Contoh Wacana Hortatori
NAMA : MUH. HARJUM NURDIN
NAMA : MUH. HARJUM NURDIN
NIM : 1351040007
KELAS : A (PENDIDIKAN)
Harga BBM untuk kesejahteraan siapa?
Presiden dan Wakil Presiden terpilih,
Jokowi dan JK, jauh sebelum dilantik, telah menyatakan secara eksplisit bahwa
kenaikan BBM merupakan salah satu kebijakan yang akan ditempuh ketika mereka
resmi menjadi penguasa.
Berbagai alasan sama dengan Pemerintah
sebelumnya dikemukakan untuk menjustifikasi kebijakan tersebut. Alasan tersebut
antara lain: pencabutan subsidi BBM diperlukan agar ruang fiskal Pemerintah
untuk menjalankan programnya semakin besar. Subsidi tersebut dianggap salah
sasaran sebab sebagian besar hanya dinikmati oleh kelas menengah atas. Dana
tersebut akan lebih produktif jika digunakan untuk program-program yang dapat
meningkatkan kesejahteraan rakyat dan mendorong pertumbuhan ekonomi seperti
membangun infrastruktur transportasi, meningkatkan anggaran pendidikan dan
kesehatan dan sebagainya.
Subsidi BBM yang besar juga dipandang
mengakibatkan ketergantungan pada energi fosil yang mahal sehingga energi murah
tidak berkembang. Disparitas harga BBM domestik dan luar negeri juga cukup
besar sehingga akan menimbulkan penyelundupan ke negara lain. Ini sebagaimanana
disparitas harga BBM subsidi dan non-subsidi untuk perusahaan di sektor
perkebunan dan pertambangan.
Secara teoretis, dana alokasi untuk
subisidi dapat digunakan untuk membiayai program-program yang dapat
meningkatkan kesejahteraan rakyat, baik langsung seperti pemberian jaminan
sosial maupun tidak langsung berupa peningkatan kapasitas dan kualitas
infrastruktur sehingga mampu mempercepat perputaran roda ekonomi.
Namun, pengalaman empirik menunjukkan,
kenaikan BBM akan menggerek inflasi, berupa kenaikan harga-harga barang.
Akibatnya, daya beli masyarakat merosot. Jumlah penduduk miskin makin besar.
Penduduk yang sebelumnya tidak dikategorikan miskin jatuh miskin. Pasalnya,
transportasi dan belanja BBM telah menjadi kebutuhan pokok masyarakat. Untuk
penduduk di pedesaan, misalnya, mengutip survei BPS 2014, belanja BBM menempati
urutan kedua setelah perumahan untuk komoditas non makanan.
Lazimnya, ketika inflasi naik, suku
bunga perbankan ikut terkerek naik. Akibatnya, dunia usaha tidak hanya terpukul
oleh naiknya biaya energi dan transportasi, namun juga biaya modal. Jika mereka
tidak dapat berkompetisi dalam situasi tersebut, pilihannya adalah melakukan pengurangan
kapasitas produksi, penghentian sementara hingga penutupan total. Hal tersebut
tentu berdampak pada pengurangan tenaga kerja dan berbagai efek berantai
lainnya. Apalagi Pemerintah juga telah menaikkan secara bertahap biaya tarif
listrik. Industri yang sensitif terhadap perubahan harga energi, seperti
industri tekstil dan industri logam, paling banyak yang dirugikan.
Kenaikan harga BBM Ini menjadi
kebijakan yang sangat aneh mengingat pada awal masa kampanye, Jokowi dengan
tegas berjanji tidak akan menaikkan harga BBM. Hal ini tentunya mengundang
berbagai macam reaksi dari kalangan masyarakat. Lapisan masyarakat, mahasiswa
dengan lantang menyuarakan penolakan kenaikan harga bbm tersebut. Penolakan
tersebut sangatlah wajar, mengingat banyak sekali dampak negatif dari kenaikan
BBM tersebut.
Begitu banyak dampak negatif yang sudah
mulai dirasakan masyarakat termasuk naiknya harga kebutuhan pokok makanan.
Dengan naiknya harga kebutuhan pokok tersebut, secara otomatis akan berdampak
pada kenaikan kebutuhan yang lain, seperti tarif angkutan umum, sayangnya
pemerintah belum memikirkan solusi untuk masalah ini. Yang mereka pikirkan
adalah bagaimana cara menambah rencana anggaran belanja Negara secara cepat
namun menyengsarakan rakyat. Bukankah slogan pemerintahan mereka adalah kerja,
kerja, dan kerja? Mungkin yang dimaksud kerja adalah bekerja untuk
menyengsarakan rakyatnya.
Selain itu, para pelaku usaha /
industri kelas menengah kebawah akan sangat merasakan dampaknya, bagaimana
tidak? Sebelum harga bbm naikpun mereka sangat kesulitan bersaing dengan
perusahaan besar yang menguasai pasar. Lantas bagaimana sekarang? Yang sudah
pasti, biaya produksi meningkat, harga produk mau tidak mau harus dinaikkan,
namun tidak ada jaminan bahwa konsumen akan tetap setia berlangganan. Tentunya
mereka (konsumen) akan mencari produk lain yang harganya terjangkau. Hal ini
sangat berimbas pada kelangsungan rumah usaha / industri mereka. Dan tentunya
akan ada pengurangan karyawan (PHK) dan pengangguran pun terus bertambah.
Kenaikan harga bbm itu bukanlah solusi,
tetapi masalah baru untuk rakyat. Karena biar bagaimanapun rakyat kecil lah
yang paling merasakan dampaknya. Mari renungkan sejenak nasib rakyat kecil
tersebut. Masih banyak opsi lain selain menaikkan harga bbm. Misalnya menaikkan
pajak, cukai rokok, dan juga efisiensi anggaran pejabat. Oleh karena itu,
dengan tegas saya mengajak seluruh lapisan masyarakat untuk bersama-sama
menolak kenaikan harga BBM.
0 komentar:
Posting Komentar