HAKIKAT PEMBELAJARAN KOOPERATIF
A. Pengertian
Pembelajaran kooperatif
Ada
beberapa definisi tentang pembelajaran kooperatif yang di kemukakan oleh para ahli
pendidikan. Cohen (1994:3) mendefinisikan pembelajaran kooperatif
sebagai berikut,
Cooperatif learning
will be defined as student working together in a group small enought that
everyone participate on a colective task that has been clearly assingn.
Moreover, student are expected to carry out their task without direct and
immediate supervision of the teacher.
Definisi
yang dikemukakan oleh Cohen disamping memiliki pengertian luas yang meliputi
belajar kooperatif (cooperative learning), dan kerja kelompok (group work),
juga menunjukkan ciri sosiologi yaitu penekanannya pada aspek tugas-tugas
kolektif yang harus dikerjakan bersama dan kelompok.Guru berperan dalam
membimbing siswa menyelesaikan materi atau tugas.
Slavin
(1995:5) mendefinisikan belajar kooperatif sebagai berikut “cooperative
learning methods share the idea that students work together to learn and are
responsible for their teammates learning as well as their own”. Definisi ini
mengandung pengertian bahwa dalam belajar kooperatif siswa belajar bersama,
saling menyumbang pemikiran dan bertanggungjawab terhadap pencapaian hasil
belajar secara individu maupun kelompok.
Sementara
itu, Artzt dan Newman (1990:448) memberikan definisi belajar kooperatif sebagai
berikut :”cooperative learning is an approach that involves a small group of
learners working together as a team to solve a problem, complete atask, or
accomplish a common goal”. Menurut pengertian definisi ini,belajar kooperatif
adalah suatu pendekatan yang mencakup kelompok kecil dari siswa yang bekerja
sama sebagai suatu tim untuk memecahkan suatu masalah, menyelesaikan suatu
tugas, atau menyelesaikan suatu tujuan bersama.
Davidson
dan Kroll (1991:262) mendefinisikan belajar kooperatif adalah kegiatan yang
berlangsung di lingkungan belajar siswa dalam kelompok kecil yang berbagi suatu
ide-ide dan bekerja secara kolaboratif untuk memecahkan suatu masalah-masalah
yang ada dalam tugas mereka.
Cooper
(1999) dan Heinich (2002) menjelaskan bahwa pembelajaran kooperatif sebagai
metode pembelajaran yang sistematis dan terstruktur dimana yang melibatkan
kelompok-kelompok kecil heterogen dan siswa bekerjasama untuk mencapai tujuan
dan tugas akademik bersama serta melatih keterampilan kolaboratif dan sosial.
Berdasarkan
beberapa definisi di atas dapat dikatakan bahwa belajar kooperatif mendasarkan
pada suatu ide bahwa siswa bekerja sama dalam belajar kelompok yang heterogen
dan sekaligus masing-masing bertanggung jawab pada aktifitas belajar anggota
kelompoknya, sehingga seluruh anggota kelompoknya dapat menguasai materi
pelajaran dengan baik.
Dalam
belajar kooperatif, kelompok belajar yang mencapai hasil belajar maksimal
diberikan penghargaan. Pemberian penghargaan ini adalah untuk merangsang
munculnya dan meningkatkan motivasi siswa dalam belajar. Slavin (1995:
16) menyatakan bahwa pandangan teori motivasi pada belajar kooperatif
terutama difokuskan pada penghargaan atau struktur-struktur tujuan dimana siswa
beraktivitas.
B. Tujuan Pembelajaran
Kooperatif
Pengembangan
pembelajaran kooperatif bertujuan untuk mencapai hasil belajar, penerimaan
terhadap keragaman, dan pengembangan keterampilan sosial. Masing-masing tujuan
tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Pencapaian
Hasil Belajar
Ada beberapa dugaan
tantang faktor yang menyebabkan lebih tingginya prestasi akdemik dalam metode
pembelajaran kooperatif jika dibandingkan dengan metode lainnya. Dari
perspektif perkembangan metode pembelajaran kooperatif, pengaruh pembelajaran
kooperatif pada prestasi siswa sebagian besar disebabkan oleh penggunaan tugas
terstruktur.
