
Kisah I
ah...
Jeda memang perlu,
Katamu
Tapi diri ini terlalu rindu,
Tuk sekedar melihat siluet beningmu di pusara itu
Terpaut dalam sepersekian detik waktu
Jeda memang perlu,
Katamu
Lalu aku berlalu,
Untuk lenyap . . . ; Seperti yang kau minta
:disini, bersama mereka yang mengenggam jeda dalam rindu :)
16/06/14
Kisah II
/jeda/
(I)
Kita bersua di seperempat awal hari itu
Masih, seringai yang sama
Jeda, katamu
Lalu hilang tenggelam ke siluet tak terengkuh
(ii)
Ah.. Rinai embun tak pelak ikut tenggelam bersama larikmu
Ukir mozaik cinta -atau suatu hal absurd lainnya-
Benamkan asa dulu
(iii)
Hei engkau yang lenyap bersama bayang!
Aku ingin ikut lenyap
Bukan, bukan kesana...
Hanya tenggelam bersama senja ^^
16/06/14
Kisah III
Izinkan aku
Tenggelam bersama jingga ini ...
Aku ingin tak ada,
sempurna seperti setitik hitam dalam putih ...
Izinkan aku,
Sekadar coretkan asa melintang,
Biar tak jelas,
Biar kau tak mengerti,
Biar kau tak pernah tau,
Hanya,,, izinkan saja aku..
Walau hanya sekedar memori..
: bersama senja, bias jingga mentari, dan bayang itu
16/06/2014
Kisah IV
Aku adalah kabut..
Samar,
Tak terengkuh,
Tapi dapat kau rasakan adanya,
...
Aku adalah kabut...
Kubermain bersama tawa,
Harap menangkap gemintang meski tak terang
Lalu hilang, bersama detak jarum jam..
Ya, karena aku adalah kabut...
Maka aku akan selalu datang, lalu pergi...
: sebuah memorabilia tentang aku dan kabut,
Bersama mentari pagi 21 Ramadhan, 10/08/2012
Kisah V
seberkas bias jingga mengintip lewat spasi-spasi jendela
samar bersama butiran kisah kita
rekahkan satu -bahkan lebih- senyuman
lalu pelan membunuh ...
tewas!
aku, ...
kau, ...
kita, sama-sama tau
sama-sama mengerti
ini hanyalah embun yang kan sirna terpancar terik
hanyalah debu yang kan lenyap terciprat basah
hanyalah api yang kan padam disiram air
hanyalah sementara!
tolong, dengarkan aku yang merintih dalam bisu!
anggap aku tak pernah ada!
sungguh, aku terlalu takut.....
terlalu takut :'(
: di BumiNya, bersama tangisan apologia Sang Senja
16/06/2014
Kisah VI
Tahukan kau wahai pujangga kecil? :)
Kau terlalu cerdas tuk coretkan huruf ABC
Walau cahaya jeda per 9 detik
Mata mengerjap-ngerjap
Ah.. Samar
dan kau terlalu cerdas untuk hal itu...
"Yang ditanya tak lebih lebih tau daripada yang bertanya," kata beliau SAW
Maka lihatlah gugur daun di pondok sana
Senja jingga di ujung bukit pelangi
semut kecil di tempias rimis
Bahkan bias mentari yang masuk lewat spasi jendela
Kau kan lebih banyak belajar dari mereka,
Wahai pujangga kecil :)
16/06/14
Kisah VII
Sabit nan kuning
Samarkan pendaran bintang di sana
Lalu ku mengerti
Kau samarkan diri, untuk lenyap dan tak kembali
Maaf ku lupa
Kalau tadi inginnya kulepas
Tapi malah dirimu yang melepaskan genggaman ini
Sebuah keniscayaan
Ku belum bisa melepas bayang itu
Siapa kau?
Aku ini tak pernah mengenalmu
Aku hanya berlindung di teduh bayangmu
Tanpa tau siapa pemilik bayang itu
Tanpa bertemu denganmu, lalu membaur begitu saja
. . .
Aku belum bisa melepas bayang itu
Kala dia memutuskan pergi, dengan sakit
Mungkin capai membuat hati ini teduh?
Karena kita berpura-pura tak ada, begitu?
Atau karena aku yang diam tak mengerti?
Ah... Lenyapkah?
-ANP-
16/06/14
Kisah VIII
Sang Raja sudah lama tenggelam bersama ombak
Langit dan laut bersatu
Semesta biru kehitaman
Titik-titik cahaya bintang dan buritan perahu nelayan temaram hiasi kain malam
Malam ini temaram
Setemaram hatimu, mungkin
Lihatlah, langit bagai beledu kebesaranmu
Bulan tiba-tiba memudarkan peraknya
Setemaram hati itu
Ah..Semoga hanya untuk malam ini
Besok atau lusa
Kuingin melihat langit ini kembali cerah
Setajam tatapan matamu
Segaris perjuangan hebatmu
Tersenyumlah!
-ANP-
Lmg, 16/06/2014
Kisah IX
Lihatlah!
Perahu nelayan berspasi-spasi di laut Utara
Membentuk formasi? Entahlah
Satu dua maju-mundur
Tidak, bukan untuk mengikuti arus ombak!
Sungguh lihatlah!
Betapa sederhananya masalah ini
Belajarlah dari mereka: perahu-perahu itu
Kesahajaannya, aduhai, bisu ku mengatakannya
Hei kau!
Masalah ini sungguh sederhana
Paling tidak di mataNya
Lihatlah!
-ANP-
Lmg, 16/06/14
Kisah X
Entah langit ditopang oleh kekuatan apa
Tak goyah jatuh ke Bumi
Setia pada waktu
Kokoh bersahaja
Suatu saat kau kan menemukan lanskap terbaiknya
Memang, ia indah pada waktunya
karena cintanya pada Sang Pencipta
Pernahkah kau lihat ia mengeluh pada takdir?
...
Jadilah sekokoh langit :)
-ANP-
Smrg, 16/06/14
0 komentar:
Posting Komentar