Pages

Selasa, 22 Maret 2016

DASAR PENGEMBANGAN SISTEM PERENCANAAN PEMBELAJARAN

DASAR PENGEMBANGAN SISTEM PERENCANAAN PEMBELAJARAN
 
A.      Pengertian Pengembangan Sistem Pembelajaran
Pengembangan mengandung pengertian cara membuat tumbuh secara teratur untuk menjadikan sesuatu lebih besar, lebih baik, lebih efektif, dan sebagainya (Husein dan Rahman,1997:28). Selanjutnya pengembangan sistem mengandung maksud cara membuat penjabaran, pelengkapan komponen sistem agar setiap komponen tumbuh (dalam Husein dan Rahman,1997:28). Seterusnya Ely mengemukakan pendapatnya bahwa pengembangan sistem pembelajaran berarti suatu proses secara sistematis dan logis untuk mempelajari problem-problem pembelajaran agar mendapat pemecahan yang teruji validitasnya, dan praktis bisa dilaksanakan (dalam Husein dan Rahman,1997:28).
Istilah yang berhubungan dengan pengembangan pembelajaran ialah sistem instruksional dan disain instruksional. Menurut Baker (dalam Husein dan Rahman,1997:28), sistem instuksional adalah semua materi (konsep) pembelajaran dan metode yang telah diuji dalam praktek yang dipersiapkan untuk mencapai tujuan dalam keadaan yang sebenarnya. Adapun yang dimaksud dengan disain instuksional adalah adalah keseluruhan proses analisis kebutuhan dan tujuan serta pengembangan teknik mengajar dan materi pembelajaran untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Dalam kegiatan ini termasuk pengembangan paket pembelajaran, kegiatan mengajar, uji coba, revisi, dan kegiatan evaluasi hasil belajar (Briggs dalam Husein dan Rahman,1997:28).
Jadi dapat disimpulkan bahwa antara pengembangan sistem pembelajaran dengan  sistem instruksional dan desain instruksional ada kesamaan dan keterkaitan. Pengembangan sistem pembelajaran menekankan pada proses yang sistematis dan logis. Sistem instruksional menekankan pada materi dan metode; dan desain instruksional menekankan pada kebutuhan, tujuan, teknik, materi pembelajaran untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Keterkaitan ini mengarah pada tujuan yang ingin dicapai, yaitu tujuan pembelajaran.
B.      Dasar Pengembangan Sistem Perencanaan Pembelajaran
Pengembangan sistem instruksional perencanaan pembelajaran didasarkan atas empiris dan prinsip yang telah teruji.
1.       Empiris
Pengembangan berdasarkan empiris berarti pengembangan yang berdasarkan pengalaman. Untuk pemerolehan pengalaman, banyak kegiatan yang telah dilakukan orang. Salah satu contoh kegiatan yang bersifat empiris ialah penelitian tentang kurikulum pendidikan.
Kurikulum sekolah pendidikan dasar dan menengah di Indonesia sejak tahun 1968 sampai dengan tahun 1996/1997 telah mengalami tiga kali perubahan.
Kurikulum Pendidikan Dasar dan Menengah Tahun 1968 sering disebut Kurikulum 1986 diubah menjadi Kurikulum Pendidikan Dasar dan Menengah Tahun 1975 (sering disebut kurikulum 1975). Selama lebih kurang delapan tahun pemberlakuan Kurikulum 1986, pada tahun 1975 diubah dan disempurnakan menjadi Kurikulum 1975.
Kurikulum 1975 mulai berorientasi kepada tujuan yang ingin dicapai warga belajar. Kurikulum ini berlaku lebih kurang sembilan tahun, karena diubah menjadi Kurikulum Penddikan dasar dan Pendidikan menengah 1984 (sering disebut Kurikulum 1984).
Kurikulum 1994 adalah penyempurnaan Kurikulum 1984. Dalam kurikulum ini komponen tujuan yang ingin dicapai siswa tetap ada, namun namanya yang pada Kurikulum 1984 disebut tujuan kurikuler, tujuan instruksional, pada Kurikulum 1994 istilahnya tujuan pembelajaran umum (TPU), tujuan pembelajaran khusus (TPK). Sistem unit pun dilebur menjadi sistem tema/anak tema. Bahan pelajaran diganti istilahnya menjadi konsep pembelajaran. Pada pembelajaran harus terdapat empat keterampilan berbahasa (menyimak, berbicara, membaca, dan menulis).
2.       Prinsip yang Telah Teruji
Prinsip yang telah teruji senantiasa melalui langkah prosedur yang sistematis, pengamatan yang tepat, dan percobaan terkontrol.
a.       Prosedur yang Sistematis
Prosedur yang dimaksud adalah suatu tahap kegiatan untuk menyelesaikan suatu aktivitas. Aktivitas ini dilaksanakan langkah demi langkah secara pasti dalam memecahkan suatu problem. Sistematis berarti satu langkah dengan langkah lainnya berhubungan saling berpengaruh, saling mendukung yang memungkinkan aktivitas itu berjalan lancar.
Komponen proses belajar mengajar adalah.
1)      Tujuan Pembelajaran
Langkah pertama proses belajar mengajar ialah penentu tujuan. Tujuan pembelajaran adalah sesuatu yang ingin dicapai siswa setelah menyelesaikan suatu konsep pembelajaran. Perumusan tujuan pembelajaran umum telah ditulis dalam Garis-Baris Besar Program Pengajaran (GBPP). Komponen tujuan pembelajaran adalah suatu tahap kegiatan belajar mengajar yang turut memecahkan problem pengajaran.
2)      Murid
Murid adalah orang yang melaksanakan pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran. Murid dalam suatu kelompok harus memiliki karakteristik yang relatif sama. Untuk penentuan karakteristik lazim digunakan empat teknik penentukan karakteristik siswa, mengkaji dokumen, tes, wawancara, dan observasi.