Dalam pandangan ini kesempatan bagi siswa untuk berdiskusi, berdebat, mengemukakan pendapat dan mendengarkan pendapat orang lain merupakan unsur penting dari pembelajaran kooperatif yang menyebabkan meningkatnya prestasi akademik. Dalam kegiatan tersebut siswa lebih banyak dirangsang dengan membaca, mendengar, dan berdiskusi. Informasi yang diulang-ulang dengan bantuan teman dengan bahasa yang mudah dipahami dapat menyebabkan siswa banyak terlibat dalam penerimaan informasi.
Dalam pandangan ini kesempatan bagi siswa untuk berdiskusi, berdebat, mengemukakan pendapat dan mendengarkan pendapat orang lain merupakan unsur penting dari pembelajaran kooperatif yang menyebabkan meningkatnya prestasi akademik. Dalam kegiatan tersebut siswa lebih banyak dirangsang dengan membaca, mendengar, dan berdiskusi. Informasi yang diulang-ulang dengan bantuan teman dengan bahasa yang mudah dipahami dapat menyebabkan siswa banyak terlibat dalam penerimaan informasi.
2. Penerimaan
Terhadap Perbedaan Individu
Metode pembelajaran
Cooperative Learning memberi peluang kepada siswa yang berbeda latar belakang
dalam kondisi untuk saling bekerja, saling bergantung satu sama lain atas
tugas-tugas bersama, dan melalui penggunaan struktur penghargaan kooperatif dan
belajar untuk menghargai satu sama lain.
Maka, untuk dapat merealisasikan hal tersebut dalam metode Cooperative Learning dibentuk kelompok kooperatif yang heterogen, yang berfungsi untuk penerimaan yang luas terhadap orang yang berbeda ras, budaya, kelas sosial, kemampuan, maupun ketidak mampuan.
Maka, untuk dapat merealisasikan hal tersebut dalam metode Cooperative Learning dibentuk kelompok kooperatif yang heterogen, yang berfungsi untuk penerimaan yang luas terhadap orang yang berbeda ras, budaya, kelas sosial, kemampuan, maupun ketidak mampuan.
3. Pengembangan
Keterampilan Sosial
Tujuan penting ketiga
dari pembelajaran kooperatif ialah untuk mengajarkan kepada siswa keterampilan
kerja sama dan kolaborasi.Keterampilan ini sangat penting untuk dimiliki dalam
masyarakat, karena sebagai manusia kita membutuhkan orang lain dan perlu
bekerja sama dengan orang lain.
C. Prinsip Pembelajaran
Kooperatif
Dalam pelaksanaan
pembelajaran kooperatif setidaknya ada lima prinsip yang dianut, yaitu prinsip
belajar aktif (student active learning), belajar kerja sama (cooperative
learning), pembelajaran partisipatorik, mengajar reaktif (rective teaching),
dan pembelajaran yang menyenangkan (joyfull learning). Penjelasan dari
masing-masing prinsip dasar model pembelajaran kooperatif tersebut
sebagai berikut:
1. Belajar
Siswa Aktif
Proses pembelajaran
dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif berpusat pada siswa dimana
pengetahuan yang dibangun di dalam aktifitas belajar lebih dominan dilakukan
oleh siswa. Dengan belajar bersama-sama masing-masing siswa memahami materi
pembelajaran dan mengakhiri dengan membuat laporan kelompok dan individual.
2. Belajar
Bekerjasama
Proses pembelajaran
dilalui dengan bekerjasama dalam kelompok untuk membangun pengetahuan yang
tengah dipelajari. Prinsip pembelajaran inilah yang melandasi keberhasilan
penerapan model pembelajaran kooperatif. Seluruh siswa terlibat secara aktif
dalam kelompok untuk melakukan diskusi, memecahkan masalahdan mengujinya secara
bersama-sama, sehingga terbentuk pengetahuan baru dari hasil kerjasama mereka.
Diyakini pengetahuan yang diperoleh melalui penemuan-penemuan dari hasil
kerjasama ini akan lebih bernilai permanen dalam pemahaman masing-masing siswa.
