Pages

Jumat, 27 Juni 2014

Kado Terindah Di Hari Ulang Tahun

ULANG TAHUN SAHABATKU
Puisi Muh.Harjum Nurdin

Sang kuasa adil .
Memberi kita kehidupan mulia .
Teman yang mengerti keadaan .
Menuang keikhlasan .
Menimbun kebencian .
Membendung kesedihan .
Mencerahkan keceriaan .
Semua berarti .

Kelak saat kita berpisah nanti .
Dan kalau pun kelak kita di satukan kebali
dalam umur yang sudah ditentukan sang kuasa .
Keikhlasan masa lalu itu muncul .
Karena sosok seorang teman sepertimu .
Bagiku sangat lah spesial .
Dari yang tidak kenal
lalu berkenalan .
Karena keramahan .
Terima kasih kamu telah mau menerimaku sebagai seorang teman .

DOA DAN ASA
Puisi Muh.Harjum Nurdin

Kencang sang waktu berlari tak mampu ku kendalikan
dan tak mampu aku perlambat lajunya
dentang lonceng malam ini tepat kau berusia dewasa
mengiringi usia kisah kita

Tidaklah berupa rangkaian bunga
Ataupun boneka beruang seperti kepunyaan Alice
Tidak pula sebuah puisi yang ditulis dengan pena penuh puja dan puji

Aku berharap di usia Tujuh Belas Mu
Kau di beri hadiah oleh Tuhan berupa kesabaran
Sehingga saat kesakitan datang kau bisa hadapi
Dan kembali berdiri meskipun tanpa satu kaki Mu

Dan Aku berdoa agar Tuhan senantiasa mengutus malaikatnya
Untuk menjaga Mu di setiap engkau melangkah
Karena aku sadari aku tak bisa menjaga Mu seutuhnya
meskipun aku berusaha untuk seperti itu

Doa dan Harap ini akan terus saya ucap
Bukan hanya saat ini . .

Garwa ku.
Maafkan Aku
Jika Aku Tak mampu menjadi Laki-laki yang semestinya menemanimu malam ini
Dan Tak Mampu memberi Apa yang kamu inginkan
di hari dimana kau dilahirkan di 17 tahun yang lalu . ..

SEIKAT PUISI ULANG TAHUN
Oleh Muh.Harjum Nurdin

Seikat puisi ulang tahun
dapat dipesan di para pengrajin
di tepian jalan malioboro yogyakarta
bersebelahan dengan dagangan anyaman dan cindera matawarna warni

Pagi ini kupesan puisi ulang tahun seikat
pengrajin itu mengambil kertas mulai mencoba bekerja tapi ia gagal

karena ia mencoba membuat puisi ulang tahun
yang dialamatkan kepada puisi itu sendiri
akhirnya ia hanya bisa membuat prolog

jadi mari kita ganti judul puisi ini
menjadi prolog puisi ulang tahun
seikat pula
itupun kalau boleh

satu lagi
boleh tidak boleh
akan kutambahkan di baris terakhir
selamat ulang tahun cecil mariani

Yogyakarta, 12 maret 2005

ULANG TAHUN UNTUK BUNDA
Oleh Muh.Harjum Nurdin

Rentang waktu
terkadang membuat kita lupa
bahwa kita semakin dewasa

Rentang waktu
terkadang membuat kita lupa
bahwa kita telah melanggar titah Yang Kuasa

Rentang waktu
terkadang membuat kita sadar
bahwa kita hanya manusia
yang tak punya apa-apa
selain jasad yang tak berguna

Rentang waktu
terkadang membuat kita sadar
bahwa Tuhan tidak melihat harta dan rupa
melainkan hati yang ada di dalam dada
dan amal jasad yang lata

Walau Einstein berkata bahwa rentang waktu itu berbeda
tergantung dalam keadaan apa kita berada
Namun Tuhan telah berkata,
“Hanya Akulah yang tahu umur manusia”.

Sekular barat berkata,
“Waktu adalah dollar di dalam kantung”
Namun Hasan Al-Bana berkata,
“Waktu adalah pedang, potong atau terpotong”.

Waktu…..
Alam terus menari dalam simfoninya
Waktu…..
Umur manusia didikte olehnya
Waktu….. setiap detaknya
memakukan kita di persimpangan jalan
jalan Tuhan atau jalan setan

Rentang waktu…..
semoga tak melalaikan kita
tuk terus berjalan di jalan-Nya

Lhokseumawe, November ‘9

LEMBARAN BARU
Oleh Muh.Harjum Nurdin

Datang sudah hari ini,
Hari dimana dulu aku dilahirkan
Hari dimana orang tertawa sekaligus haru
Menjelang perkenalanku dengan dunia ini

Hari ini aku mengenang kembali
Kerikil-kerikil tajam yang memperkaya arti hidupku
Manisnya madu cerita hidup yang membuat senyumku lepas…
Tapi apa yang telah aku berikan
Untuk orang – orang yang tertawa sekaligus haru
Menjelang kelahiranku

hari ini genap sudah umurku 22 thn
Apa yang telah kuberikan untuk
Agamaku untuk tuhanku untuk kedua orang tuaku
Untuk sahabatku yang rela berkorban untukku

Hari hari lewat, pelan tapi pasti
Hari ini aku menuju satu puncak tangga yang baru
Karena aku akan membuka lembaran baru
Untuk sisa jatah umurku yang baru…

Apa yang yang harus ku persiapkan untuk
masa depanku, untuk akhirat ku, untuk
kedua orang yang mencintaiku dan untuk tuhanku
Tapi… coba aku tengok kebelakang
Ternyata aku masih banyak berhutang

Ya, berhutang pada diriku…
Karena ibadahku masih pas-pasan…

SELAMAT ULANG TAHUN
Oleh Muh.Harjum Nurdin

Selamat ulang tahun kawan
Selamat panjang umur
Sambut suka mu

Hari jadi mu ini
Menanarkan pandang indah masa lampau
Yang dulu keras menyapa
Yang kini lembut tersaput masa

Helai helai yang memudar putih
Menyurukkan ku pada lampau-lampau tengik yang kau ubah menjadi indah
Dalam bayang jajar lilin yang enggan terbilang
Perlambang enggan ku menyaji rindu

Selamat ulang tahun kawan ...
Demi selang masa yang telah kita lalui
Ijinkan aku
Memintakan slalu jamahan tangan Nya

Selamat Ulang Tahun Sob
Tambatkan secercah lagi
Lantun indah di hati mu

Jakarta, 05 Juni 2012
Selamat Ulang Tahun ya nDiL.


HAPPY BRITH DAY
Puisi Muh.Harjum Nurdin

Seuntai kasih membawa kita bahagia......
sepatah kata.....
membuat kita percaya...
setitik air penghapus dahaga
tapi....
persahabatan melebihi segalanya....

Di hari yang bertabur kasih
saat sesosok manusia mungil muncul
membawa kebahagiaan bagi pemiliknya...

Kini adalah hari jadi untukmu sobat....
semoga apa yang kau harapkan terkabulkan...
amin....yarobbal 'alamin;

ULANG TAHUN
Oleh Muh.Harjum Nurdin

Ulang tahun
Kau hari yang ku tunggu-tunggu
Kau juga mengingatkanku pada hari kelahiranku
Dimana bertambahnya umurku

Ulang tahun
Andai kau ada di setiap hariku
Pasti aku selalu gembira
Dan merasakan indahnya hari itu

Ulang tahun
Kau membuatku sangat bahagia
Karena hari itulah aku mendapatkan banyak hadiah
Hari ulang tahun hari yang tak penah ku lupakan

BISMILLAH KADO TERINDAH
Oleh Muh.Harjum Nurdin

Tiada kiloan emas permata
Ku persembahkan di hari istimewa
Ku sematkan kata terindah penuh makna

Bismillah.....
Satu kata penuh hikmah
Bahagia menyentuh jiwa
Terbungkus rapi bersemayang di dada

Dariku untuk mu
Ku panjatkan doa
Agar kau sehat dan bahagia

Bismillah.....
Kupersembahkan pada mu
Di hari bahagia mu
Kado terindah dalam hidup mu

HAPPY BIRTHDAY YA
Oleh Muh.Harjum Nurdin

Di Hari Ini
Enggak Ada Kata-Kata Indah Yang Bisa Ku Rangkai
Ataupun Hal Istimewa Yang Mampu Ku Urai

Mungkin Ini Gag Berarti Apa-Apa Bagimu
Tapi Yang Pasti
Do'aku Akan Iringi Di Setiap Jejak Langkahmu

Aku Menyadari Kita Udah Berpisah 1 Tahun Lebih
Gag Jumpa Hampir Setahun
Bahkan Engkau Memutuskanku 5 Bulan Lalu

Tapi Entah Kenapa
Aku Gag Pernah Bisa, Menggantikanmu Dengan Yang Lain

Beberapa Waktu Lalu,, Memang Pernah Kucoba Merelakan Hatiku Pada Yang Lain
Tapi Akhirnya,
Kandas Dalam Waktu Singkat
Hanya Karena Aku Tak Bisa Membohongi, Bahwa Hatiku Masih Untukmu