3)      Guru
Guru adalah orang yang menggerakkan suatu proses belajar. Tanpa profesionalisme suatu proses belajar mengajar tidak mungkin mencapai hasil yang baik. Keberadaan guru yang profesional mutlak menjadi dasar pengembangan sistem pembelajaran.
4)      Konsep Pembelajaran
Konsep pembelajaran mengandung berbagai materi pembelajaran yang harus dikaji warga belajar. Dengan menguasai sejumlah konsep pembelajaran berarti siswa memiliki modal untuk mencapai rumusan tujuan pembelajaran. Konsep pembelajaran harus dikembangkan jadi bahan pembelajaran yang memungkinkan warga belajar memperoleh macam-macam materi pembelajaran yakni fakta, konsep, prosedur, dan prinsip. Dengan adanya pengembangan bahan pembelajaran yang teruji memungkinkan proses belajar mengajar dapat dilaksanakan dengan baik.
5)      Pendekatan/Metode/Teknik
Pendekatan berupa suatu pendapat tentang pengajaran bahasa yang didasari falsafah tentang bahasa dan pengajaran bahasa, seperti pendekatan komunikatif dan pendekatan alamiah. Teknik pembelajaran digunakan untuk mengurutkan setiap langkah kegiatan. Teknik yang dapat digunakan seperti pemberian, penjelasan, diskusi. Pendekatan dan metode maupun teknik merupakan subsistem yang digunakan dalam pembelajaran.
6)      Media/Alat peraga
Penyampaian materi pembelajaran memerlukan media suatu alat. Alat yang digunakan dalam pembelajaran disebut media belajar (alat peraga). Alat ini digunakan hanya untuk membantu memperjelas siswa kepada hal-hal yang memang belum jelas. Media membentuk warga belajar terhindar dari verbalisme, karena sesuatu yang dikatakan ditunjukan dengan bendanya atau tiruannya.
7)      Evaluasi
Evaluasi digunakan untuk mengukur kemampuan (pengetahuan, keterampilan, dan sikap) warga belajar setelah mengkaji konsep pembelajaran. Evaluasi yang dilaksanakan dapat berupa evaluasi lisan, evaluasi tulisan, dan evaluasi perbuatan. Evaluasi dapat dilaksanakan dengan  pertanyaan tulisan yang di jawab dengan lisan, atau pertanyaan lisan dijawab dengan lisan. Evaluasi tulisan diharapkan warga belajar menjawab dengan tulisan. Evaluasi perbuatan menekankan warga belajar untuk melakukan suatu kegiatan berupa motorik (gerak), seperti mengekpresikan suatu adegan bagian drama, menunjukkan perilaku senang/susah/sedih, dan sebagainya.
b.      Pengamatan yang Tepat
Hasil pengamatan yang terkontrol dapat dijadikan dasar pengembangan sistem perencanaan pembelajaran.  Hal ini memungkinkan karena pengamatan adalah pengawasan terhadap perbuatan (kegiatan, keadaan) orang lain; penelitian, perbuatan mengamati dengan penuh. Hasil pengamatan yang relevan diantaranya ialah pengamatan terhadap kebutuhan siswa dalam kemampuan menulis. Kesimpulan hasil pengamatan dapat dijadikan dasar pengembangan sistem perencanaan, yaitu diantaranya dalam hal perencanaan tujuan, bahan, teknik, media/alat dan evaluasi.
c.       Percobaan Terkontrol
Percobaan tergolong kepada kegiatan penelitian. Percobaan yang dapat dijadikan dasar pengembangan sistem perencanaan pembelajaran ialah percobaan yang terkontrol. Ilustrasi tentang tingkat perkembangan kemampuan berpidato dua kelompok warga belajar keturunan asing. Kelompok pertama diberi pelajaran dengan menggunakan metode elektrik dan metode terjemahan dengan dibantu media video kaset dapat berpidato dengan frekuensi kata rata-rata 100 entri sedangkan kelompok kedua dengan menggunakan metose elektrik, dan metode terjemahan tanpa  dibantu media video kaset dapat berpidato dengan frekuensi kata rata-rata 500 entri. Nantinya akan diperoleh kesimpulan bahwa pengajaran Bahasa Indonesia bagi orang asing dengan menggunakan metode elektrik, dan metode terjemahan dengan dibantu media video kaset lebih baik daripada dengan menggunakan metode elektrik, dan metode terjemahan dengan tanpa dibantu vieo kaset. Hal ini dapat dijadikan rekomendasi terhadap dasar pengembangan sistem perencanaan pembelajaran.
C.      Model Sistem Pengembangan Pembelajaran
Paradigma (model) pengembangan pembelajaran sering dibedakan dengan teori belajar. Teori belajar menjelaskan fungsi-fungsi yang ada pada siswa, berdasarkan ilmu jiwa eksperimen terutama yang menjelaskan proses pada warga belajar, mekanisme yang terjadi pada warga belajar, perubahan tingkah laku warga belajar akibat interaksi dengan lingkungan. Sedangkan model  pengembangan pembelajaran menentukan kondisi dan lingkungan untuk mengubah dan mengamati tingkah laku siswa. Hal ini menekankan pada usaha untuk menentukan prosedur secara khusus dalam mengamati berbagai macam klasifikasi tingkah laku warga belajar, dan prosedur untuk mengubah rangsangan agar tingkah laku siswa sesuai dengan tujuan intekrasi dengan lingkungan. Paradigma yang dikembangkan ialah dengan menentukan kondisi dan lingkungan untuk mengubah dan mengamati tingkah laku siswa.
KEPUSTAKAAN
Husein, Akhlan & Rahman. 1996. Perencanaan Pengajaran Bahasa. Jakarta: Depdiknas.