3. Pembelajaran
Partisipatorik
Pembelajaran
kooperatif juga menganut prinsip dasar pembelajaran partisipatorik, sebab
melalui model pembelajaran ini siswa belajar dengan melakukan sesuatu (learning
by doing) secara bersama-sama untuk menemukan dan membangun pengetahuan yang
menjadi tujuan pembelajaran.
Sebagai contoh saat
kelompok memecahkan masalah dalam kelompok belajar, merekamelakukan
pengujian-pengujian, mencobakan untuk pembuktian dari teori-teori yang sedang
dibahas secara bersama-sama, kemudian mendiskusikan dengan kelompok belajar
lainnya. Pada saat diskusi, masing-masing kelompok mengemukakan hasil dari
kerja kelompok. Setiap kelompok juga diberi kesempatan untuk mengemukakan
pendapatnya dan mengkritik pendapat kelompok lainnya.
4. Reactive
Teaching
Untuk menerapkan
model pembelajaran kooperatif ini, guru perlu menciptakan strategi yang tepat
agar seluruh siswa mempunyai motivasi belajar yang tinggi. Motivasi siswa dapat
dibangkitkan jika guru mampu menciptakan suasana belajar yang menyenangkan dan
menarik serta dapat meyakinkan siswanya akan manfaat pelajaran ini untuk masa
depan mereka. Apabila guru mengetahui bahwa siswanya merasa bosan, maka guru
harus segera mencari cara untuk mengantisipasinya.
Berikut ini adalah
ciri-ciri yang reaktif:
a. menjadikan
siswa sebagai pusat kegiatan belajar.
b. pembelajaran
dari guru dimulai dari hal-hal yang dimulai diketahui dan dipahami siswa.
c. selalu
menciptakan suasana belajar yang menarik bagi siswa-siswanya.
d. mengetahui
hal-hal yang membuat siswa menjadi bosan dan segera menanggulanginya.
5. Pembelajaran
Yang Menyenangkan
Model pembelajaran
kooperatif menganut prinsip pembelajaran yang menyenangkan. Pembelajaran harus
berjalan dalam suasana menyenangkan, tidak ada lagi suasana yang menakutkan
bagi siswa atau suasana belajar yang tertekan.Suasana belajar yang menyenangkan
harus dimulai dari sikap dan perilaku guru di luar maupun di dalam kelas
D. Unsur
Pembelajaran Kooperatif
Pada pembelajaran
kooperatif, terdapat beberapa unsur-unsur yang saling terkait satu dengan
lainnya, seperti : adanya keja sama, anggota kelompok heterogen, keterampilan
kolaboratif , saling ketergantungan. Johnson & Johnson (Lie, 1999:32)
menyatakam bahwa ada lima unsur dasar yang terdapat dalam perbelajaran
kooperatif, yaitu sebagai berikut:
1. Saling
ketergantungan positif, kegaga;an dan keberhasilan kelompok merupakan tanggungjawab
setiap anggota kelompok oleh karena itu sesama anggota kelompok harus merasa
terikat dan saling tergantung positif.
2. Tanggungjawab
perseorangan, setiap anggota kelompok bertanggungjawab untuk menguasai materi
pelajaran karena keberhasilan belajar kelompok ditentukan dari seberapa besar
sumbangan hasil belajar secara perorangan.
3. Tatap
muka, interaksi yang terjadi melalui diskusi akan memberikan keuntungan bagi
semua anggota kelompok karena memanfaatkan kelebihan dan mengisi kekurangan masing-masing
anggota kelompok.
4. Komunikasi
antar anggota, karen` dalam setip tatap muka terjadi diskusi, maka keterampilan
berkomunikasi antar anggota kelompok sangatlah penting.
5. Evaluasi
proses kelompok, keberhasilan dalam kelompok ditentukan oleh proses kerja
kelompok. Untuk mengetahui keberhasilan proses kerja kelompok dilakukan melalui
evaluasi proses kelompok.