Bukan Sok Puitis,,,,,Tapi Percaya Gag Percaya Itulah Kenyataannya

Makasih Atas Warna Yang Pernah Engkau Lukis Dalam Hidupku
Dan Ijinkan Diriku Menyimpannya, Walau Mungkin Sebenarnya Aku Tak Berhak Memilikinya Lagi

Semua Ini Karena, '' KAU YANG TERINDAH''

HAPPY BIRTHDAY YAAAAAAAACH,
Semoga...... Aku Menjadi Yang TERBAIK

Kamis, 26 Juni 2014

Kecewapun Harus Tetap dijalani :(





LILIN

Lilin-lilin kecil memutari dindingku
Menyala hingga terkagumi akan cahayanya
Kutiup satu persatu
Dan mengucapkan doa
Di hari ini aku selalu dan tetap mencintaimu
Memohon agar kau bisa memanggilku
Untuk bersandar di bahumu

Sebatang lilin terisisa di pertungkuan
Dan biarkan ia tetap menyala
Dan biarkan angin yang meniupnya
Karna aku tak ingin beranjak dari hadapanmu

Andai aku bisa menggapainya
Akan ku jadikan pelita dalam lilin itu
Untuk ku titipkan
Sebercak cahaya kilaunya wajahmu
Saat kau mendekatkanya
Diposkan oleh Muh.Harjum Nurdin di 06.32


15 SEPTEMBER

Kemarin..
Aku sendiri bersama bayangan hilang
Duduk berdampingan dengan seseorang
Yang tampak istimewa..
Ku ingat bayangan itu dibalik jari-jariku datang menghampiri
Memberikan cahaya kecil berwarna jingga
Ku tulis namanya dan ku ingat wajah parasnya
Ku simpan dia didalam sekotak kecil bingkisan indah
Hari ini akan ku buka kotak kecil itu
Untuk memberi seberkas keistimewaan untuk sang bayanganku
Lihatlah dihadapanmu
Seorang lelaki telah menunggumu untuk mengucapkan
HAPPY BIRTHDAY !
Diposkan oleh Muh.Harjum Nurdin di 19.47

06-08-2014

Cinta yang tlah membuka matamu dan menyatukan hati kita berdua pasti dapat memberikan kebahagian untuk kita
Genggamlah tanganku erat dan kita lihat masa depan
Tak ada yang bisa membuatku jauh darimu
Karena cintaku begitu besar untukmu,untuku,dan untuk kita
Cintamu tlah mengalir dari ujung kepalaku hingga ujung jariku
Kasih sayang tulusmu membuatku sadar akan kebesaranya
Aku harap engkau adalah cinta terakhirku
Selama aku hidup di dunia ini aku hanya ingin menatapmu
Dan aku ingin hanya kau lah yang selalu mencium keningku
Di saat aku terbangun..
Diposkan oleh Muh.Harjum Nurdin di 19.45

HUJAN

Di tengah malam gelap
Ku lihat air mengalir deras dari atas langit
Aku bermimpi kau saat aku mendengarkan alunan musik
Hujan tlah menghancurkan suara indah itu
Gemuruh terdengar dari awan hitam
Membangunkanku dari mimpimu
Dan aku benci hujan. .

Tanpa gerimis kita tak mungkin bersatu
Dan Karena hujan kita berpisah
Gerimis membawa indah di wajahmu
Kekaguman akan kuasanya menggmbarkanya pada dirimu
Meski kau pergi bersama hujan
Gerimis selalu menemaniku bersama alunan indah
Dan mengenangmu saat aku dan kamu bersatu
Mimpi itu menjadi kenyataan
Bahwa hujan tlah membawamu dari gerimisku
Mengubahnya menjadi hilang
Dan takan kembali..
(z)
Diposkan oleh Muh.Harjum Nurdin di 19.43

DISINI MENUNGGUMU

Aku disini duduk melihat laut
Berharap engkau akan datang saat itu
Angin lautpun membawaku untuk pulang
Seolah-olah ia menyuruhku untuk menunggu
Aku hanya ingin bertemu
Sudah beberapa hari kau tak datang
Aku selalu ingin disini
Menunggu tanpa kepastian
Lelah aku disini
Tapi aku akan terus mengharapmu
Hatiku yakin bahwa kau akan pulang hari ini
Dan membawakan beribu rindu terpendam
Untuk segera memelukmu
Dan katakanlah engkau akan terus disini
Bersamaku
Dan berjanji untuku takan kau pergi lagi
Untuk meninggalkanku
Walau hanya untuk beberapa waktu saja
Luangkanlah untuku
Karna aku disini untukmu ..

Puisi-Puisi Penulis Terkenal


PARA PEMINUM

Karya: sutardji calzoum bachri


di lereng lereng
para peminum
mendaki gunung mabuk
kadang mereka terpeleset
jatuh
dan mendaki lagi
memetik bulan
di puncak 

mereka oleng
tapi mereka bilang
--kami takkan karam
dalam lautan bulan--
mereka nyanyi nyai
jatuh
dan mendaki lagi 

di puncak gunung mabuk
mereke berhasil memetik bulan
mereka mneyimpan bulan
dan bulan menyimpan mereka 

di puncak
semuanya diam dan tersimpan

HERMAN

Karya: sutardji calzoum bachri

herman tak bisa pijak di bumi tak bisa malam di bulan
tak bisa hangat di matari tak bisa teduh di tubuh
tak bisa biru di lazuardi tak bisa tunggu di tanah
tak bisa sayap di angin tak bisa diam di awan
tak bisa sampai di kata tak bisa diam di diam tak bisa paut di mulut
tak bisa pegang di tangan takbisatakbisatakbisatakbisatakbisatakbisa
di mana herman? kau tahu?
tolong herman tolong tolong tolong tolongtolongtolongtolongngngngngng!


MATA HITAM
karya : WS Rendra

Dua mata hitam adalah matahati yang biru
dua mata hitam sangat kenal bahasa rindu.
Rindu bukanlah milik perempuan melulu
dan keduanya sama tahu, dan keduanya tanpa malu.
Dua mata hitam terbenam di daging yang wangi
kecantikan tanpa sutra, tanpa pelangi.
Dua mata hitam adalah rumah yang temaram
secangkir kopi sore hari dan kenangan yang terpendam.



AKU BERADA KEMBALI
Karya : Chairil Anwar

Aku berada kembali. Banyak yang asing:
air mengalir tukar warna,kapal kapal,
elang-elang
serta mega yang tersandar pada khatulistiwa lain;
rasa laut telah berubah dan kupunya wajah
juga disinari matari lain.
Hanya
Kelengangan tinggal tetap saja.
Lebih lengang aku di kelok-kelok jalan;
lebih lengang pula ketika berada antara
yang mengharap dan yang melepas.
Telinga kiri masih terpaling
ditarik gelisah yang sebentar-sebentar
seterang
guruh
1949


PADA SUATU HARI NANTI
Karya : Supardi  Djoko Damono

Pada suatu hari nanti,
Jasadku tak akan ada lagi,
Tapi dalam bait-bait sajak ini,
Kau tak akan kurelakan sendiri.

Pada suatu hari nanti,
Suaraku tak terdengar lagi,
Tapi di antara larik-larik sajak ini.

Kau akan tetap kusiasati,
Pada suatu hari nanti,
Impianku pun tak dikenal lagi,
Namun di sela-sela huruf sajak ini,
Kau tak akan letih-letihnya kucari.


DARI BENTANGAN LANGIT
Karya  :Emha Ainun Najib

Dari bentangan langit yang semu
Ia, kemarau itu, datang kepadamu
Tumbuh perlahan. Berhembus amat panjang
Menyapu lautan. Mengekal tanah berbongkahan
menyapu hutan !
Mengekal tanah berbongkahan !
datang kepadamu, Ia, kemarau itu
dari Tuhan, yang senantia diam
dari tangan-Nya. Dari Tangan yang dingin dan tak menyapa
yang senyap. Yang tak menoleh barang sekejap.

1997


SEBUAH JAKET BERLUMURAN DARAH
karya: Taufik Ismail

Sebuah jaket berlumur darah
Kami semua telah menatapmu
Telah pergi duka yang agung
Dalam kepedihan bertahun-tahun.

Sebuah sungai membatasi kita
Di bawah terik matahari Jakarta
Antara kebebasan dan penindasan
Berlapis senjata dan sangkur baja
Akan mundurkah kita sekarang
Seraya mengucapkan ’Selamat tinggal perjuangan’
Berikara setia kepada tirani
Dan mengenakan baju kebesaran sang pelayan?.

Spanduk kumal itu, ya spanduk itu
Kami semua telah menatapmu
Dan di atas bangunan-bangunan
Menunduk bendera setengah tiang.

Pesan itu telah sampai kemana-mana
Melalui kendaraan yang melintas
Abang-abang beca, kuli-kuli pelabuhan
Teriakan-teriakan di atas bis kota, pawai-pawai perkasa
Prosesi jenazah ke pemakaman
Mereka berkata
Semuanya berkata
Lanjutkan Perjuangan.


