Definisi Fenomenologi
Fenomenologi adalah ilmu yang
berorientasi untuk mendapatkan penjelasan tentang realitas yang tampak.
Fenomenologi memanfaatkan pengalaman intuitif atas fenomena, sesuatu yang hadir
dalam refleksi fenomenologis, sebagai titik awal dan usaha untuk mendapatkan
fitur – hakekat dari pengalaman dan hakekat dari apa yang kita alami. Peneliti dalam pandangan fenomenologis
berusaha memahami arti peristiwa dan kaitan-kaitannya terhadap orang-orang
biasa dalam situasi-situasi tertentu. berusaha membangun dan menuju
perkembangan analisis dari fenomena menjadi lebih baik.
Suatu fenomena bukanlah suatu yang statis,arti suatu
fenomena tergantung pada sejarahnya. Wawasan utama fenomenologi adalah
“pengertian dan penjelasan dari suatu realitas harus dibuahkan dari gejala
realitas itu sendiri” (Aminuddin, 1990:108). Dalam perkembangannya,
fenomenologi memang ada beberapa macam, antara lain: (a) fenomenologi Edid etik
dalam linguistik; (b) fenomenologi Ingarden dalam sastra, artinya pengertian
murni ditentukan melalui penentuan gejala utama, penandaan dan pemilahan,
penyaringan untuk menentukan keberadaan, danpenggambaran gejala; (c)
fenomenologi transendental; (d) fenomenologi eksistensial. Bagi fenomenologi
transendental, keberadaan realitas sebagai “objek” secara tegas ditekankan.
Kesadaran aktif dalam menangkap dan merekonstruksi kesadaran terhadap suatu
gejala amat penting. Bagi fenomenologi eksistensial, penentuan pengertian dari
gejala budaya semata-mata tergantung individu. Refleksi individual menjadi
“guru” bagi individu itu sendiri dalam rangka menemukan kebenaran.
Pengertian hermeneutika
hermeneutika juga sering didefinisikan sebagai,
pertama, teori penafsiran Kitab Suci (theory of biblical exegesis). Kedua,
hermeneutika sebagai metodologi filologi umum (general philological methodology).
Ketiga, hermeneutika sebagai ilmu tentang semua pemahaman bahasa (science of
all linguistic understanding). Empat, hermeneutika sebagai landasan metodologis
dari ilmu-ilmu kemanusiaan (methodological foundation of
Geisteswissenschaften). Lima, hermeneutika sebagai pemahaman eksistensial dan
fenomenologi eksistensi (phenomenology of existence dan of existential
understanding). Dan enam, hermeneutika sebagai sistem penafsiran (system of
interpretation). Hermeneutika sebagai sistem penafsiran dapat diterapkan, baik
secara kolektif maupun secara personal, untuk memahami makna yang terkandung
dalam mitos-mitos ataupun simbol-simbol.
Pengertian teori resepsi sastra
Resepsi sastra merupakan aliran sastra yang meneliti
teks sastra dengan mempertimbangkan pembaca selaku pemberi sambutan atau tanggapan.
Dalam memberikan sambutan dan tanggapan tentunya dipengaruhi oleh faktor ruang,
waktu, dan golongan sosial[1].
berasal dari bahasa Latin yaitu recipere yang
diartikan sebagai penerimaan atau penyambutan pembaca[2]. Dalam arti luas
resepsi diartikan sebagai pengolahan teks, cara-cara pemberian makna terhadap
karya, sehingga dapat memberikan respon terhadapnya. Respon yang dimaksudkan
tidak dilakukan antara karya dengan seorang pembaca, melainkan pembaca sebagai
proses sejarah, pembaca dalam periode tertentu[3].
Menurut Pradopo (2007:218) yang dimaksud resepsi
adalah ilmu keindahan yang didasarkan pada tanggapan-tanggapan pembaca terhadap
karya sastra. Teeuw (dalam Pradopo 2007:207) menegaskan bahwa resepsi termasuk
dalam orientasi pragmatik. Karya sastra sangat erat hubungannya dengan pembaca,
karena karya sastra ditujukan kepada kepentingan pembaca sebagai menikmat karya
sastra. Selain itu, pembaca juga yang menentukan makna dan nilai dari karya
sastra, sehingga karya sastra mempunyai nilai karena ada pembaca yang
memberikan nilai.
Teori resepsi tidak hanya memahami bentuk suatu
karya sastra dalam bentangan historis berkenaan dengan pemahamannya. Teori
menuntut bahwa sesuatu karya individu menjadi bagian rangkaian karya lain untuk
mengetahui arti dan kedudukan historisnya dalam konteks pengalaman
kesastrannya. Pada tahapan sejarah resepsi karya sastra terhadap sejarah sastra
sangat penting, yang terakhir memanifestasikan dirinya sebagai proses resepsi
pasif yang merupakan bagian dari pengarang. Pemahaman berikutnya dapat
memecahkan bentuk dan permasalahan moral yang ditinggalkan oleh karya
sebelumnya dan pada gilirannya menyajikan permasalahan baru.
0 komentar:
Posting Komentar