Sedangkan Arend
(1997:115) berpendapat bahwa unsur-unsur dasar belajar kooperatif adalah
sebagai berikut:
1. Siswa
dalam kelompoknya haruslah beranggapan bahwa mereka “sehidup sepenanggungan
bersama”.
2. Siswa
bertanggung jawab atas segala sesuatu di dalam kelompoknya, seperti milik
mereka sendiri.
3. Siswa
haruslah melihat bahwa semua anggota di dalam kelompoknyamemiliki tujuan yang
sama.
4. Siswa
haruslah membagi tugas dan tanggung jawab yang sama diantara anggota
kelompoknya.
5. Siswa
akan dikenakan atau akan diberikan hadiah/penghargaan yang juga akan dikenakan
untuk semua anggota kelompok.
6. Siswa
berbagi kepemimpinan dan mereka membutuhkan keterampilan untuk belajar bersama
selama proses belajar.
7. Siswa
akan diminta mempertanggungjawabkan secara individual materi yang dipelajari
dalam kelompoknya.
Lebih lanjut Bennet
(1991) dan Jacobs (1996) menjelaskan unsur –unsur yang terdapat dalam
pembelajaran kooperatif, sebagai berikut:
1. Saling
Ketergantungan Secara Positif
Saling
ketergantungan secara positif berarti perasaan antar anggota kelompok untuk
saling membantu serta merasakan bahwa mereka “tenggelam atau berenang bersama”
(Bennet, 1991; Jacob, 1999; Jacob, 1996).
Saling
ketergantungan tujuan akan muncul secara positif apabila kelompok membagi
tujuan bersama. Demikian juga, saling ketergantungan penghargaan akan muncul
secara positif apabila masing-masing penghargaan amggota kelompok digunakan
oleh anggota kelompok yang lain. Contohnya saling ketergantungan ini misalnya,
masing-masing siswa dapat memperoleh bonus jika setiap orang dalam suatu
kelompok mereka memperoleh skor di atas 80% pada suatu tes, atau setiap orang
dalam kelompok dapat memperoleh waktu istirahat ekstra jika proyek kelompok
mereka dikerjakan secara memuaskan. Penghargaan tersebut bergantung pada apakah
ada motivasi kelas secara khusus dan filosofi guru pada penghargaan.
Saling
ketergantungan peranan secara positif berarti bahwa anggota-anggota ditugasi
secara komplementer dan saling berbagi tanggung jawab dalam melengkapi tugas.
Peranan ini akan bergilir, apakah untuk sebuah aktivitas atau untuk aktivitas-aktivitas
berbeda. Contoh, dalam suatu kelompok tiga yang membaca sebuah unit buku, satu
orang dapat berfungsi sebagai peringkas masing-masing seksi dari unit tersebut,
yang lain dapat berfungsi sebagai elaborator yang memberikan contoh-contoh atau
mengaitkan materi untuk apa anggota kelompok mengetahui.
Saling
ketergantungan sumber secara positif berarti anggota hanya memiliki suatu porsi
informasi, materi, atau alat-alat yang diperlukan untuk melengkapi suatu tugas.
Aktivitas-aktivitas Jigsaw adalah sebuah contoh saling ketergantungan sumber
secara positif, karena dalam masing-masing home team tidak
seorangpun dapat memperoleh semua informasi secara lengkap, masing-masing akan
memperoleh potongan-potongan informasi dengan persepsi berbeda. Jadi siswa
perlu membagi sumber agar berhasil memecahkan masalah. Contoh lain, suatu
eksperimen fisika di laboratorium anggota kelompok berbeda memiliki
perangkat-perangkat peralatan yang berbeda.
Saling
ketergantungan identitas secara positif berarti bahwa kelompok berbeda tersebut
membagi identitas umum. Hal ini dapat mendorong siswa untuk memilih nama
kelompok, bendera, motto, jabat tangan, dan sebagainya. Negara, perkumpulan
kelompok olahraga dan sekolah-sekolah menggunakan ini, dan cara lain untuk
mencoba menciptakan suatu pembagian identitas antar negara, amggota, siswa, dan
staf mereka.