HANYA DALAM PUISI

karya : Ajip Rosidi

 

Dalam kereta api
Kubaca puisi: Willy dan
Mayakowsky
Namun kata-katamu
kudengar
Mengatasi derak-derik
deresi.

Kulempar pandang ke luar:
Sawah-sawah dan
gunung-gunung
Lalu sajak-sajak
tumbuh
Dari setiap bulir peluh
Para petani yang
terbungkuk sejak pagi

Melalui hari-hari keras dan sunyi.
Kutahu kau pun tahu:
Hidup terumbang-ambing antara langit
dan bumi
Adam terlempar dari surga
Lalu kian kemari
mencari Hawa.

Tidakkah telah menjadi takdir penyair
Mengetuk pintu demi pintu
Dan tak juga
ditemuinya: Ragi hati
Yang tak mau
Menyerah pada
situasi?

Dalam lembah
menataplah wajahmu
yang sabar.
Dari lembah
mengulurlah tanganmu
yang gemetar.
Dalam kereta api
Kubaca puisi: turihan-turihan hati
Yang dengan jari-jari
besi sang Waktu
Menentukan langkah-langkah Takdir:
Menjulur
Ke ruang mimpi yang kuatur
sia-sia.

Aku tahu.
Kau pun tahu. Dalam puisi
Semuanya jelas dan pasti.

1968


SURAT DARI IBU

Karya : Asrul Sani


Pergi ke dunia luas, anakku sayang
pergi ke hidup bebas !
Selama angin masih angin buritan
dan matahari pagi menyinar daun-daunan
dalam rimba dan padang hijau.
Pergi ke laut lepas, anakku sayang
pergi ke alam bebas !
Selama hari belum petang
dan warna senja belum kemerah-merahan
menutup pintu waktu lampau.
Jika bayang telah pudar
dan elang laut pulang kesarang
angin bertiup ke benua
Tiang-tiang akan kering sendiri
dan nakhoda sudah tahu pedoman
boleh engkau datang padaku !
Kembali pulang, anakku sayang
kembali ke balik malam !
Jika kapalmu telah rapat ke tepi
Kita akan bercerita
“Tentang cinta dan hidupmu pagi hari.”


SEBELUM LAUT BERTEMU LANGIT
karya : Eka Budianta

Seekor penyu pulang ke laut
Setelah meletakkan telurnya di pantai
Malam ini kubenamkan butir-butir
Puisiku di pantai hatimu
Sebentar lagi aku akan balik ke laut.

Puisiku – telur-telur penyu itu-
mungkin bakal menetas
menjadi tukik-tukik perkasa
yang berenang beribu mil jauhnya
Mungkin juga mati
Pecah, terinjak begitu saja

Misalnya sebutir telur penyu
menetas di pantai hatimu
tukik kecilku juga kembali ke laut
Seperti penyair mudik ke sumber matahari
melalui desa dan kota, gunung dan hutan
yang menghabiskan usianya

Kalau ombak menyambutku kembali
Akan kusebut namamu pantai kasih
Tempat kutanamkan kata-kata
yang dulu melahirkan aku
bergenerasi yang lalu

Betul, suatu hari penyu itu
tak pernah datang lagi ke pantai
sebab ia tak bisa lagi bertelur
Ia hanya berenang dan menyelam
menuju laut bertemu langit
di cakrawala abadi

Jakarta, 2003


IBU
Karya: D. Zawawi Imron

kalau aku merantau lalu datang musim kemarau
sumur-sumur kering, daunan pun gugur bersama reranting
hanya mataair airmatamu ibu, yang tetap lancar mengalir

bila aku merantau
sedap kopyor susumu dan ronta kenakalanku
di hati ada mayang siwalan memutikkan sari-sari kerinduan
lantaran hutangku padamu tak kuasa kubayar

ibu adalah gua pertapaanku
dan ibulah yang meletakkan aku di sini
saat bunga kembang menyemerbak bau sayang
ibu menunjuk ke langit, kemudian ke bumi
aku mengangguk meskipun kurang mengerti

bila kasihmu ibarat samudera
sempit lautan teduh
tempatku mandi, mencuci lumut pada diri
tempatku berlayar, menebar pukat dan melempar sauh
lokan-lokan, mutiara dan kembang laut semua bagiku
kalau aku ikut ujian lalu ditanya tentang pahlawan
namamu, ibu, yang kan kusebut paling dahulu
lantaran aku tahu
engkau ibu dan aku anakmu

bila aku berlayar lalu datang angin sakal
Tuhan yang ibu tunjukkan telah kukenal
ibulah itu bidadari yang berselendang bianglala
sesekali datang padaku
menyuruhku menulis langit biru
dengan sajakku.

Selasa, 24 Juni 2014

Hubungan Strukturalisme dan Semiotika

Semiotika Strukturalis
Saussure mendefinisikan semiotika (semiotics) sebagai ilmu yang mengkaji tentang peran tanda sebagai bagian dari kehidupan sosial. Menurut Umberto Eco, tanda didefinisikan sebagi sesuatu yang atas dasar konvensi sosial yang terbangun sebelumnya, dapat dianggap mewakili sesuatu yang lain. Littlejohn (1996: 64) dalam Sobur (2001: 95) menyatakan bahwa tanda-tanda (signs) adalah basis dari seluruh komunikasi. Tidak mengherankan bila sebagian teori komunikasi berasal dari semiotik, karena tanpa tanda manusia tidak bisa berkomunikasi.

Dalam ”Course in General Lingustics” karya Saussure, di kemudian hari hasil pemikirannya dianggap sebagai sumber teori linguistik yang paling berpengaruh, dimana kita mengenalnya dengan istilah ”strukturalisme” (Greenz, 2001: 178 dalam Sobur, 2003: 44). Hasil pemikiran Saussure yang terpenting adalah prinsip yang mengatakan bahwa tanda (sign) tersusun dari dua bagian yaitu penanda (signifier) adalah bunyi yang bermakna dan petanda (signified) adalah konsep dari bahasa. Hubungan antara keduanya terbentuk berdasar kesepakatan umum (konvensi). Menurut Saussure linguistik dapat ditelaah dari dua dimensi, yaitu dimensi vertikal (sinkronik) dan dimensi horisontal (diakronik). Untuk memahami analisis sinkronik terhadap teks adalah dengan melihat pola berlawanan yang terpasang dan terpendam dalam teks (struktur paradigmatis) sementara analisis diakronik memusatkan perhatian pada rangkaian peristiwa atau kejadian (struktur sintagmatis) yang membentuk narasi.

Semiotika strukturalisme mendasarkan diri pada semiologi Saussurean. Dimana analisis struktural berupaya menyatakan kembali (reconstitute), organisasi simbol-simbol di dalam sistem tempat mereka berada. (Irawanto, 1999: 29). Salah satu pemikir semiologi strukturalisme yang sangat dipengaruhi oleh Saussure adalah Roland Barthes, dimana menurut pemikirannya, bahwa signifikansi adalah proses yang total dengan suatu susunan yang sudah terstruktur. Sumbangan Barthes yang sangat berarti bagi penyempurnaan semiotika Saussure adalah melanjutkan proses penandaan yang berhenti pada tataran denotatif. Sebab terdapat perbedaan yang mendasar antara tataran konotasi adalah makna yang khusus atau makna yang tersembunyi, sedangkan tataran denotasi adalah makna umum atau makna sesungguhnya. Dalam semiologi Bathes, denotasi merupakan sistem signifikansi (pemaknaan) tingkat pertama, sementara konotasi adalah sistem signifikansi tingkat kedua. (Budiman, 1999: 22, dalam Sobur, 2003: 70 – 71).

Tujuan analisis Barthes, bukan hanya untuk membangun suatu sistem klasifikasi unsur-unsur narasi yang sangat formal, namun lebih banyak untuk menunjukkan bahwa tindakan yang paling masuk akal, rincian yang paling meyakinkan, atau teka-teki yang paling menarik, merupakan produk buatan, dan bukan tiruan dari yang nyata. (Sobur, 2003: 66).
Dalam kerangka Barthes, konotasi identik dengan operasi ideologi, yang disebut sebagai ‘mitos’, dan berfungsi untuk mengungkapkan dan memberikan pembenaran bagi nilai-nilai dominan yang berlaku dalam suatu periode tertentu. Seperti halnya Marx, Barthes juga memahami ideologi sebagai kesadaran palsu yang membuat orang hidup di dalam dunia yang imajiner dan ideal, meski realitas hidupnya yang sesungguhnya tidaklah demikian. Ideologi ada selama kebudayaan ada. Kebudayaan mewujudkan dirinya dalam teks-teks dan, dengan demikian, ideologi pun mewujudkan dirinya melalui berbagai kode yang merembes masuk ke dalam teks dalam bentuk penanda-penanda penting, seperti tokoh, latar, sudut pandang, dan lain-lain. (Sobur, 2003: 71). Menurut Van Zoest (1993: 109) dalam Irawanto (1999: 35), film adalah salah satu bidang kajian semiotik atau analisis struktural, karena film dibangun dengan tanda semata-mata. Tanda-tanda itu termasuk berbagai sistem tanda yang bekerja sama dengan baik untuk mencapai efek yang diharapkan.