CONTOH WACANA HORTATORI



                                                           Contoh Wacana Hortatori 
    

NAMA  : MUH. HARJUM NURDIN
NIM        : 1351040007
KELAS  : A (PENDIDIKAN)
                                             

Harga BBM untuk kesejahteraan siapa?
         Presiden dan Wakil Presiden terpilih, Jokowi dan JK, jauh sebelum dilantik, telah menyatakan secara eksplisit bahwa kenaikan BBM merupakan salah satu kebijakan yang akan ditempuh ketika mereka resmi menjadi penguasa.
         Berbagai alasan sama dengan Pemerintah sebelumnya dikemukakan untuk menjustifikasi kebijakan tersebut. Alasan tersebut antara lain: pencabutan subsidi BBM diperlukan agar ruang fiskal Pemerintah untuk menjalankan programnya semakin besar. Subsidi tersebut dianggap salah sasaran sebab sebagian besar hanya dinikmati oleh kelas menengah atas. Dana tersebut akan lebih produktif jika digunakan untuk program-program yang dapat meningkatkan kesejahteraan rakyat dan mendorong pertumbuhan ekonomi seperti membangun infrastruktur transportasi, meningkatkan anggaran pendidikan dan kesehatan dan sebagainya.
        Subsidi BBM yang besar juga dipandang mengakibatkan ketergantungan pada energi fosil yang mahal sehingga energi murah tidak berkembang. Disparitas harga BBM domestik dan luar negeri juga cukup besar sehingga akan menimbulkan penyelundupan ke negara lain. Ini sebagaimanana disparitas harga BBM subsidi dan non-subsidi untuk perusahaan di sektor perkebunan dan pertambangan.
        Secara teoretis, dana alokasi untuk subisidi dapat digunakan untuk membiayai program-program yang dapat meningkatkan kesejahteraan rakyat, baik langsung seperti pemberian jaminan sosial maupun tidak langsung berupa peningkatan kapasitas dan kualitas infrastruktur sehingga mampu mempercepat perputaran roda ekonomi.
        Namun, pengalaman empirik menunjukkan, kenaikan BBM akan menggerek inflasi, berupa           kenaikan harga-harga barang. Akibatnya, daya beli masyarakat merosot. Jumlah penduduk miskin makin besar. Penduduk yang sebelumnya tidak dikategorikan miskin jatuh miskin. Pasalnya, transportasi dan belanja BBM telah menjadi kebutuhan pokok masyarakat. Untuk penduduk di pedesaan, misalnya, mengutip survei BPS 2014, belanja BBM menempati urutan kedua setelah perumahan untuk komoditas non makanan.
        Lazimnya, ketika inflasi naik, suku bunga perbankan ikut terkerek naik. Akibatnya, dunia usaha tidak hanya terpukul oleh naiknya biaya energi dan transportasi, namun juga biaya modal. Jika mereka tidak dapat berkompetisi dalam situasi tersebut, pilihannya adalah melakukan pengurangan kapasitas produksi, penghentian sementara hingga penutupan total. Hal tersebut tentu berdampak pada pengurangan tenaga kerja dan berbagai efek berantai lainnya. Apalagi Pemerintah juga telah menaikkan secara bertahap biaya tarif listrik. Industri yang sensitif terhadap perubahan harga energi, seperti industri tekstil dan industri logam, paling banyak yang dirugikan.
        Kenaikan harga BBM Ini menjadi kebijakan yang sangat aneh mengingat pada awal masa kampanye, Jokowi dengan tegas berjanji tidak akan menaikkan harga BBM. Hal ini tentunya mengundang berbagai macam reaksi dari kalangan masyarakat. Lapisan masyarakat, mahasiswa dengan lantang menyuarakan penolakan kenaikan harga bbm tersebut. Penolakan tersebut sangatlah wajar, mengingat banyak sekali dampak negatif dari kenaikan BBM tersebut.
       Begitu banyak dampak negatif yang sudah mulai dirasakan masyarakat termasuk naiknya harga kebutuhan pokok makanan. Dengan naiknya harga kebutuhan pokok tersebut, secara otomatis akan berdampak pada kenaikan kebutuhan yang lain, seperti tarif angkutan umum, sayangnya pemerintah belum memikirkan solusi untuk masalah ini. Yang mereka pikirkan adalah bagaimana cara menambah rencana anggaran belanja Negara secara cepat namun menyengsarakan rakyat. Bukankah slogan pemerintahan mereka adalah kerja, kerja, dan kerja? Mungkin yang dimaksud kerja adalah bekerja untuk menyengsarakan rakyatnya.
        Selain itu, para pelaku usaha / industri kelas menengah kebawah akan sangat merasakan dampaknya, bagaimana tidak? Sebelum harga bbm naikpun mereka sangat kesulitan bersaing dengan perusahaan besar yang menguasai pasar. Lantas bagaimana sekarang? Yang sudah pasti, biaya produksi meningkat, harga produk mau tidak mau harus dinaikkan, namun tidak ada jaminan bahwa konsumen akan tetap setia berlangganan. Tentunya mereka (konsumen) akan mencari produk lain yang harganya terjangkau. Hal ini sangat berimbas pada kelangsungan rumah usaha / industri mereka. Dan tentunya akan ada pengurangan karyawan (PHK) dan pengangguran pun terus bertambah.
        Kenaikan harga bbm itu bukanlah solusi, tetapi masalah baru untuk rakyat. Karena biar bagaimanapun rakyat kecil lah yang paling merasakan dampaknya. Mari renungkan sejenak nasib rakyat kecil tersebut. Masih banyak opsi lain selain menaikkan harga bbm. Misalnya menaikkan pajak, cukai rokok, dan juga efisiensi anggaran pejabat. Oleh karena itu, dengan tegas saya mengajak seluruh lapisan masyarakat untuk bersama-sama menolak kenaikan harga BBM.