2. Tanggung
Jawab Individu
Terdapat
banyak cara menstrukturisasi kegiatan kelompok untuk memajukan rasa
tanggungjawab individual tersebut (Jacob, 1996), antara lain:
a. Masing-masing
siswa secara individual mengerjakan kuis, melengkapi tugas, atau membuat
ringkasan tentang materi yang dipelajari.
b. Anggota-anggota
kelompok dipanggil secara random unutk menjawab pertanyaan dan atau untuk
menjelaskan jawabannya.
c. Masing-masing
anggota kelompok memiliki suatu peranan yang telah dirancang untuk mereka
tampilkan.Peranan ini bisa bergilir.
d. Masing-masing
anggota utamanya bertanggungjawab untuk satu bagian proyek kelompok mereka
3. Pengelompokan
Secara Heterogen
Beberapa pakar
pembelajaran kooperatif merekomendasikan bahwa pengelompokan para siswa secara
heterogen menurut prestasi, kecerdasan, etnik, dan jenis kelamin dapat
dilakukan oleh guru (Jacob, 1996; McKeachi, 1994). Mencampurkan siswa
berdasarkan prestasi didorong untuk mempromosikan sistem teman sebaya,
mengelompokkan siswa yang berprestasi rendah dengan model kebiasaan yang baik,
dan memperbaiki hubungan antar para siswa.
4. Keterampilan-keterampilan Kolaboratif
Kebanyakan para
guru disekolah menyarankan para siswanya untuk belajar dalam kelompok, karena
guru sangat mengetahui bahwa para siswanya kurang memiliki
keterampilan-keterampilan untuk bekerjasama dalam belajar sebara efektif
berkaitan dengan konten akademik. Guru hendaknya menyadari pentingnya
keterampilan-keterampilan kolaboratif untuk dimiliki oleh setiap siswa, tidak
hanya untuk memperoleh kesuksesan mencapai prestasi maksimal disekolah, tetapi
juga untuk mencapai sukses dalam karir di luar sekolah bersama teman
dan kelurga mereka maupun dengan orang lain.
Para guru dapat
memilih suatu keterampilan kolaboratif hendaknya lebih menekankan pada
kesesuaian dengan karakteristik masing-masing pelajaran. Namun tidak menutup
kemungkinan bahwa akan terdapat keterampilan yang sama untuk beberapa
pelajaran.
5. Pemrosesan
Interaksi Kelompok
Pemrosesan
interaksi kelompok ini membantu kelompok belajar untuk berkolaborasi dengan
lebih efektif. Hal ini dapat ditetapkan selama atau di akhir kegiatan.
Pemrosesan
interaksi kelompok memiliki dua aspek (Jacob, 1996). Pertama, menjelaskan
tentang keberfungsian kelompok. Kedua, kelompok akan mendiskusikan apakah
interaksi mereka perlu diperbaiki.
Pemrosesan
interaksi kelompok adalah suatu unsur kunci pembelajaran kooperatif, karena dia
memberikan siswa manfaat balikan mengenai keterampilan kelompok mereka dan dia
memperkenalkan kepada para siswa bahwa suatu hal yang penting adalah bagaimana
sebaiknya mereka bekerja secara bersama.
6.Interaksi Tatap
Muka (face-to-face interction)
Pada
siswa akan berinteraksi secara langsung antara satu dengan yang lain sementara
mereka bekerja. Ketika para siswa dinyatakan untuk bekerja secara independen
untuk seperangkat masalah, mereka secara reel mencari dan menemukan jawaban
sendiri-sendiri dan kemudian berjumpa dalam kelompok untuk mendiskusikan
jawaban-jawaban tersebut..
Secara
ringkas dapat disimpulkan bahwa belajar kooperatif berpandangan bahwa manusia
belajar dari pengalaman mereka dan partisipasi aktif dalam kelompok kecil dan
membantu siswa belajar keterampilan sosial yang penting. Sementara itu secara
bersamaan mengembangkan sikap demokratis dan keterampilan berpikir logis.
Lundgren
(1994;5) menyatakan bahwa belajar kooperatif dapat menciptakan situasi dimana
keberhasilan individu ditentukan atau dipengaruhi oleh keberhasilan kelompok.
