kata yang diucapkan.
e)   Dapat membantu timbulnya asosiasi dengan perisitwa lain yang mudah diingat
Melalui kerja kelompok akan dapat membantu timbulnya asosiasi dengan peristiwa lain yang mudah diingat. Misalnya, jika ketidaksepakatan terjadi di antara kelompok, maka perdebatan sengit tak terhindarkan. Setelah perdebatan ini, biasanya akan mudah mengingat apa yang dibicarakan dibandingkan masalah lain yang lewat begitu saja. Karena dari peristiwa ini, ada telinga yang mendengar, mulut yang berbicara, emosi yang turut campur dan tangan yang menulis. Semuanya sama-sama mengingat di kepala. Jika membaca sendirian, hanya rekaman dari mata yang sampai ke otak, tentu ini dapat kurang kuat.

2)    Kelemahan model pembelajaran kooperatif atau kerja kelompok 
a)   Bisa menjadi tempat mengobrol atau gosip
Kelemahan yang senantiasa terjadi dalam belajar kelompok adalah dapat menjadi  tempat mengobrol. Hal ini terjadi jika anggota kelompok tidak mempunyai kedisiplinan dalam belajar, seperti datang terlambat, mengobrol atau bergosip membuat waktu berlalu begitu saja sehingga tujuan untuk belajar menjadi sia-sia.

b)   Sering terjadi debat sepele di dalam kelompok
Debat sepele ini sering terjadi di dalam kelompok. Debat sepele ini sering berkepanjangan sehingga membuang waktu percuma. Untuk itu, dalam belajar kelompok harus dibuatkan agenda acara. Misalnya, 25 menit  mendiskusikan bab tertentu, dan 10 menit mendiskusikan bab lainnya. Dengan agenda acara ini, maka belajar akan terarah dan tidak terpancing untuk berdebat hal-hal sepele.

c)   Bisa terjadi kesalahan kelompok
Jika ada satu anggota kelompok menjelaskan suatu konsep dan yang lain percaya sepenuhnya konsep itu, dan ternyata konsep itu salah, maka semua anggota kelompok berbuat salah. Untuk menghindarinya, setiap anggota kelompok harus sudah mereview sebelumnya. Kalau membicarakan hal baru dan anggota kelompok lain belum mengetahui, cari konfirmasi dalam buku untuk pendalaman.
Kelebihan dan kelemahan dalam penggunaan model pembelajaran kooperatif sebagai strategi mengajar guru, maka hal tersebut dapat menjadi pertimbangan bagi guru dalam penggunaannya. Namun, faktor profesionalisme guru menggunakan model tersebut sangat menentukan dan kesadaran murid mengikuti pembelajaran melalui strategi kelompok. Sasaran pembelajaran adalah meningkatkan kemampuan belajar siswa sehingga penggunaan model ini akan memungkinkan siswa lebih aktif, kreatif dan mandiri dalam belajar sesuai tuntutan materi pelajaran atau kurikulum.



0 komentar:

Posting Komentar

 

Blogger news

Blogroll

Change Background of This Blog!


Pasang Seperti Ini

About