Senin, 07 Maret 2016

TEORI KEPRIBADIAN PSIKOANALISIS : Sigmun Freud



TEORI KEPRIBADIAN PSIKOANALISIS : Sigmun Freud
  1.     Tokoh dan Teori dasar Psikoanalisis
Teori psikoanalisis di kembangkan oleh sigmun freud yang lahir pada tanggal 6 mei 1856 dan meninggal pada tanggal 23 september 1939. Pada usia 8 tahun freud bermimpi untuk mencapai kemashuran melalui berbagai penemuan atau penelitian. Untuk maksud tersebut freud mencoba membedah 400 belut jantan, untuk meneliti apakah mereka mempunya testes, penelitian ini belum membuat dia terkenal akhirnya daia mengalihkan perhatiannya pada manuasia.
Pada tahun 1873 freud masuk fakultas kedokteran di Wina dan lulus pada tahun 1881 dengan yudisium excellent. Sebagai seorang ahli neurologi dia sering membantu masalah-masalah pasiennya seperti rasa takut yang irrasional, obsesi dan rasa cemas. Dalam membantu menyembuhkan masalah-masalah mental freud menggunakan prosedur yang inovatif yang dinamakan psikoanalisis. Penggunaan psikoanalisis memerlukan interaksi verbal yang cukup lama dengan pasien untuk menggali pribadinya yang lebih dalam. Banyak buku yang telah di tulis freud, dan dari teori freud ini memiliki beberapa kelemahan terutama dalam hal-hal berikut :
  1. Ketidaksadaran (uniconsciousness) amat berpengaruh terhadap prilaku manusia. Pendapat ini menunjukan bahwa manusia menjadi budak dirinya sendiri.
  2. Pengalaman masa kecil sangat menentukan atau berpengaruh terhadap kepribadian masa dewasa. Ini menunjukan bahwa manusia dipandang tidak berdaya untuk mengubah nasibnya sendiri.
  3. Kepribadian manusia terbentuk berdasarkan cara-cara yang ditempuh untuk mengatasi dorongan-dorongan seksualnya. Ini menunjukan bahwa dorongan yang lain dari individu kurang diperhatikan.
2.      Struktur Kepribadia
Semua teori kepribadian menyepakti bahwa manusia, seperti binatang lain, dilahirkan dengan sejumlah insting dan motifasi. Insting yang paling dasar ialah tangisan. Ketika lahir tentunya kekuatan motifasi dalam diri tentunya belum dipengaruhi oleh dunia luar.kekuatan ini bersifat mendasar dan individual.
Frued membagi struktur kepribadian kedalam tiga komponen, yaitu id, ego, dan superego. Prilaku seseorang merupakan hasil dari interaksi antara ketiga komponen tersebut.
  1.  Id (Das Es)
Id berisikan motifasi dan energy positif dasar, yang sering disebut insting atau stimulus. Id berorientasi pada prinsip kesenangan (pleasure principle) atau prinsip reduksi ketegangan, yang merupak sumber dari dorongan-dorongan biologis (makan, minum, tidur, dll) Prinsip kesenangan merujuk pada pencapaian kepuasan yang segera, dan id orientasinya bersifat fantasi (maya). Untuk memperoleh kesengan id menempuh dua cara yaitu melalui reflex dan proses primer, proses primer yaitu dalam mengurangi ketegangan dengan berkhayal.
2. Ego (Das Ich)
Peran utama dari ego adalah sebagai mediator (perantara) atau yang menjembatani anatar id dengan kondisi lingkungan atau dunia luar dan berorintasi pada prinsip realita (reality principle). Dalam mencapai kepuasan ego berdasar pada proses sekunder yaitu berfikir realistic dan berfikir rasional. Dalam proses disebelumnya yaitu proses primer hanya membawanya pada suatu titik, dimana ia mendapat gambaran dari benda yang akan memuaskan keinginannya, langkah selanjutnya adalah mewujudkan apa yang ada di das es dan langkah ini melalui proses sekunder. Dalam upaya memuaskan dorongan, ego sering bersifat prakmatis, kurang memperhatikan nilai/norma, atau bersifat hedonis.
Hal yang perlu diperhatikan dari ego adalah :
  1. Ego merupakan bagian dari id yang kehadirannya bertugas untuk memuaskan kebutuhan id.
  2. Seluruh energy (daya) ego berasal dari id
  3. Peran utama memenuhi kebutuhan id dan lingkungan sekitar
  4. Ego bertujuan untuk mempertahankan kehidupan individu dan pengembanbiakannya.
  • 3. Super Ego (Das Uber Ich)
Super ego merupak cabang dari moril atau keadilan dari kepridadian, yang mewakili alam ideal daripada alam nyata serta menuju kearah yang sempurna yang merupakan komponen kepribadian terkait dengan sytandar atau norma masyarakat mengenai baik dan buruk, benar dan salah. Dengan terbentukny super ego berarti pada diri individu telah terbentuk kemampuan untuk mengontrl dirinya sendiri (self control) menggantikan control dari orang tua (out control). Fungsi super ego adalah sebagai berikut :
  1. Merintangi dorongan-dorongan id, terutama dorongan seksual dan agresif
  2. Mendorong ego untuk mengantikan tujuan-tujuan relistik dengan tujuan-tujuan moralistic.
  3. Mengejar kesempurnaan. (perfection)
Karakteristik Sisitem Kepribadian Menurut Freud
ID
EGO
SUPEREGO
Sistem asli (the true psychic), bersifat subjektif (tidak mengenal dunia objektif), yang terdiri dari insting-insting dan gudangnya (reservoir) energy psikis yang digunaka ketiga system kepribadian.
Berkembang untuk memenuhi kebutuhan id yang terkait dengan dunia nyata. Memperoleh energy dari id. Mengetahui dunia subjektif dan objektif (dunia nyata).
Komponen moral kepribadian, terdiri dari dua subsistem : kata hati (yang menghukum tingkahlaku yang salah) dan ego ideal (yang mengganjar  tingkahlaku yang baik).
3.      Dinamika Kepribadian
Freud memandang organisme manusia sebagai sistem energi yang kompleks. Berdasarkan doktrin konservasi energi bahwa energi berubah dari energy fisiologis ke energi psikis atau sebaliknya. Freud berpendapat bahwa apabila energy digunakan dalam kegiatan psikologis seperti berfikir, maka energi itu merupakan energi psikis. Titik tumpu atau jembatan antara energi jasmaniah dengan energi kepribadian adalah id dan instink-instinknya. Instink-instink ini meliputi seluruh energy yang digunakan oleh ketiga struktur kepribadian (id, ego, dan superego) untuk menjalankan fungsinya. Dinamika kepribadian terkait dengan proses pemuasan instink, pendistribusian energy psikis dan dampak dari ketidakmampuan ego untuk mereduksi ketegangan pada saat bertransaksi dengan dunia luar yaitu kecemasan (anxiety).
a. Instink merupakan kumpulan hasrat atau keinginan (wishes). Tujuan dari instink-instink adalah mereduksi ketegangan (tension reduction) yang dialami sebagai suatu kesenangan.
Freud mengklasifikasikan instink ke dalam dua kelompok, yaitu:
  1. Instink hidup (life instink : eros). Instink hidup merupakan motif dasar manusia yang mendorongnya untuk bertingkah laku secara positif atau konstruktif, berfungsi untuk melayani tujuan manusia agar tetap hidup dan mengembangkan rasanya. Energy yang bertanggung jawab bagi instink hidup adalah libido. Libido ini bersumber dari erotogenic zones yaitu bagian-bagian tubuh yang sangat peka terhadap rangasangan seperti: bibir/mulut, dubur dan organ seks).