Hal ini dapat dilihat dari perbedaan antara kelompok belajar
kooperatif dengan kelompok belajar konvesional seperti pada tabel berikut.
Tabel: 2.1
Komperasi Kelompok Belajar pada Belajar Kooperatif Versus Kelompok Belajar
Konvesional
Kelompok Belajar pada Belajar Kooperatif
|
Kelompok Belajar pada Belajar Konvesional
|
· Kepemimpinan
bersama
· Saling
ketergantungan yang positif
· Keanggotaan yang
hiterogen
· Mempelajari
keterampilan-keterampilan positif
· Tanggung jawab
terhadap hasil belajar seluruh anggota kelompok
· Menekankan pada
tugas dan hubungan kooperatif
· Ditunjang oleh
guru
· Satu hasil
kelompok
· Evaluasi kelompok
|
· Satu pemimpin
· Tidak saling
tergantung
· Keanggotaan yang
homogen
· Asumsi adanya
keterampilan sosial
· Tanggung jawab
terhadap belajar sendiri
· Hanya menekankan
pada tugas
· Diarahkan oleh
guru
· Beberapa hasil
individual
· Evaluasi
individual
|
Berdasarkan uraian
diatas dapat disimpulkan beberapa karakteristik dari belajar kooperatif
tersebut sebagai berikut.
1. Kelas
dibagi atas kelompok-kelompok kecil, dengan anggota kelompok yang terdiri dari
beberapa orang siswa yang memiliki kemampuan akademik yang bervariasi serta
memperhatikan jenis kelamin dan etnis.
2. Siswa
belajar dalam kelompoknya dengan bekerja sama untuk menguasai materi pelajaran
dengan saling membantu.
3. Sistem
penghargaan lebih berorientasi kepada kelompok danripada individu
Pola-pola
Interaksi Siswa
|
|



|
|
![]() |
Peranan guru
|
Perencanaan pelajaran
- Akademik
- Keterampilan sosial
Tujuan
|
- Pembuatan keputusan sebelum mengajar
- Setting pelajaran
- Monitoring dan intervening
- Evaluasi proses dan hasil
|
Gambar 2.1
Perspektif menteluruh pembelajaran kooperatif
(Diadaptasi dari Bennet, 1991:48)
|

|















|
|
|
|
E. Keterampilan
Kooperatif
Dalam belajar
kooperatif tidak hanya mempelajari materi saja, tetapi siswa juga
harus mempelajari keterampilan-keterampilan khusus yang disebut keterampilan
kooperatif. Keterampilan kooperatif ini berfungsi untuk melancarkan hubungan
kerja dan tugas. Peranan hubungan kerja dapat dibangun dengan mengembangkan
komunikasi antar anggota kelompok selama kegiatan pembelajaran. Keterampilan
kooperatif adalah sebagai berikut(Laundren, 1994:22-26):
1. Keterampilan
Tingkat Bawah
a. Menggunakan
kesepakatan, hal ini menggunakan kesepakatan untuk menyamakan pendapat yang
berguna untuk meningkatkan hubungan kerja dalam kelompok.
b. Menghargai
kontribusi, hal ini berarti memperhatikan atau mengenal apa yang dapt dikatakan
atau dikerjakan anggota lain, dapat saja dikritik dan ditujukan terhadap ide
dan tidak kepadaa individu.
c. Mengambil
giliran dan berbagi tugas, hal ini mengandung arti setiap anggota kelompok
bersedia menggantikan dan bersedia mengemban tugas/atau
tanggung jawab tertentu kepada kelompok.
d. Berada
dalam kelompok, hal ini adalah setiap anggota kelompok tetap dalam kelompok
kerja selama kegiatan berlangsung.
e. Berada
dalam tugas. Hal ini adalah meneruskan tugas yang sudah menjadi tanggung jawab,
agar kegiatan dapat diselesaikan dalam waktunya.
f. Mendorong
partisipasi, hal ini mendorong semua anggota kelompok untuk memberikan
konstrinusi terhadap tugas kelompok . ketrampilan ini
perlu karena jika ada siswa yang tidak berpastisipasi dalam kelompok maka hasil
dalam kelompok tidak akan terselesaikan pada waktunya atau hasilnya kurang
memuaskan.
g. Mengundang
orang lain, maksudnya adalaah meminta orang lain untuk berbicara dan
berpartisipasi terhadap tugas.
h. Menyelesaikan
tugas pada waktunya.
i. Menghargai
perbedaan individu, berarti sikap menghormati terhadap budaya, suku, rasa atau
pengalamaan dari semua siswa.