Pendekatan semiotik menekankan pandangannya pada bentukan dan makna yang digunakan individu dalam konteks budaya untuk memproduksi maknanya. Ini berarti bahwa budaya memegang peranan penting dalam merubah pengggunaan bahasa, penggunaan dan penerimaan bahasa yang terkait dengan social agreement (kesepakatan sosial) inilah yang kemudian menentukan pemaknaan atas realita yang ada yang direpresentasikan oleh tanda-tanda yang telah disepakati bersama. Semiotik menggunakan istilah tanda untuk menjelaskan bagaimana makna atau pemaknaan diproduksi secara sosial. Beberapa ciri-ciri yang dimiliki tanda, yaitu: (Branson & Stafford, 2003: 11).
(1) Sebuah tanda memiliki bentuk fisik, yang disebut signifier (penanda) seperti model potongan rambut atau lampu lalu lintas;
(2) Sebuah tanda mengacu kepada sesuatu selain dirinya, yang disebut signified (pertanda/yang ditandai) hal ini menekankan pada sebuah konsep yang dimaksud, bukan mengacu pada hal nyata yang ada didunia;
(3) Semiotik menekankan bahwa persepsi kita akan realita adalah dibentuk dan dikonstruksi sendiri oleh kata dan tanda yang kita gunakan dalam beragam konteks sosial.

Perbedaan Teori Resepsi Sastra, Fenomonologi, dan Hermeneutika

Definisi Fenomenologi
             Fenomenologi adalah ilmu yang berorientasi untuk mendapatkan penjelasan tentang realitas yang tampak. Fenomenologi memanfaatkan pengalaman intuitif atas fenomena, sesuatu yang hadir dalam refleksi fenomenologis, sebagai titik awal dan usaha untuk mendapatkan fitur – hakekat dari pengalaman dan hakekat dari apa yang kita alami.  Peneliti dalam pandangan fenomenologis berusaha memahami arti peristiwa dan kaitan-kaitannya terhadap orang-orang biasa dalam situasi-situasi tertentu. berusaha membangun dan menuju perkembangan analisis dari fenomena menjadi lebih baik.

Suatu fenomena bukanlah suatu yang statis,arti suatu fenomena tergantung pada sejarahnya. Wawasan utama fenomenologi adalah “pengertian dan penjelasan dari suatu realitas harus dibuahkan dari gejala realitas itu sendiri” (Aminuddin, 1990:108). Dalam perkembangannya, fenomenologi memang ada beberapa macam, antara lain: (a) fenomenologi Edid etik dalam linguistik; (b) fenomenologi Ingarden dalam sastra, artinya pengertian murni ditentukan melalui penentuan gejala utama, penandaan dan pemilahan, penyaringan untuk menentukan keberadaan, danpenggambaran gejala; (c) fenomenologi transendental; (d) fenomenologi eksistensial. Bagi fenomenologi transendental, keberadaan realitas sebagai “objek” secara tegas ditekankan. Kesadaran aktif dalam menangkap dan merekonstruksi kesadaran terhadap suatu gejala amat penting. Bagi fenomenologi eksistensial, penentuan pengertian dari gejala budaya semata-mata tergantung individu. Refleksi individual menjadi “guru” bagi individu itu sendiri dalam rangka menemukan kebenaran.
Pengertian hermeneutika
hermeneutika juga sering didefinisikan sebagai, pertama, teori penafsiran Kitab Suci (theory of biblical exegesis). Kedua, hermeneutika sebagai metodologi filologi umum (general philological methodology). Ketiga, hermeneutika sebagai ilmu tentang semua pemahaman bahasa (science of all linguistic understanding). Empat, hermeneutika sebagai landasan metodologis dari ilmu-ilmu kemanusiaan (methodological foundation of Geisteswissenschaften). Lima, hermeneutika sebagai pemahaman eksistensial dan fenomenologi eksistensi (phenomenology of existence dan of existential understanding). Dan enam, hermeneutika sebagai sistem penafsiran (system of interpretation). Hermeneutika sebagai sistem penafsiran dapat diterapkan, baik secara kolektif maupun secara personal, untuk memahami makna yang terkandung dalam mitos-mitos ataupun simbol-simbol.


Pengertian teori resepsi sastra
Resepsi sastra merupakan aliran sastra yang meneliti teks sastra dengan mempertimbangkan pembaca selaku pemberi sambutan atau tanggapan. Dalam memberikan sambutan dan tanggapan tentunya dipengaruhi oleh faktor ruang, waktu, dan golongan sosial[1].

berasal dari bahasa Latin yaitu recipere yang diartikan sebagai penerimaan atau penyambutan pembaca[2]. Dalam arti luas resepsi diartikan sebagai pengolahan teks, cara-cara pemberian makna terhadap karya, sehingga dapat memberikan respon terhadapnya. Respon yang dimaksudkan tidak dilakukan antara karya dengan seorang pembaca, melainkan pembaca sebagai proses sejarah, pembaca dalam periode tertentu[3].

Menurut Pradopo (2007:218) yang dimaksud resepsi adalah ilmu keindahan yang didasarkan pada tanggapan-tanggapan pembaca terhadap karya sastra. Teeuw (dalam Pradopo 2007:207) menegaskan bahwa resepsi termasuk dalam orientasi pragmatik. Karya sastra sangat erat hubungannya dengan pembaca, karena karya sastra ditujukan kepada kepentingan pembaca sebagai menikmat karya sastra. Selain itu, pembaca juga yang menentukan makna dan nilai dari karya sastra, sehingga karya sastra mempunyai nilai karena ada pembaca yang memberikan nilai.


Teori resepsi tidak hanya memahami bentuk suatu karya sastra dalam bentangan historis berkenaan dengan pemahamannya. Teori menuntut bahwa sesuatu karya individu menjadi bagian rangkaian karya lain untuk mengetahui arti dan kedudukan historisnya dalam konteks pengalaman kesastrannya. Pada tahapan sejarah resepsi karya sastra terhadap sejarah sastra sangat penting, yang terakhir memanifestasikan dirinya sebagai proses resepsi pasif yang merupakan bagian dari pengarang. Pemahaman berikutnya dapat memecahkan bentuk dan permasalahan moral yang ditinggalkan oleh karya sebelumnya dan pada gilirannya menyajikan permasalahan baru.

Perbedaan Modernisme dan Post Modernisme

 Teori modernisme         
Teori modernitas, dalam sosiologi klasik dimiliki oleh para teoritisi Marx, Weber, Durkheim dan Simmel yang melihat kemunculan dan pengaruh modernitas. Meski keempatnya melihat keuntungan dengan adanya modernitas, namun mereka juga mengutamakan kritis yang dihadapi dalam kehidupan modern.
          Marx melihat bahwa modernitas ditentukan oleh ekonomi kapitalis. Ia mengakui kemajuan yang ditimbulkan oleh transisi dari masyarakat sebelumnya ke masyarakat kapitalis. Selanjutnya, karyanya ditujukan untuk mengkritik  sistem ekonomi kapitalis yang terdapat kekurangannya, seperti alienasi dan eksploitasi. Weber melihat masalah kehidupan modern menentukan adalah perkembangan rasionalitas formal dengan mengorbankan tipe rasionalitas. Manusia semakin terpenjara dalam sangkar besi sehingga tidak mampu mengungkapkan beberapa ciri kemanusiaan mereka yang paling mendasar. Durkheim melihat modernitas ditentukan oleh solidaritas organik dan mulai melemahnya kesadaran kolektif. Sedangkan Simmel dapat dikatakan senagai sosiolog modernis, karena pembahasannya yang melihat dua sisi berhubungan, yakni kota dan uang. Dalam Philosophy of Money , Simmel dapat mengungkapkan apa yang tersembunyi dan apa yang ditekankan dalam masyarakat modern, apa pengaruh uang, dan apa akbiat kerugian dari uang di masyarakat modern.
          Keempat sosiolog itu meninggal menjelang tahun 1920. Kini teori modernis tetap dikaji dalam bahasan kontemporer oleh sosiolog, antara lain Anthony Giddens, George Ritzer, Jurgen Habermas dan Zygmunt Bauman. Ada beberapa konsep yang dikemukakan dalam Teori Modernis : [2]
1. Modernitas Jugernaut. Dikemukakan oleh Giddens yang menggambarkan bahwa kehidupan modern seperti sebuah Juggernaut (panser raksasa). Bahwa masyarakat sangat dinamis, bisa melaju hingga taraf terntu, namun juga terancam lepas kendali dan hancur lebur. Bayangan tentang panser raksasa ini berkaitan dengan sesuatu yang bergerak  melaui rentang waktu dan ruang fisik. Hal ini untuk menunjukkan dominannya sistem dalam mempengaruhi kemampuan kita untuk mengubah kehidupan. Seperti yang dikemukakan oleh Craib berkaitan dengan pemikiran Giddens yang terkesan tidak ada kaitan antara penekanan peran keagenan dalam pemikiran teoritis murni, “point of the dominance of system tendencies against our ability to change the world”.[3]
          Modernitas dan Kosekuensinya. Modernitas memiliki konsekuensi mendasar yang terdiri  dari empat hal, yakni : (1) Kapitalisme yang ditandai oleh produksi komoditi (2) Industrialisme yang melibatkan penggunaan sumber daya alam dan mesin untuk memproduksi barang. (3) Kemampuan mengawasi yang mengacu pada aktivitas warga negara secara individual. (4) Kekuatan militer atau pengendalian atas alat-alat kekerasan.