  2. Instink mati (death instink : thanatos). Instink ini merupakan motifasi dasar manusia yang mendorongnya untuk bertingkah laku yang bersifat negative atau destruktif. Freud meyakini bahwa manusia dilahirkan dengan mambawa dorongan untuk mati (keadaan tak barnyawa = inanimate state). Pendapat ini didasarkan kepada prinsip konstansi dari Fechner yaitu bahwa proses kehidupan itu cenderung kembali kepada dunia yang anorganis. Kenyataan manusia akhirnya mati, oleh karena itu tujuan hidup adalah mati. Hidup itu sendiri tiada lain hanya perjalanan kea rah mati.  Dia beranggapan bahwa instink ini merupakan sisi gelap dari kehidupan manusia.
Instink mempunyai empat macam karakteristik, yaitu : (a) sumber (source): kondisi rangsangan jasmaniah atau needs, (b) tujuan (aim): menghilangkan rangsangan jasmaniah atau mereduksi ketegangan, sehingga mencapai kesenangan dan terhindar dari rasa sakit, (c) objek (object): meliputi benda atau keadaan yang berada di lingkungan yang dapat memuaskan kebutuhan, termasuk kegiatan untuk memperoleh objek tersebut, (d) mendorong/pergerakan (impetus): kekuatan yang bergantung pada intensitas (besar-kecilnya) kebutuhan.
Sumber dan tujuan instink bersifat tetap, sedangkan objek dan penggerak sering berubah-berubah. Apabila energi instink digunakan untuk mensubstitusi objek yang tidak asli, maka tingkah laku yang dihasilkannya disebut instink derivative.
b. Pendistribusian dan penggunaan Energi Psikis.
Dinamika kepribadian merujuk kepada cara kepribadian berubah atau  berkembang melalui pendistribusian dan penggunaan energi psikis, baik oleh id, ego, maupun superegoengha. Id menggunakan energi ini untuk memperoleh kenikmatan (pleasure principle) melalui (1) gerakan refleksi dan (2) proses primer (menghayal atau berfantasi). Mekanisme atau proses pengalihan energi dari id ke ego atau dari id ke superego disebut identifikasi. Ego menggunakan energi untuk keperluan (1) memuaskan dorongan atau instink melalui proses sekunder, (2) meningkatkan perkembangan aspek-aspek psikologi, (3) mengekang menangkal id agar tidak bertindak impulsive atau irasional dan (4) menciptakan integrasi di antara ketiga sistem kepribadian dengan tujuan terciptanya keharmonisan dalam kepribadian, sehingga dapat melakukan transaksi dengan dunia luar secara efektif. Seperti halnya ego, superego memperoleh  energy itu melalui identifikasi.
Oleh karena itu dalam proses pendistribusian energy itu terjadi persaingan antara ketiga komponen kepribadian, maka suasana konflik diantara ketiganya tidak dapat dielakan lagi. Disamping itu ada kemungkinan, ego mendapat tekanan yang begitu kuat, baik dari id maupun superego.
1. Konflik
Freud berasumsi bahwa tingkah laku manusia merupakan hasil dari rentetan konflik internal yang terus menerus. Konflik (peperangan) antara id, ego, superego adalah hal yang bisa (rutin). Feurd menyakini bahwa konflik-konflik itu bersumber kepada dorongan-dorongan seks dan agresif.
Konflik sering terjadi secara tidak disadari. Walaupun tidak disadari, konflik tersebut dapat melahirkan kecemasan (anxiety). Kecemasan ini dapat dilacak dari kekhawatiran ego akan dorongan id yang tidak dapat di kontrol, sehingga melahirkan suasana yang mencekam/mengerikan. Setiap orang berusaha untuk membebaskan diri dari kecemasan ini yang dalam usahanya sering menggunakan mekanisme pertahanan ego.
2.Kecemasan
Kecemasan mempunyai peranan sentral dalam teori psikoanalisis, kecemasan digunakan oleh ego sebagai  isyarat adanya bahaya yang mengancam. Perasaan terjepit dan terancam disebut kecemasan (anxiety). Perasaan ini berfungsi sebagai ego bahwa ketika dia bertahan sambil tetap mempertimbangkan kelangsungan hidup organism, dia sebenarnya sedang berada dalam bahaya.
Freud mengklasifikasikan kecemasan dalam tiga tipe, yaitu sebagai berikut:
Tipe kecemasan
Pengertian
Kecemasan Realistik
Resrpon terhadap ancaman dari dunia luar atau perasaan takut terhadap bahaya-bahaya yang nyata(real) yang berada di lingkungan. Contoh seorang merasa takut bila di depannya ada ular. Maka orang tersebut mengalami kecemasan realistik.
Kecemasan Neurotik
Respon yang mengancam dari dorongan id ke dalam kesadaran. Kecemasan ini berkembang berdasarkan pengalaman masa anak yang terkait dengan hukuman yang maya (hayalan) dari orang tua atau orang lain yang mempunyai otoritas secara maya pula untuk memuaskan dorongan instinknya. Neurotik adalah kata latin dari perasaan gugup.
Kecemasan moral
Respon superego terhadap dorongan id yang mengancam untuk memperoleh kepuasan secara “immoral”. Kecemasan ini di wujudkan dalam bentuk perasaan bersalah (guilty feeling) atau rasa malu (shame). Seseorang yang mengalami kecemasan ini, merasa takut akan dihukum oleh superegonya atau katahatinya.
3. Mekanisme Pertahanan Ego.
Mekanisme pertahanan ego merupakan proses mental yang bertujuan untuk mengurangi kecemasan dan dilakukan melalui dua karakteristik khusus  yaitu : (1) tidak disadari dan (2) menolak, memalsukan atau mendistorsi (mengubah) kenyataan. Mekanisme pertahanan ini dapat juga diartikan sebagai reaksi-reaksi yang tidak disadari dalam upaya melindungi diri dari emosi atau perasaan yang menyakitkan seperti cemas dan perasaan bersalah. Ego berusaha sekuat mungkin menjaga kestabilan hubungannya dengan realitas, id dan superego. Namun kecemasan begitu menguasai, ego harus berusahan mempertahankan diri. Secara tidak sadar, dia akan bertahan dengan cara memblokir seluruh dorongan-dorongan atau menciutkan dorongan-dorongan tersebut menjadi wujud yang lebih dapat diterima atau tidak terlalu mengancam.
Jenis-jenis mekanisme pertahanan ego itu adalah sebagai berikut.
  1. Represi
Represi merupakan proses penekanan dorongan-dorongan ke alam tak sadar, ka, orang atau karena mengancam keamanan ego. Anna Freud mengartikan pula sebagai “melupakan yang bermotivasi”, adalah ketidakmampuan untuk mengingat kembali situasi, orang atau peristiwa yang menakutkan. Represi merupakan mekanisme pertahanan dasar yang terjadi ketika memori, pikiran atau perasaan (kateksis objek = id) yang menimbulkan kecemasan ditekan keluar dari kesadaran oleh antikateksis (ego). Orang  cenderung  merepres keinginan atau hasrat yang apabila dilakukan dapat menimbulkan perasaan bersalah (guilty feeling) dan konflik yang menimbulkan rasa cemas atau merepres memori (ingatan) yang meyakitkan.
2. Projeksi