2. Keterampilan
Tingkat Menengah
a. Menunjukan
penghargaan dan simpati, berarti menunjukan rasa hormat , pengertian dan rasa
sensitivitas terhadap usulan-usulan yang berbeda dari orang lain.
b. Mengungkapkan
ketidaksetujuan dengan cara yang dapat diterima. Berarti menyatakan pendapat
yang berbeda dengan cara yang sopan dan sikap yang baik.
c. Mendengarkan
dengan aktif, berarti mampu menggunakan pesan fisik dan lisan
sehingga pembicara tahu bahwa siswa menyerapi informasi.
d. Bertanya
berarti siswa dapat meminta atau menanyakan suatu informasi atau penjelasan.
Dengan bertanya data mendorong anggota kelompok yang sedang tidak aktif atau
malu untuk ikut serta berperaan serta dalam kegiatan.
e. Membuat
ringkasan diperlukan untuk membantu mengatur apa yang sudah dikerjakan dan apa
yang belim dikerjakan.
f. Menafsirkan,
berarti menyatakan kembali informasi dengan kalimat yang berbeda. Informasi
dapat dijelaskan dan hal-hal penting dapat diberikan penekanan.
g. Mengatur
dam mengorganisir, keterampilan ini diperlukan dalam merencanakan dan menyusun
pekerjaan sehingga dapat diselesaikan secara efektif dan efisien.
h. Menerima
tanggung jawab, berarti bersedia dan mempu memikul tanggung jawab dan
tugas-tugas serta kewajiban untuk diri sendiri serta kelompok, untuk
menyelesaikan tugas yang diberikan.
i. Mengurangi
ketegangan, hal ini diperlukan untuk menciptakan suasana damai dalam kelompok
3. Keterampilan
Tingkat Mahir
a. Mengelaborasi,
berarti mampu memperluas konsep, kesimpulan dan menghubungkan pendapat-pendapat
dengan topik-topik tertentu.
b. Memeriksa
dengan cermat, berarti dapat menanyakan secara lebih mendalam tentang pokok
pembicaraan untuk mendapatkan jawaban yyang benar, misalnya dengan kata-kata
“mengapa” dan “dapatkah Anda memberikan contoh”.
c. Menanyakan
kebenaran, berarti memiliki kemampuan membantu siswa lain untuk
berpikir tentang jawaban yang diberikan dan memiliki
keyakinan akan ketetapan jawaban tersebut.
d. Menetapkan
tujuan, berarti menetapkan prioritas-prioritas. Dengan adanya tujuan yang
jelas, maka pekerjaan diselesaikan lebih efisien.
e. Berkompromi,
berarti membangun rasa hormat kepada orang lain. Keterampilan berkompromi ini
berarti belajar untuk mengkritik pendapat dan bukan mengkritik orangnya dan
mengurangi perbedaan.
F. kelebihan dan
Kekurangan pembelajaran kooperatif
1. Kelebihan Model Pembelajaran Kooperatif
a)
Dapat mengurangi rasa kantuk dibanding belajar sendiri
b)
Dapat merangsang motivasi belajar
Melalui kerja
kelompok, akan dapat menumbuhkan perasaan ada saingan. Jika sudah menghabiskan
waktu dan tenaga yang sama dan ternyata ada teman yang mendapat nilai lebih
baik, akan timbul minat mengejarnya. Jika sudah berada di atas, tentu ingin
mempertahankan agar tidak akan dikalahkan teman-temannya.