          Penekanan Giddens terhadap konsep ruang dan waktu sangat penting dalam modernitas yang disebabkan oleh tumbuhnya organisasi rasional seperti birokrasi dan kemampuannya menghubungkan otoritas lokal. Sejarah membentuk masa kini. Kedinamisan itu bersumber dari keterlepasan (dissembedding). Mekanisme keterlepasan ditandai dengan makna simbolik, uang, dimana kita dapat bertransaksi dengan orang lain, tanpa terikat jarak dan waktu. Hal ini dapat diambil contoh, dengan proses transfer di bank, kita dapat mengirim uang tidak perlu datang ke bank, melainkan melalui mesin ATM, bahkan dapat dilakukan melalui internet atau sms banking. Keterlepasan yang kedua, ditandai dengan sistem kecakapan teknis atu keahlian profesional yang mengorganisir bidang material dan lingkungan sosial dimana kita hidup kini. Dapat diambil contoh, pembuatan mobil yang dapat dibuat melalui proses ban berjalan dan industri yang sudah terorganisir dengan baik. Sehingga untuk membuatnya tidak perlu dibuat satu demi satu mulai dari ban, kap, pintu, mesin dan sebagainya. Melainkan sudah ada pemasoknya tersendiri. Sehingga dapat selesai begitu cepat. Profesi Arsitek, kini mendesain gambar, tidak diatas meja gambar dan kertas yang penuh kerumitan, tetapi cukup merencanakan disain dan konstruksi di depan komputer, serta sudah ada contoh disain yang lebih spesifik. Namun semua ini dibutuhkan kepercayaan yang baik. Simbol dan sistem keahlian dapat berlangsung bila masyarakat mempercayainya sebagai faktor yang memudahkan seseorang untuk melakukan tindakan. Sebagai contoh, agar transaksi keuangan  berlangsung dengan baik kita harus mempercayai sistem perbankan yang ada.

          Modernitas dan identitas. Giddens lebih memusatkan perhatian pada aspek mikro modernitas, terutama pada diri (modernity and self identity). Bahwa diri (self) berkaitan secara dialektis dengan institusi masyarakat modern, sebagian besar perhatiannya dicurahkan pada bagian-bagian makro. Meski memusatkan perhatian pada masalah mikro namun kita tidak dapat mengabaikan hubungan dialektika yang lebih luas. “Diri” dan “masyarakat” saling berkaitan dalam lingkungan global. “transformation in self-identity and globalisation.. are the two poles of the dialectic of the local and the global in condition of high modernity. Changes in intimate aspects of personal life.. are directly tied to the establishment of social connections of wide scope .. for the first time in human history, “self’ and “society” are interrelated in a global milieu”.[4]
          Sebagai ilustrasi dapat digambarkan bahwa hal yang ada pada diri, bahkan tubuh tertarik kedalam lingkungan global melalui organisasi yang membuat seseorang sedemikian rupa berupaya melakukan tindakan yang dinilai oleh masyarakat sebagai sesuatu keharusan. Ada faktor yang menundukkan agar kita mengikuti aturan yang telah ditentukan masyarakat, berkaitan dengan identitas diri. Sebagai contoh, perempuan cantik diidentikkan seperti Barbie, boneka terkenal buatan Amerika yang memiliki tubuh tinggi, langsing, berkulit putih, berambut lurus dan sebagainya. Citra cantik ini dibentuk oleh industri kosmetik dan industri perawatan kecantikan, selain itu ditopang oleh industri periklanan, sehingga muncul kriteria yang menjadi standar agar seorang wanita mendapatkan identitas cantik. Cantik itu berarti harus ke salon, meluruskan rambut, melangsingkan tubuh dengan ramuan produksi kosmetik, berkulit putih dengan menggunakan body lotion tertentu dan lain-lain.
2. McDonaldisasi dan Alat Konsumsi Baru
     Sumber teoritis permasalahan ini adalah karya Weber tentang rasionalitas, dengan memperhatikan fakta bahwa restoran cepat saji (fast food) mencerminkan kehidupan masa kini, yakni rasionalitas formal. Bila Weber melihat birokrasi sebagai rasionalitas formal, maka Ritzer melihat restoran cepat saji sebagai  contoh yang lebih baik dari rasionalitas formal yang merupakan komponen kunci dari kehidupan modern.  Ritzer juga meneliti kartu kredit yang dapat digunakan untuk transaksi pembelian dan penjualan. Alat-alat konsumsi baru, seperti mall, supermarket, saluran tv kabel, dsb sebagai bagian dari komponen kehidupan modern.           
3. Modernitas dam Holocaust.
         Paradigma modern menurut Bauman adalah Holocaust, yakni penghancuran sistematis orang Yahudi oleh Nazi. Hal ini dipandang sebagai paradigma modern rasionalitas birokrasi. Bauman melihat bahwa birokrasi sebagai alat netral yang dapat digerakkan ke setiap arah. Birokrasi lebih menyerupai dadu, meski dapat digunakan untuk tujuan kekejaman maupun kemanusiaan. Namun birokrasi lebih besar kemungkinannya untuk menyokong proses yang tidak berperikemanusiaan.
4. Modernitas: Proyek yang belum selesai.
Habermas melihat modernitas sebagai proyek yang belum selesai. Masih banyak yang harus dikerjakan dalam kehidupan modern. Ada penjajahan kehidupan dunia oleh sistem. Salah satu yang dibahas Habermas adalah makin bertambahnya masalah negara kesejahteraan sosial yang birokratis dan modern. Masalah ini diselesaikan di tingkat sistem dengan menambah sub sistem baru. Menurutnya masalah itu tak akan terselesaikan dengan cara seperti itu, namun harus diselesaikan dalam rangka hubungan antara sistem dengan kehidupan dunia.
5. Informasionalisme dan Masyarakat Jaringan
Dalam karyanya The Information Age : Economy, Society and Culture, Manuel Castells  yang menggambarkan kemunculan masyarakat, kultur dan ekonomi yang baru dari sudut pandang revolusi teknologi informasi (televisi, komputer dsb) Revolusi ini memunculkan apa yang disebut oleh Castells dengan “kapitalisme informasional” yang melahirkan gerakan masyarakat operasional yang berdasarkan pada diri dan identitas.
Teori Globalisasi
          Teori ini muncul sebagai akibat serangkaian perkembangan internal teori sosial khususnya terhadap perspektif moderniasasi. Diantara karakteristik dari teori ini adalah bias wetern-nya yang disesuai dengan perkembangan di barat dan bahwa ide diluar dunia barat tak punya pilihan kecuali menyesuaikan diri dengan ide barat. Sesungguhnya setiap bangsa dan kehidupan miliaran oran diseluruh dunia sedang ditransformasikan oleh globalisasi. Sering kita mendengar istilah gloobalisasi yang dikatikan dengan pedagangan, yakni World Trade Organization (WTO) atau IMF. Bahwa setiap orang didunia ini merasakan sedang menghadapi suatu persolan besar secara bersama-sama, yakni isu globalisasi.

Teori  Post-Modernisme
          Post-modernisme adalah suatu pemikiran baru yang menggantikan pemikiran modern. Dalam pendapat yang lain, dikatakan bahwa post-modernisme adalah pengembangan dari modernitas. Bila modernisme ditandai dengan rasionalitas, absolutisme, universalitas dan homogenitas melalui produksi ilmu pengetahuan sebagai jalan menuju kemajuan, maka menurut post modernisme, teknologi sebagai media untuk kebebasan dan humanisasi tidak mampu menjelaskan realitas, seperti halnya fakta modern mengenai pembunuhan warga yahudi oleh Nazi, Jerman. [5]
          Mengacu pada cara berpikir yang berbeda dari teori sosial modern, meliputi periode historis baru, produk kultural baru dan tipe baru dalam penyusunan tentang teori kehidupan sosial. Konsep pertama, berkaitan dengan keyakinan yang tersebar luas bahwa era modern telah berakhir dan memasuki periode historis yang baru. Konsep kedua berkaitan dengan dunia kultural dan dapat dinyatakan bahwa produk post-modern cenderung menggantikan produk modern. Konsep ketiga adalah kemunculan teori sosial post-modern dan perbedaannya dengan teori sosial modern.
          Pemikir post-modern menolak gagasan tentang narasi besar atau metannarrative. Hal ini dikemukakan oleh pemikir utama post-modern, yakni Lyotard. Bila ilmu modern disamakan Lyotard dengan metanarrative, maka ilmu post-modern menolak narasi umum tersebut.  Ilmu pengetahuan post-modern bukanlah semata-mata menjadi alat penguasa, tetapi memperhalus kepekaan kita terhadap pandangan yang berbeda dan memperkuat kemampuan untuk bertoleransi atas pendirian yang tak mau dibandingkan. [6]

          Secara Epistemologi, post-modernisme menolak atas kebenaran sebagai objek abadi yang tetap. Bagi Lyotard (1984), Rorty (1989) memiliki kesamaan dengan Foucoult dalam ide bahwa pengetahuan tidak bersifat metafisis, transendental atau universal, melainkan bersifat spesifik menurut ruang dan waktu.[7]  Berkaitan dengan hal ini, dalam pandangan post-modernisme, bahwa pengetahuan tidak ada yang bersifat menyeluruh yang mampu menjelaskan karakter ‘objektif’ dunia. Sedangkan modernisme menganggap kebenaran yang diawali periode pencerahan  yang bermuara pada satu pengetahuan yang bersifat universal.
       