Projeksi merupakan pengendalian pikiran, perasaan, dorongan diri sendiri kepada orang lain. Dapat juga diartikan sebagai mekanisme perubahan kecemasan neurotik dan moral dengan kecemasan realistik. Anna freud mengatakan projeksi sebagai penggantian kea rah luar atau kebalikan dari melawan diri sendiri, mekanisme ini meliputi kecendrungan untuk melihat hasrat anda yang tidak bisa diterima oleh orang lain. Projeksi memungkinkan orang untuk mengatakan dorongan yang mengancamnya dengan menyamarkanya sebagai pertahanan diri. Projeksi bertujuan untuk mengurangi pikiran atau perasaan yang menimbulkan kecemasan.
3. Pembentukan Reaksi  (Reaction Formation).
Pembentukan reaksi atau reaksi formasi ialah suatu mekanisme pertahanan ego yang mengantikan suatu impuls atau perasaan yang menimbulkan kecemasan dengan lawan atau kebalikannya dalam kesadarannya (Hall dan Gardner). Dapat juga di artikan pergantian sikap dan tingka laku dengan sikap dan tingkah laku yang berlawanan. Bertujuan untuk menyembunyikan pikiran dan perasaan yang dapat menimbulkan kecemasan. Mekanisme ini biasanya ditandai dengan sikap atau perilaku yang berlebihan atau bersifat kompulsif, biasanya dari perasaan yang negatif ke positif meskipun kadang-kadang terjadi dari negatif ke positif. Dalam hal ini Freud berpendapat bahwa laki-laki yang suka mencemoohkan homoseksual merupakan ekspresi dari perlawanannya akan dorongan-dorongan homoseksual dalam dirinya sendiri.
4. Pemindahan Objek (Displacement)
Displacement adalah suatu mekanisme pertahanan ego yang mengarahkan energi kepada objek atau orang lain apabila objek asal atau orang yang sesungguhnya, tidak bisa dijangkau,  Corey (2003:19). Menurut Poduska (2000:119) displacement ialah mekanisme pertahanan ego dengan mana anda melepaskan gerak-gerik emosi yang asli, dan sumber pemindahan ini dianggap sebagai suatu target yang aman. Mekanisme pertahanan ego ini, melimpahkan kecemasan yang menimpa seseorang kepada orang lain yang lebih rendah kedudukannya.lebih lanjut dikatakan pemindahan objek ini merupakan proses pengalihan perasaan (biasanya rasa marah) dari objek (target) asli ke objek pengganti. Contohnya: seorang pegawai yang dimarahi atasannya di kantor, pada saat pulang dia membanting pintu dan marah-marah pada anaknya.
5. Faksasi
Faksasi  ini  merupakan  mekanisme  yang memungkinkan orang mengalami kemandegan dalam perkembangannya, karena cemas untuk melangkah   ke perkembangan berikutnya. Faksasi ini bertujuan   untuk   menghindari dari    situasi-situasi   baru   yang   dipandang  berbahaya atau mengakibatkan   frustasi. Contohnya   anak  usia 7 tahun masih ngeisap jempol dan belum berani berpergaian tanpa ibunya.
6. Regresi
Regresi adalah kembali ke masa-masa  di mana seseorang mengalami tekanan psikologis. Kerika kita menghadapi kesulitan   atau  ketakutan, perilaku   kita  sering menjadi kekanak-kanakan atau primitif.   Dapat   dikatakan   pula    pengulangan   kembali    tingkah laku yang cocok bagi tahap perkembangan atau usia sebelumnya (perikaku kekanak-kanakan). Contohnya seorang yang baru pensiun    akan   berlama-lama  duduk  di  kursi  goyang  dan  bersikap  seperti  anak-anak,   serta menggantungkan hidupnya pada isntrinya.
7. Rasionalisasi
Rasionalisasi merupakan penciptaan kepalsuan (alas an-alasan) namun dapat masuk akal sebagai upaya pembenaran tingkah laku yang tidak dapat diterima.  Menurut     Berry (2001:82), rasionalisasi ialah mencari pembenaran atau alasan bagi prilakunya, sehingga manjadi lebih bisa diterima oleh ego daripada alasan yang sebenarnya. Rasionalisasi ini terjadi apabila individu mengalami kegagalan dalam memenuhi kebutuhan, dorongan atau keinginannya. Dia mempersepsikan kegagalan tersebut sebagai kekuatan yang mengancam keseimbangan psikisnya (menimbulkan rasa cemas).
8. Sublimasi
Sublimasi adalah mengubah berbagai rangsangan yang tidak diterima, apakah itu dalam bentuk seks, kemarahan, ketakutan atau bentuk lainnya, ke dalam bentuk-bentuk yang bisa diterima secara sosial. Dengan kata lain sublimasi ini merupakan pembelotan atau penyimpangan libido seksual kepada kegiatan yang secara sosial lebih dapat diterima. Dalam banyak cara, sublimasi  merupakan mekanisme yang sehat, karena energi seksual berada di bawah kontrol sosial. Bagi Freud seluruh bentuk aktivitas positif dan kreatif aadalah sublimasi, terutama sublimasi hasrat seksual.
9. Identifikasi
Identifikasi merupakan proses memperkuat harga diri (self-esteem) dengan membentuk suatu persekutuan (aliansi) nyata atau maya dengan orang lain, baik seseorang maupun kelompok. Identifikasi ini juga merupakan satu cara untuk mereduksi ketegangan. Identifikasi ini dilakukan kepada orang-orang yang dipandang sukses atau berhasil dalam hidupnya. Identifikasi dengan penyerangan adalah bentuk introjeksi yang terfokus pada pengadopsian, bukan dari segi umum atau positif, tapi dari sisi negatif.
4.    Perkembangan Kepribadian
Perkembangan manusia dalam psikoanalitik merupakan suatu gambaran yang sangat teliti dari proses perkembangan psikososial dan psikoseksual, mulai dari lahir sampai dewasa. Dalam teori Freud setiap manusia harus melewati serangkaian tahap perkembangan dalam proses menjadi dewasa. Tahap-tahap ini sangat penting bagi pembentukan sifat-sifat kepribadian yang bersifat menetap. Menurut Freud, kepribadian orang terbentuk pada usia sekitar 5-6 tahun, meliputi beberapa tahap yaitu tahap oral, tahap anal, tahap halik, tahap laten, dan tahap genital.
Freud yakin “Anak adalah ayah manusia” adalah menarik menentukan preferensi kuat pada penjelasan genetik atas tingkah laku orang dewasa semacam itu, Sementara Freud sendiri jarang menyelidiki anak-anak kecil secara langsung. Ia lebih suka melakukan menyelidiki struksi tentang kehidupan masa silam seseorang berdasarkan evidensi yang terdapat dalam ingatan-kenangannya di masa dewasa.
Kepribadian berkembang sebagai respon terhadap empat sumber tegangan pokok, yaitu (a) proses pertumbuhan fisiologis, (b) frustasi-frustasi, (c) konflik-konflik, dan (d) ancaman-ancaman. Sebagai akibat langsung dari meningkatnya ketegangan yang ditimbulkan oleh sumber-sumber ini, sang pribadi  terpaksa mempelajari cara-cara baru mereduksikan tegangan. Proses belajar inilah yang dimaksudkan dengan perkembangn kepribadian.
Identifikasi dan pemindahan (displacement) adalah dua cara yang digunakan individu untuk belajar mengatasi frustrasi-frustrasi, konflik-konflik, dan kecemasan-kecemasan.