c)
Ada tempat bertanya
Kerja secara
kelompok, maka ada tempat untuk bertanya dan ada orang lain yang dapat
mengoreksi kesalahan anggota kelompok. Belajar sendiri sering terbentur pada
masalah sulit terutama jika mempelajari sejarah. Dalam belajar berkelompok,
seringkali dapat memecahkan soal yang sebelumnya tidak bisa diselesaikan
sendiri. Ide teman dapat dicoba dalam menyelesaikan soal latihan. Jika ada lima
orang dalam kelompok itu, tentu ada lima kepala yang mempunyai tingkat
pengetahuan dan kreativitas yang berbeda. Pada saat membahas suatu masalah
bersama akan ada ide yang saling melengkapi.
d)
Kesempatan melakukan resitasi oral
Kerja kekompok,
sering anggota kelompok harus berdiskusi dan menjelaskan suatu teori kepada
teman belajar. Inilah saat yang baik untuk resitasi. Akan dijelaskan suatu
teori dengan bahasa sendiri. Belajar mengekspresikan apa yang diketahui, apa
yang ada dalam pikiran ke dalam bentuk kata-kata yang diucapkan.
e)
Dapat membantu timbulnya asosiasi dengan perisitwa lain yang mudah diingat
Melalui kerja
kelompok akan dapat membantu timbulnya asosiasi dengan peristiwa lain yang
mudah diingat. Misalnya, jika ketidaksepakatan terjadi di antara kelompok, maka
perdebatan sengit tak terhindarkan. Setelah perdebatan ini, biasanya akan mudah
mengingat apa yang dibicarakan dibandingkan masalah lain yang lewat begitu
saja. Karena dari peristiwa ini, ada telinga yang mendengar, mulut yang
berbicara, emosi yang turut campur dan tangan yang menulis. Semuanya sama-sama
mengingat di kepala. Jika membaca sendirian, hanya rekaman dari mata yang
sampai ke otak, tentu ini dapat kurang kuat.
2) Kelemahan model pembelajaran
kooperatif atau kerja kelompok
a)
Bisa menjadi tempat mengobrol atau gosip
Kelemahan yang
senantiasa terjadi dalam belajar kelompok adalah dapat menjadi tempat
mengobrol. Hal ini terjadi jika anggota kelompok tidak mempunyai kedisiplinan
dalam belajar, seperti datang terlambat, mengobrol atau bergosip membuat waktu
berlalu begitu saja sehingga tujuan untuk belajar menjadi sia-sia.
b)
Sering terjadi debat sepele di dalam kelompok
Debat sepele ini
sering terjadi di dalam kelompok. Debat sepele ini sering berkepanjangan
sehingga membuang waktu percuma. Untuk itu, dalam belajar kelompok harus
dibuatkan agenda acara. Misalnya, 25 menit mendiskusikan bab tertentu,
dan 10 menit mendiskusikan bab lainnya. Dengan agenda acara ini, maka belajar
akan terarah dan tidak terpancing untuk berdebat hal-hal sepele.
c)
Bisa terjadi kesalahan kelompok
Jika ada satu
anggota kelompok menjelaskan suatu konsep dan yang lain percaya sepenuhnya
konsep itu, dan ternyata konsep itu salah, maka semua anggota kelompok berbuat
salah. Untuk menghindarinya, setiap anggota kelompok harus sudah mereview
sebelumnya. Kalau membicarakan hal baru dan anggota kelompok lain belum
mengetahui, cari konfirmasi dalam buku untuk pendalaman.
Kelebihan dan
kelemahan dalam penggunaan model pembelajaran kooperatif sebagai strategi
mengajar guru, maka hal tersebut dapat menjadi pertimbangan bagi guru dalam
penggunaannya. Namun, faktor profesionalisme guru menggunakan model tersebut sangat
menentukan dan kesadaran murid mengikuti pembelajaran melalui strategi
kelompok. Sasaran pembelajaran adalah meningkatkan kemampuan belajar siswa
sehingga penggunaan model ini akan memungkinkan siswa lebih aktif, kreatif dan
mandiri dalam belajar sesuai tuntutan materi pelajaran atau kurikulum.
0 komentar:
Posting Komentar