             Post-modernitas mengacu pada periode historis yang umumnya dilihat menyusul era modern dan mengacu pada produl kultural (dibidang kesenian, film, arsritektur, dan sebagainya) yang berbeda dari produk kultural modern. Juga mengacu pada cara berpikir yang berbeda dari teori sosial modern.[8] Ada beberapa perbedaan antara Teori Modernis dengan Teori Post Modernis, dan ini lebih banyak dikemukakan oleh Habermas dalam Habermas versus Post Modernis. (Ritzer 2004 : 581-582)
                  Teori Modernis
                    Teori Post-Modernis
Kapitalisme, industrialisme, kemampuan mengawasi aktivitas warga secara individual dan kekuatan militer
Periode historis baru, produk kulural baru dan tipe baru tentang teori kehidupan sosial
Menganut gagasan tentang metanarasi
Menolak gagasan tentang metanarasi
Menerima pandangan  konsep seperti kapitalisme. (Giddens)
Tidak mungkin menciptakan pengetahuan sistematis
Berpegang pada tujuan pencerahan (habermas)
Mengorbankan pencerahan
Tidak mungkin membuat analisa kritis, karena tidak akan memahami kata-kata kesusateraan mereka (Holub)
Dianggap sebagai karya pemikir kesusateraan. Argumennya mengorbankan seluruh kekuatan logika (Holub)
Pembaca tidak dapat memahami apa pemikiran post-modernis itu (Habermas)
Dijiwai oleh sentimen normatif, namun sentimen itu disembunyikan dari para pembaca
Memahami dan menggambarkan fenomena yang terjadi pada masyarakat modern
Gagal membedakan fenomena dan praktik yang terjadi dalam masyarakat modern
Dalam kehidupan dunia, lahir gagasan teoritis
Mengabaikan praktek kehidupan dunia
Perubahan terjadi ynag dilandasi dinamika ekonomi.
Biasanya berkaitan dengan perubahan radikal (Jameson)

Ilustrasi Empiris Teori Modernis dikatikan dengan Post-Modernis
          Ada konsekuensi real dalam kehidupan modernis, yang tidak pernah terpikirkan oleh para teoritis sebelumnya. Informasionalisme dan masyarakat jaringan begitu mendominasi disaat ini. Modernis melihat bahwa hal itu menguntungkan secara real. Sebagai contoh kasus  penyanyi Justin Bibier dan Briptu Norman yang pernah tampil di YouTube mengatasi hambatan kapital untuk menjadi terkenal, ketika mereka mendonlod video atau rekaman gambar yang memperlihatkan penampilannya ketika menyanyi. Video itu dilihat oleh jutaan orang, dan seketika mereka menjadi terkenal. Secara ekonomi, seharusnya dibutuhkan kapital yang besar untuk menjadi terkenal, tetapi di era informasi ini hal itu bukanlah sesuatu hal yang merintangi seseorang untuk terkenal, bila memang mereka memiliki potensi yang menarik untuk dilihat oleh orang-orang yang mengakses internet.
           Demikian pula dengan kasus Prita yang mengalami permasalahan ketika dia mengadukan keluhannya lewat email dan dianggap mencemarkan nama baik sebuah rumah sakit international yang merupakan rumah sakit tempat Prita berobat. Keluhan Prita di jejaring sosial Facebook  menggema keseluruh tanah air, sehingga mengakibatkan dirinya berurusan dengan pengadilan. Namun kenyataan ini justru menimbukan simpati oleh banyak kalangan ditanah air, sehingga terjadi gerakan pengumpulan koin untuk Prita yang berhasil memperoleh jumlah yang cukup besar, yakni sekitar Rp 800 juta yang akan digunakan untuk menebus perkaranya dipengadilan berdasarkan tuntutan pihak rumah sakit yang memperkarakan Prita.
         Post-modernis melihat bahwa hal itu bukan suatu kebenaran yang universal, adanya solidaritas pada kasus Prita, bukan karena timbulnya kesadaran dalam masyarakat untuk membela orang yang ‘dizalimi’, mereka berpartisipasi hanya sekedar ikut-ikutan saja. Demikian juga dengan Justin Bibier dan Briptu Norman, post-modernis menganggap dalam diri mereka tidak ada prestasi, hanya sekedar gaya dan mengikuti tren untuk mengunduh rekaman videonya ke situs tertentu.

          Kasus lainnya, ketika Demo Buruh besar-besaran untuk menuntut kenaikan upah, dimana ribuan buruh turun kejalan berdasarkan pemberitahuan lewat situs jejaring sosial atau SMS, bila para modernis melihat efektifitas informasi yang disebabkan oleh kemajuan teknologi informasi membuat timbulnya kesadaran kelas bagi para buruh, ada kebenaran relatif terhadap ilmu dan teknologi, sedangkan post-modernis menganggapnya bahwa tidak ada kesadaran kelas yang muncul, para buruh hanya datang dan sekedar ikut serta, tidak ada keterkaitan dengan tuntunan yang berhubungan dengan Organisasi Buruh Internasional  (ILO) dalam rangka Hari Buruh sedunia.

Perbedaan Pendekatan Postrukturalisme dan Pendekatan Strukturalisme

Strukturalisme merupakan praktik signifikansi yang membangun makna sebagai hasil struktur atau regularitas yang dapat diperkirakan dan berada diluar diri individu. Bersifat antihumanis karena mengesampingkan agen manusia dari inti penyelidikannya. Fenomena hanya memiliki makna ketika dikaitkan dengan sutruktur sistematis yang sumbernya bukan terletak pada individu. Pemahaman strukutalis terhadap kebudayaan memusatkan perhatian pada sistem relasi struktur yang mendasarinya. [1]
          Strukturalisme memusatkan perhatian pada struktur, namun tidak sepenuhnya sama dengan struktur yang menjadi sasaran perhatian teori fungsionalisme struktural. Strukturalisme lebih memusatkan perthatian pada struktur linguistik. Terjadi pergeseran dari struktur sosial dan struktur bahasa. Seperti dalam teori sebelumnya, Etnometodolgi yang memusatkan pada teori percakapan dan komunikasi secara umum, makas struturalisme lebih kepada bermacam-macam gerak isyarat. F. De Saussure yang merupakan tokoh strukturalisme memberikan pembedaan antara langue dan parole. Menurutnya, Langue adalah sistem tata bahasa formal, sistem elemen phonic yang hubungannya ditentukan oleh hukum yang tetap. Langue memungkinkan adalanya parole yang merupakan percakapan sebenarnya, cara pembicara menggunakan bahasa untuk mengatakan dirinya sendiri.[2]
          Strukturalisme muncul di tahun 1960an berbasis karya Ferdinand de Saussure yang diorientasikan untuk memahami struktur-struktur yang mendasari bahasa. Basis teorinya berasal dari linguistik. Menurut aliran ini, setiap orang di masyarakat mengetahui bagaimana caranya menggunakan bahasa meskipun mereka tidak peduli akan aturan-aturan berkenaan dengan tata bahasa. Strukturalisme didasarkan pada kepercayaan bahwa obyek budaya itu seperti literatur, seni dan arsitektur. Harus dipahami dalam konteks-konteks yang lebih besar dimana mereka berada dan berkembang. Tujuan yang ingin dicapai adalah untuk mengemukakan prinsip-prinsip universal dari pikiran manusia yang menjadi dasar karakter budaya dan kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan manusia.[3]
          Telah dikemukakan sebelumnya bahwa strukturalisme melihat makna sebagai hasil struktur atau regularitas, bersifat anti humanis dan berada diluar individu. Hal ini dapat ditelusuri dari penggunaan bahasa berdasarkan prinsip-prinsip universal dari pikiran manusia yang menjadi dasar karakter budaya dan kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan manusia. Sebagai contoh, penggunaan sistem tanda pengaturan lampu lalu lintas. Ada peraturan yang dimaknai bersama, bahwa warna merah kendaraan harus berhenti, kuning, harus hati-hati dan hijau boleh jalan. Hal tersebut dimaknai secara konsisten dan hampir semua masyarakat mengetahuinya. Bahasa manusia disini merupakan hasil rancangan dari pemikiran dan tindakan-tindakannya yang membentuk pola universal yang menghasilkan realitas sosial
Post-Strukturalisme
         Bila strukturalis melihat keteraturan dan stabilitas dalam sistem bahasa, maka Jacques Derrida, tokoh utama pendekatan post-strukturalisme melihat bahasa tak teratur dan tak stabil. Derrida menurunkan peran bahasa yang menurutnya hanya sekedar “tulisan” yang tidak memaksa penggunanya, dia juga melihat bahwa lembaga sosial tak lain hanya sebagai tulisan, karena itu tak mampu memaksa orang. Konteks yang berlainan memberikan kata-kata dengan arti yang berlainan pula. Akibatnya sistem bahasa tak mempunyai kekuatan memaksa terhadap orang, yang menurut pandangan teoritisi strukturalis justru memaksa. Karena itu menurut Derrida mustahil bagi ilmuwan untuk menemukan hukum umum yang mendasari bahasa. Ia mengkritik masyarakat pada umumnya yang diperbudak oleh logosentrisme (pencarian sistem berpikir universal yang mengungkapkan apa yang benar, tepat, indah dan seterusnya).[4]
         Post-strukturalisme mengandung pengertian kritik maupun penyerapan. Menyerap berbagai aspek linguistik struktural sambil menjadikannya sebagai kritik yang dianggap mampu melampaui strukturalisme. Sigkatnya, post-strukturalisme menolak ide tentang struktur stabil yang melandasi makna melalui pasanan biner (hitam-putih, baik-buruk). Makna adalah sesuatu yang tidak stabil, yang selelu tergelincir dalam prosesnya, tidak hanya dibatasi pada kata, kalimat atau teks tertentuyang bersifat tunggal, namun hasil hubungan antar teks. Sama seperti pendahulunya, bersifat antihumanis dalam upayanya meminggirkan subjek manusia yang terpadu dan koheren sebagai asal muasal makna stabil.[5]

