Pages

Selasa, 22 Maret 2016

CONTOH WACANA HORTATORI



                                                           Contoh Wacana Hortatori 
    

NAMA  : MUH. HARJUM NURDIN
NIM        : 1351040007
KELAS  : A (PENDIDIKAN)
                                             

Harga BBM untuk kesejahteraan siapa?
         Presiden dan Wakil Presiden terpilih, Jokowi dan JK, jauh sebelum dilantik, telah menyatakan secara eksplisit bahwa kenaikan BBM merupakan salah satu kebijakan yang akan ditempuh ketika mereka resmi menjadi penguasa.
         Berbagai alasan sama dengan Pemerintah sebelumnya dikemukakan untuk menjustifikasi kebijakan tersebut. Alasan tersebut antara lain: pencabutan subsidi BBM diperlukan agar ruang fiskal Pemerintah untuk menjalankan programnya semakin besar. Subsidi tersebut dianggap salah sasaran sebab sebagian besar hanya dinikmati oleh kelas menengah atas. Dana tersebut akan lebih produktif jika digunakan untuk program-program yang dapat meningkatkan kesejahteraan rakyat dan mendorong pertumbuhan ekonomi seperti membangun infrastruktur transportasi, meningkatkan anggaran pendidikan dan kesehatan dan sebagainya.
        Subsidi BBM yang besar juga dipandang mengakibatkan ketergantungan pada energi fosil yang mahal sehingga energi murah tidak berkembang. Disparitas harga BBM domestik dan luar negeri juga cukup besar sehingga akan menimbulkan penyelundupan ke negara lain. Ini sebagaimanana disparitas harga BBM subsidi dan non-subsidi untuk perusahaan di sektor perkebunan dan pertambangan.
        Secara teoretis, dana alokasi untuk subisidi dapat digunakan untuk membiayai program-program yang dapat meningkatkan kesejahteraan rakyat, baik langsung seperti pemberian jaminan sosial maupun tidak langsung berupa peningkatan kapasitas dan kualitas infrastruktur sehingga mampu mempercepat perputaran roda ekonomi.
        Namun, pengalaman empirik menunjukkan, kenaikan BBM akan menggerek inflasi, berupa           kenaikan harga-harga barang. Akibatnya, daya beli masyarakat merosot. Jumlah penduduk miskin makin besar. Penduduk yang sebelumnya tidak dikategorikan miskin jatuh miskin. Pasalnya, transportasi dan belanja BBM telah menjadi kebutuhan pokok masyarakat. Untuk penduduk di pedesaan, misalnya, mengutip survei BPS 2014, belanja BBM menempati urutan kedua setelah perumahan untuk komoditas non makanan.
        Lazimnya, ketika inflasi naik, suku bunga perbankan ikut terkerek naik. Akibatnya, dunia usaha tidak hanya terpukul oleh naiknya biaya energi dan transportasi, namun juga biaya modal. Jika mereka tidak dapat berkompetisi dalam situasi tersebut, pilihannya adalah melakukan pengurangan kapasitas produksi, penghentian sementara hingga penutupan total. Hal tersebut tentu berdampak pada pengurangan tenaga kerja dan berbagai efek berantai lainnya. Apalagi Pemerintah juga telah menaikkan secara bertahap biaya tarif listrik. Industri yang sensitif terhadap perubahan harga energi, seperti industri tekstil dan industri logam, paling banyak yang dirugikan.
        Kenaikan harga BBM Ini menjadi kebijakan yang sangat aneh mengingat pada awal masa kampanye, Jokowi dengan tegas berjanji tidak akan menaikkan harga BBM. Hal ini tentunya mengundang berbagai macam reaksi dari kalangan masyarakat. Lapisan masyarakat, mahasiswa dengan lantang menyuarakan penolakan kenaikan harga bbm tersebut. Penolakan tersebut sangatlah wajar, mengingat banyak sekali dampak negatif dari kenaikan BBM tersebut.
       Begitu banyak dampak negatif yang sudah mulai dirasakan masyarakat termasuk naiknya harga kebutuhan pokok makanan. Dengan naiknya harga kebutuhan pokok tersebut, secara otomatis akan berdampak pada kenaikan kebutuhan yang lain, seperti tarif angkutan umum, sayangnya pemerintah belum memikirkan solusi untuk masalah ini. Yang mereka pikirkan adalah bagaimana cara menambah rencana anggaran belanja Negara secara cepat namun menyengsarakan rakyat. Bukankah slogan pemerintahan mereka adalah kerja, kerja, dan kerja? Mungkin yang dimaksud kerja adalah bekerja untuk menyengsarakan rakyatnya.
        Selain itu, para pelaku usaha / industri kelas menengah kebawah akan sangat merasakan dampaknya, bagaimana tidak? Sebelum harga bbm naikpun mereka sangat kesulitan bersaing dengan perusahaan besar yang menguasai pasar. Lantas bagaimana sekarang? Yang sudah pasti, biaya produksi meningkat, harga produk mau tidak mau harus dinaikkan, namun tidak ada jaminan bahwa konsumen akan tetap setia berlangganan. Tentunya mereka (konsumen) akan mencari produk lain yang harganya terjangkau. Hal ini sangat berimbas pada kelangsungan rumah usaha / industri mereka. Dan tentunya akan ada pengurangan karyawan (PHK) dan pengangguran pun terus bertambah.
        Kenaikan harga bbm itu bukanlah solusi, tetapi masalah baru untuk rakyat. Karena biar bagaimanapun rakyat kecil lah yang paling merasakan dampaknya. Mari renungkan sejenak nasib rakyat kecil tersebut. Masih banyak opsi lain selain menaikkan harga bbm. Misalnya menaikkan pajak, cukai rokok, dan juga efisiensi anggaran pejabat. Oleh karena itu, dengan tegas saya mengajak seluruh lapisan masyarakat untuk bersama-sama menolak kenaikan harga BBM.

0 komentar:

Posting Komentar

 

Blogger news

Blogroll

Change Background of This Blog!


Pasang Seperti Ini

About