Identifikasi dapat didefinisikan sebagai metode yang digunakan orang untuk mengambil alih ciri-ciri orang lain dan menjadikanya bagian yang tak terpisahkan dari kribadiannya sendiri. Freud lebih suka memakai istilah identifikasi daripada imitasi karena ia berpendapat bahwa imitasi mengandung arti sejenis peniruan tingkah laku yang bersifat dangkal dan sementara padahal ia menginginkan suatu kata yang mengandung pengertian tentang sejenis pemerolehan (acquisition) yang kurang lebih bersifat permanen kepada kepribadian.
Identifikasi juga merupakan cara dengan mana orang dapat memperoleh kembali suatu objek yang telah hilang. Dengan mengidentifikasikan diri dengan orang terkasih yang telah meninggal atau terpisah, maka orang yang telah hilang itu dijelamakan kembali dalam bentuk ciri tertentu yang meresap atau melekat pada kepribadian seseorang. Identifikasi  semacam ini merupakan dasar pembentukan superego.
Struktur final kepribadian merupakan akumulasi berbagai identifikasi yang dilakukan pada berbagai masa kehidupan seseorang, kendati ibu dan ayah mungkin merupakan tokoh-tokoh identifikasi terpenting dalam kehidupan seseorang.
Pemindahan objek asli yang dipilih instink tidak dapat dicapai karena adanya rintangan baik dari luar maupun dari dalam (anti-kateksis), maka suatu represi yang kuat. Apabila kateksis yang baru itu juga terhalang, maka akan terjadi pemindahan lain, demikian seterusnya sampai ditemukan objek yang mampu untuk mereduksikan tegangan habis, dan segera dicari lagi suatu objek tujuan yang cocok. Sepanjang rangkaian pemindahan yang banyak dan yang merupakan perkembangan kepribadian, sumber dan tujuan instink tetap, hanya objeknya yang berubah-ubah.
Minat-minat, keterikatan-keterikatan dan semua bentuk lain motif-motif yang diperoleh tetap bertahan karena gagal memberikan kepuasan yang sempurna. Setiap kompromi sekaligus adalah penolakan. Seseorang melepaskan sesuatu yang sesungguhnya diinginkannya tetapi tidak dapat dimilikinya, dan menerima sesuatu yang kedua atau ketiga terbaik yang dapat dimilikinya (Hall, 1954). Freud mengemukakan bahwa perkembangan peradaban di mungkinkan oleh pengekangan terhadap pemilihan-pemilihan objek primitive serta pengalihan energy instink ke saluran-saluran yang dapat diterima oleh masyarakat dan secara cultural kreatif. Suatu pemindahan yang menghasilkan prestasi kebudayaan yang lebih tinggi disebut sublimasi.
Arah yang ditempuh pemindahan ditentukan oleh dua faktor. Faktor-faktor ini adalah (a) kemiripan objek pengganti dengan objek aslinya, dan (b) sanksi-sanksi dan larangan-laranganyang diterapkan masyarakat.
  1. Tahapan-tahapan Perkembangan
Anak melewati serangkaian tahap yang secara dinamis berlainan selama lima tahun pertama kehidupan, kemudian suatu periode lima atau eman tahun berikutnya periode-laten-dinamika tersebut kurang lebih menjadi stabil. Dengan datangnya masa adolesen, dimanika itu muncul lagi kemudian secara bertahap menjadi tenang ketika remaja memasuki dewasa. Bagi Freud tahun-tahun pertama kehidupan yang hanya beberapa itu memiliki peranan yang menentukan bagi pembentukan kepribadian. Masing-masing tahap perkembangan selama lima tahun pertama ditentikan oleh cara-cara reaksi suatu zona tubuh tertentu.
a. Tahap Oral
Sumber kenikmatan pokok yang berasal dari mulut adalah makan. Dua macam aktivitas oral  ini, yaitu menelan makanan dan mengigit, merupakan prototipe bagi banyak ciri karakter yang berkembang di kemudian hari. Karena tahap oral ini berlangsung pada saat bayi sama sekali tergantung pada ibunya untuk memdapatkan makanan, pada saat dibuai, dirawat dan dilindungi dari perasaan yang tidak menyenangkan, maka timbul perasaan-perasaan tergantung pada masa ini. Frued berpendapat bahwa simtom ketergantungan yang paling ekstrem adalah keinginan kembali ke dalam rahim.
b. Tahap Anal
Setelah makanan dicernakan, maka sisa makanan menumpuk di ujung bawah dari usus dan secara reflex akan dilepaskan keluar apabila tekanan pada otot lingkar dubur mencapai taraf tertentu. Pada umur dua tahun anak mendapatkan pengalaman pertama yang menentukan tentang pengaturan atas suatu impuls instingtual oleh pihak luar. Pembiasaan akan kebersihan ini dapat mempunyai pengaruh yang sangat luas terhadap pembentukan sifat-sifat dan nilai-nilai khusus.  Sifat-sifat kepribadian lain yang tak terbilang jumlahnya konon sumber akarnya terbentuk dalam tahap anal.
c. Tahap Phalik
Selama tahap perkembangan kepribadian ini yang menjadi pusat dinamika adalah perasaan-perasaan seksual dan agresif berkaitan dengan mulai berfungsinya organ-organ genetikal. Kenikmatan masturbasi serta kehidupan fantasi anak yang menyertai aktivitas auto-erotik membuka jalan bagi timbulnya kompleks Oedipus.  Freud memandang keberhasilan mengidentifikasikan kompleks Oedipus sebagai salah satu temuan besarnya.
Freud mengasumsikan bahwa setiap orang secara inheren adalah biseksual, setiap jenis tertarik pada anggota sejenis maupun pada anggota lawan jenis. Asumsi tentang biseksualitas ini disokong oleh penelitian terhadap kelenjar-kelenjar endokrin yang secara agak konklusif menunjukkan bahwa baik hormon seks perempuan terdapat pada masing-masing jenis. Timbul dan berkembangnya kompleks Oedipus dan kompleks kastrasi merupakan peristiwa-peristiwa pokok selama masa phalik dan meninggalkan serangkaian bekas dalam kepribadian.
d. Tahap Latensi
Masa ini adlah periode tertahannya dorongan-dorongan seks agresif. Selama masa ini anak mengembangkan kemampuannya bersublimasi ( seperti mengerjakan tugas-tugas sekolah, bermain olah raga, dan kegiatan lainya). Tahapan latensi ini antara usia 6-12 tahun (masa sekolah dasar)
e. Tahap Genital
Kateksis-kateksis dari masa-masa pragenital bersifat narsisistik. Hal ini berarti bahwa individu mendapatkan kepuasan dari stimulasi dan manipulasi tubuhnya sendiri sedangkan orang-orang lain dikateksis hanya karena membantu memberikan bentuk-bentuk tambahan kenikmatan tubuh bagi anak. Selama masa adolesen, sebagian dari cinta diri atau narsisisme ini disalurkan ke pilihan-pilihan objek yang sebenarnya.
Kateksis-kateksis pada tahap-tahap oral, anal, dan phalik lebur dan di sistensiskan dengan impuls-impuls genital. Fungsi biologis pokok dari tahap genital tujuan ini dengan memberikan stabilitas dan keamanan sampai batas tertentu.
Meskipun demikian Freud membedakan empat tahap perkembangan kepribadian, namun ia tidak mengasumsikan bahwa terdapat batas-batas tajam atau transisi-transisi yang mengejutkan dalam peralihan dari satu tahap ke tahap yang lain. Bentuk akhir organisasi kepribadian menurut hasil sumbangan dari keempat tahap itu.