          Michael Foucoult adalah ahli sosiologi tubuh dan sekaligus ahli teori post-strukturalisme. Karya-karyanya yang berkaitan erat dengan teori-teori post-strukturalime untuk menjelaskan bahwa faktor sosial budaya berpengaruh dalam mendefinisikan tubuh dengan karakter ilmiah, universal, yang tergantung pada waktu dan tempat. Bahwa ciri-ciri alamiah tubuh (laki-laki dan perempuan) bisa bermakna berbeda dalam tataran kebudayaan yang berbeda. Sebagai seorang post-strukturalis Foucoult tertarik pada cara dimana berbagai bentuk ilmu pengetahuan menghasilkan cara-cara hidup. Menurutnya, aspek masyarakat yang paling signifikan untuk menjadi modern bukanlah fakta bahwa masyarakat itu ekonomi kapitalis (Marx),  atau suatu bentuk baru solidaritas (Weber) atau bersikap rasional (Weber), melainkan cara dimana bentuk-bentuk baru pengetahuan yang tidak dikenal pada masa pramodernitas itu muncul yang dapat mendefinisikan kehidupan modern. [6]
          Salah satu karya Foucoult adalah Archeology of Knowledge yang merupakan tujuan dari studinya mencari struktur pengetahuan, ide-ide dan modus dari diskursus atau wacana. Ia mempertentangkan arekeologinya itu dengan sejarah atau sejarah ide-ide. Dalam karyanya itu, Foucoult juga ingin mempelajari pernyataan-pernyataan baik lisan maupun tertulis sehinga ia dapat menemukan kondisi dasar yang memungkinkan sebuah diskursus atau wacana bisa berlangsung. Konsep kunci dari Foucoult adalah arkeologi, geneologi dan kekuasaan. Bila arkeologi memfokuskan pada kondisi historis yang ada, sementara geneologi lebih mempermasalahkan tentang proses historis yang merupakan proses tentang jaringan jaringan diskursus. [7]
Hubungan secara konseptual antara Strukturalis dan Pos-strukturalis
          Berdasarkan namanya, post-strukturalisme dibangun diatas gagasan strukturalisme, namun bergerak keluar dan menciptakan mode berpikirnya sendiri. Strukturalisme dipengaruhi oleh ilmu bahasa, bahwa bahasa sebagai simbol dapat menciptakan makna yang berlaku secara universal, sedangkan pos-strukturalisme tidak melihat adanya kestabilan dan universalitas makna dalam bahasa. Bahkan Derrida berupaya untuk melakukan “dekonstruksi logosentrisme”. Dia ingin melihat masyarakat terbebas dari gagasan semua penguasa intelektual yang telah menciptakan pemikiran dominan. Sedangkan Foucoult mengemukakan pandangannya tentang pengetahuan/kekuasaan. Pengetahuan dan kekuasaan saling berkaitan. Bahwa orang yang memiliki pengetahuan maka dia yang akan berkuasa.

          Kenyataan empiris yang terjadi saat ini, dapat diambil contoh penggunaan kartu kredit sebagai sarana untuk pembayaran dan pembelian suatu produk barang atau jasa. Pendekatan Strukturalis melihat bahwa ada pemaknaan bahasa dalam kartu kredit yang dikeluarkan oleh sistem perbankan dan berlaku universal. Pemohon kartu kredit harus memiliki persyaratan tertentu untuk mendapatkannya. Simbol yang ada di kartu dimaknai bersama, baik oleh pembeli maupun penjual, bahwa penggunaannya hanya dengan “menggesekkan” kartu ke alat terentu dan bank akan mengeluarkan kredit pinjaman kepada pemegang kartu. Kata-kata dalam bahasa “tinggal gesek” dimaknai secara strukturalis sebagai alat kemudahan membayar. Post-strukturalis melihatnya bahwa kartu kredit tersebut kurang atau tidak bermanfaat, simbol kartu yang dimaknai sebagai alat tukar bergengsi justru dimaknai oleh post-strukturalis sebagai penciptaan masalah baru. Ada unsur ketidakstabilan. Makna “kewajiban” membayar berbeda pemaknaannya oleh pemakai kartu, karena ketidakmapunannya untuk membayar atau karena ketidakdisiplinannya dalam membayar cicilan. Bila kewajiban yang harus dipenuhi oleh pemegang kartu kredit untuk melunasi atau mencicil hutang tidak dijalankan, maka ada sanksi tertentu terhadap pemegang kartu, baik denda maupun sanksi hukum, bila tidak sanggup membayar.

          Bila dilihat dari sudut pandang  pengetahuan/kekuasaan, maka orang-orang yang mengetahui kebaikan dan keburukan kartu, tentu akan “menguasai” kartu tersebut, dalam arti dapat memanfaatkan sebaik-baiknya. Dia akan mempelajari, berapa beban bunganya dalam sebulan atau setahun, berapa biaya adiministrasinya, berapa dendanya bila terlambat, berapa iuran anggotanya pertahun, dan setiap tanggal berapa dia harus membayar tagihan serta berapa yang harus dibayar. Pengetahuan ini yang menurut pandangan Foucoult berkaitan dengan kekuasaan. Bila nasabah/pemegang kartu  memiliki pengetahuan, maka dia akan berkuasa (kartu tersebut bermanfaat) namun bila tidak, maka pihak bank yang akan berkuasa (beruntung).

Teori Postrukturalisme Memandang Teks Sastra

Postrukturalisme bukanlah kelanjutan dari Strukturalisme. Dua tokoh yang paling diasosiasikan dengan Postrukturalisme adalah Roland Barthes, yang karyanya mulai bergeser dan berpindah dari fase Strukturalis ke Postrukturalis, dan Jacques Derrida. Postrukturalisme adalah sebuah pemberontakan terhadap Strukturalis. Jika Strukturalisme selalu berorientasi pada struktur yang tetap atau memaknai tanda sebagai referen, Postrukturalisme adalah aliran yang mengembangkan hubungan aspek penanda dengan petanda. Menurut Postrukturalisme, jika makna hanya ditelaah melalui strukturnya yang dilambangkan dalam kata, maka pada dasarnya kata tersebut tidak selamanya mampu menanpung hakikat makna. Karena dalam konteks bahasa sastra yang sangat kompleks, esensi makna justru sering berada di luar makna kata itu sendiri atau makna tidak selalu hadir sesuai pada strukturnya.

Mengutip pendapat Terry Eagleton (2000: 144) bahwa membaca sebuah teks sastra dapat diibaratkan seperti melihat kerlipan mutiara dalam satu untaian kalung. Jika seorang pembaca hanya terpaku pada satu kerlipan, maka dia tidaklah mungkin dapat menilai seluruh untaian. Karena itu, dalam memahami setiap untaian, setiap kerlipan mutiara pasti terkait dengan mutiara yang lainnya.

Model pendekatan dalam pencarian makna ini seperti yang dikembangkan oleh Riffaterre (1981) dan Roland Barthes (1981) mendasarkan telaah dengan dua tahapan. Pertama, mendaftar semua unsur (struktur) yang terdapat dalam karya yang ditelaah dan meletakkan semua unsur tersebut pada kedudukan yang sama. Setiap unsur dipahami secara terpisah. Dengan demikian tidak ada satu unsur pun yang dianggap tidak penting atau tidak mempunyai peranan. Kedua, unsur-unsur yang telah dipahami dihubungkan dengan unsur lainnya dalam upaya mengetahui apakah unsur-unsur tersebut merupakan satu jaringan, baik jaringan antar sesama unsur (jaringan X) atau merupakan satu jaringan dengan unsur lain (jaringan X dengan Y).
Contoh pencarian esensi makna pada karya sastra Indonesia dengan model tersebut dapat dilihat pada puisi-puisi Goenawan Mohamad yang terkumpul dalam buku Sajak-sajak Lengkap 1961-2001, seperti “Parikesit, Dongeng Sebelum Tidur, Asmaradana, Gatoloco”. Dalam memahami puisi-puisi Goenawan Mohamad tersebut, tidak mungkin dapat diketahui esensi puisinya jika hanya melihat struktur bahasa yang dituangkan. Bahwa dalam mengetahui esensi makna puisi Goenawan Mohamad paling tidak diperlukan pemahaman kode budaya, khususnya yang berkaitan dengan dunia pewayangan ataupun tembang Macapat. Salah satunya ada dalam puisi “Asmaradana” berikut.