5.      Implikasi Teori Kepribadian Psikoanalis Terhadap Bimbingan dan Konseling
Psikoanalisis dipandang sebagai pendekatan atau metode terapi (Bimbingan dan Konseling). Ada beberapa Implikasi teori psikoanalisis terhadap bimbingan dan konseling, yaitu sebagai berikut ;
  1. Tujuan Bimbingan dan Konseling
Bimbingan dan Koseling bertujuan untuk ;
-          Memperkuat ego, sehingga mampu mengontrol dorongan-dorongan instrinsik
-          Meningkatkan kemampuan individu dalam bercinta dan bekerja
2. Metode Bimbingan dan Konseling
Yang menjadi fokus utama bimbingan dan konseling adalah represi yang tidak terpecahkan, dengan cara menganalisa pengalaman masa lalu pasien. Beberapa metode yang dapat diterapkan yaitu;
1)      Asosiasi Bebas
Klien diminta untuk mengatakan (mengungkapkan) apa saja yang berada dalam pikirannya (perasaannya).
2)      Analisis Mimpi
Untuk menelusuri akar masalah yang dialami klien dapat dengan cara mengungkapkan isi mimpinya, karena ketika tidur maka keadaan ego menjadi lemah untuk mengontrol dorongan-dorongan Id atau hal-hal yang tidak disadari, sehingga dapat mendesak ego untuk memuaskannya.
3)      Interpretasi
Setelah masalah pasien diketahui secara jelas, kemudian konselor mulai menginterpretasi masalah klien, dan terdorong untuk mengakui ketidaksadarannya baik terkait dengan pikiran, kegiatan atau keinginan-keinginannya.
4)      Resistansi
Sikap resisten dipicu oleh ketidaksadaran dan pertahanan diri yang terancam, resistensi klien dinyatakan dalam banyak cara seperti; tidak menepati janji, menolak interpretasi dan banyak mengahabiskan waktu untuk diskusi
5)      Transferensi
Transferensi terjadi ketika klien merespon analisa konselor sebagai figure orangtua, respon ini bisa bersifat positif dan bisa juga negative tergantung pada suasana emosional yang dialaminya, sehingga dapat menimbulkan terjadinya reaksi-reaksi atau konflik-konflik lama.
Reaksi transferensi klien terhadap konselor dipengaruhi oleh prasangka-prasangka yang tidak realistic sebagai refleksi dari suasana emosional masa lalunya.
6.      Komentar Para Ahli tentang Teori Psikoanalisis Sigmund Freud
Teori psikoanalisis dipandang banyak orang sebagai teori yang controversial, terutama yang  terkait dengan pelecehan harkat – martabat manusiadan kesucian agama. Freud tidak menempatkan manusia tidak lebih mulia daripada hewan.
Komentar para ahli antara lain ;
-          Djamaludin A dan Fuat NS 1994:68
“Kita semua tahu setengah abad lebih yang silam, penelitian – penelitian yang dilakukan Charles Darwin dan kolega-koleganya telah mengakhiri kecongkakan manusia, sungguh manusia bukanlah makhluk yang berbeda apalagi lebih unggul dari pada binatang.”
-          Malik B Badri 1986 :43
Mengemukakan bahwa para psikolog bereksperimen dan menganut aliran tingkah laku mengkritik teori psikoanalisis hanya sebagai spekulasi yang tidak bisa dibuktikan kebenarannya melalui observasi dan oleh karena itu tidak ilmiah.
-          Muh.Quthb, 1989:24
Carl Gustav Jung dalam bukunya “Memorial of Freud” mengatakan “Freud telah berwasiat kepadaku, bahwa wajib menghancurkan semua kepercayaan agama.”
-          Hartman (Bapak psikologi ego)
Ego tidak berkembang dari id, karena setiap system adalah asli, predisposisi yang inhern, dan masing-masing independen dalam perkembangannya. Proses ego dinetralisasi dari energy seksual dan agresif. Fungsi ego bukan reality testing sebagai pemuas id, akan tetapi adavtive function terhadap dunia luar. Inilah cognitive processes seperti mempersepsi, mengingat dan berpikir.
-          Ronald Fairbairn
Mengemukakan ;
  1. Ego berada sejak lahir, yang memiliki struktur dinamika sendiri, dan sumber energy sendiri
  2. Dalam kenyataan, yang ada hanya ego, sedangkan id tidak ada. Oleh karena itu tidak ada konflik antara id dan ego
  3. Ego berfungsi untuk mencari (seek), menemukan (find), dan membangun relasi dengan objek-objek di dunia luar.

 

Blogger news

Blogroll

Change Background of This Blog!


Pasang Seperti Ini

About