Ia dengar kepak sayap kelelawar dan guyur sisa hujan dari daun, karena angin pada kemuning. Ia dengar resah kuda serta langkah pedati ketika langit bersih kembali menampakkan bimasakti, yang jauh. Tapi di antara mereka berdua, tidak ada yang berkata-kata.

Lalu ia ucapkan perpisahan itu, kematian itu. Ia melihat peta, nasib,
perjalanan dan sebuah peperangan yang tak semuanya disebutkan.

Lalu ia tahu perempuan itu tak akan menangis. Sebab bila esok pagi pada rumput halaman ada tapak yang menjauh ke utara, ia tak akan
mencatat yang telah lewat dan yang akan tiba, karena ia tak berani
lagi.

Anjasmara, adikku, tinggalah, seperti dulu.
Bulan pun lamban dalam angin, abai dalam waktu.
Lewat remang dan kunang-kunang, kaulupakan wajahku,
kulupakan wajahmu.

1971


Dalam memahami esensi makna pada puisi tersebut tentu saja perlu kita kaitkan dengan unsur lainnya di luar unsur lainnya di luar unsur struktur teks (unsur X) yaitu unsur di luar teks seperti kode budaya ataupun hubungan antar teks (unsur Y). Terry Eagleton (2010: 199) menyatakan bahwa semua teks sastra dirajut dari teks-teks sastra lain, bukan dalam pengertian konvensional yang di dalamnya terkandung jejak “pengaruh” teks-teks lain, tetapi dalam pengertian yang lebih radikal bahwa setiap kata, frasa, atau segmen merupakan pengerjaan ulang dari tulisan-tulisan lain yang mendahului atau mengelilingi karya individual. Tidak ada yang namanya “keaslian” sastra, tidak ada karya sastra “pertama”: semua kesusastraan bersifat “intertekstual”. Puisi tersebut tentu tidak dapat dilepaskan dengan tembang Asmaradana, tembang macapat dari Jawa yang biasanya ditujukan untuk pemuda atau pemudi dalam masa pertumbuhan. Untuk sampai pada pengertian tersebut, kita tentu harus mengetahui tentang tembang Asmaradana yang dalam tembang macapat Jawa ini mengisahkan tentang cinta Damarwulan dan Anjasmara (unsur Y). Jika unsur X tersebut dikaitkan dengan unsur Y, barulah dapat dimengerti bahwa puisi ini bercerita tentang kisah asmara Damarwulan dan Anjasmara. Goenawan Mohamad memang tidak mengambil keseluruhan cerita dalam puisi tersebut. Ia bahkan tidak menyebut-nyebut nama Damarwulan di dalam puisinya. Ia hanya mengambil satu moment yang dianggap penting dalam cerita itu, moment tentang perpisahan Damarwulan dan Anjasmara. Dalam cerita rakyat Jawa dikisahkan bahwa Damarwulan harus pergi meninggalkan Anjasmara karena mendapat perintah dari Ratu Kencana Wungu untuk mengalahkan Menak Jinggo yang dianggap memberontak kepada Majapahit. Disitulah awal perpisahan Damarwulan dengan Anjasmara, Putri Patih Loh Gender yang begitu mencintainya. Damarwulan berhasil mengalahkan Menak Jinggo dan sekaligus memboyong Waeta dan Puyengan, selir Menak Jinggo. Dan pada akhirnya Damarwulan mempersunting Ratu Kencana Wungu. Goenawan Mohamad menggambarkan perpisahan tersebut secara tegas dan dengan nuansa yang sedikit melankoli seperti dalam kutipan berikut.

...
Anjasmara, adikku, tinggalah, seperti dulu.
Bulan pun lamban dalam angin, abai dalam waktu.
Lewat remang dan kunang-kunang, kaulupakan wajahku,
kulupakan wajahmu.

1971

Dengan model telaah tersebut dapat disimpulkan bahwa dalam proses pemahaman dan pemaknaan unsur struktur (X) ternyata tidak mampu mewadahi konsep secara menyeluruh. Unsur tersebut masih harus dihubungkan dengan unsur lain yang terdapat di luar teks. Model inilah yang dikembangkan aliran Postrukturalisme sebagai bagian dari kritiknya terhadap Srtukturalisme[].

Postrukturalisme berguna untuk melihat bagaimana teks karya sastra menampilkan teks yang terbuka untuk dikritisi dan didekonstruksi dan terfokus pada eksistensi tokoh. Salah satu metode postrukturalisme yang dapat digunakan adalah dekonstruksi yang mencoba melakukan rekonstruksi tentang pandangan metafisi (konseptual) yang diarahkan pada tulisan, metabahasa dan subjektivitas.

Postrukturalisme tidak dapat dipisahkan dengan strukturalisme. Sebagai sebuah teori, ia berkaitan erat dengan manusia, dunia, dan prilaku praktis yang menghasilkan makna, dalam lingkup. Postrukturalisme mengajak kita untuk memikirkan berbagai hal terkait munculnya tanda (sign) dari objek, oposisi binari, mitos, historisitas, ideologi, dan kesadaran manusia.

Irmayanti M. Budianto (2007) melihat dua hal yang berkaitan dengan cara pandang dalam melihat postrukturalisme. Pertama, aspek yang berkaitan dengan ontologis empiristis (erat kaitannya dengan strukturalisme), dan aspek kedua berkaitan dengan metafisis –“dibalik” sesuatu yang sifatnya ontologis empiristis yang sifatnya konseptual berasal dari kesadaran atau akal budi atau rasio manusia.

Postrukturalisme merupakan after structuralism yang mencoba mengembangkan strukturalisme guna mengantisipasi berbagai fenomena kebahasaan dan sosial budaya yang sangat kompleks. Dasar strukturalisme adalah struktur teks yang mengalami transformasi dari intransitif ke transitif yang dimaksudkan untuk melihat  1) bagaimana mengadopsi relasi yang muncul dalam problem teks dan 2) posisi/reaksi pembaca karena teks. Hal tersebut untuk memunculkan pemikiran kritis baru bagi para peneliti untuk melihat adanya aspek ideologi dan politis dalam teks. Peneliti harus mampu melakukan olah pikir kritis-logis terhadap subjek (self subject) yang terstruktur melalui kesadaran dirinya dan implikasi prilaku pembaca.

Prostrukturalisme berusaha mencari problem pada karya sastra, seperti struktur, semiologis, ideologis, dan subjektivitas. Semiologis mencoba meletakan dikotomo antara penampakan (appearance) dan esesni (Milner, 2002:92). Menitikberatkan pada sisi epistemologi yaitu mencari kebenaran, hubungan antara kesadaran seseorang dengan objek yang dikajinya, bukan pada hasil prilaku praktisnya. Ideologi menekankan pentingnya sistem pemikiran seseorang yang ditransfer menjadi Aku, atau Ego atau Subjek yang memiliki norma tertentu (Budianto 2004: 130). Problem subjektivitas berkaitan dengan “kekuatan” dirinya, seperti pemikiran, perasaan, emosi, empati, kebebasan, kehendak, ketidakinginan tentang sesuatu.

Paradigma Baru dalam Postrukturalisme: Metode Dekonstruksi

Metode dekonstruksi bukan hanya diartikan sebagai pembongkaran terhadap suatu struktur teks, melainkan suatu rekonstruksi peneliti dalam melihat berbagai penelitian sastra tentang pandangan (oposisi) metafisis (konseptual) dalam berbagai argumen si subjek ketika muncul dalam figur relasi sebuah teks. Dekonstruksi di arahkan pada tulisan metabahasa (metalanguage) dan subjek.


Tulisan adalah pemaknaan aras ekspresi dari berbagai tanda, metabahasa adalah prapengandaian peneliti untuk melihat bagaimana wacana atau gagasan atau konsep lahir dari si penulis yang diperoleh melalui observasi, kontemplasi, atau renungan kritis.  Sedangkan Subjek memiliki kesadaran diri (self subject) yang dinamis bahkan ambigu, mampu berpikir kritis, melakukan imajinasi, berpikir dari kesadaran dirinya sendiri hingga ketidaksadaran diri (unconsiousness). Lacan dalam bukunya melihat kesadaran ego muncul melalui simbol,  bahasa, interpretasi, historisitas, dan dunia kehidupan manusia..
 

Blogger news

Blogroll

Change Background of This Blog!


Pasang Seperti Ini

About