Resensi Novel “Negeri Para Bedebah” dan “Negeri di
Ujung Tanduk”

Sebenarnya buku Negeri Para Bedebah sudah mejeng di rak buku saya sejak beberapa bulan yang lalu. Saya beli di Islamic Book Fair dengan harga rada miring. Beli buku itupun karena dapet rekomendasi dari temen, katanya bukunya bagus banget. Dulu pernah sempet baca cuma sampai sekitar 20 halaman pertama aja, setelah itu saya tinggalin haha :P Beberapa hari yang lalu entah kenapa saya haus novel, cap-cip-cup di rak buku dan ternyata buku itu yang beruntung. Dua puluh halaman yang pernah saya baca dulu saya ulang baca lagi karena lupa ceritanya. Memang di awal cerita masih agak membosankan. Mungkin itu alasan kenapa saya gak tertarik nerusin baca sampe selesai ketika baru beli buku itu. Tapi ketika sudah muncul ke inti permasalahan, rasanya bener-bener menegangkan. Kita diajak untuk berfikir, penasaran, dan membayangkan serunya petualangan si pemeran utama.
Namanya Thomas, tokoh utama dalam
novel Negeri Para Bedebah ini. Ia merupakan seorang konsultan keuangan yang
sukses. Umurnya 33 tahun tapi dia sudah sering menjadi pembicara dalam
acara-acara bergengsi di dalam maupun luar negeri dengan pesertanya adalah
pimpinan-pimpinan perusahaan. Ia sendiri memiliki perusahaan konsultan yang
ternama. Ia pandai memotivasi dan memberi masukan yang jitu untuk para klien
bisnisnya. Dalam cerita, Thomas memiliki karakter cerdik, gesit, cerdas, fisik
kuat, humoris, tampan, tapi dia masih jomblo (saking sibuknya jadi konsultan
gak sempet cari pendamping apa yaa? umurnya udah 33 padahal hahaha :D).
Kesibukannya bahkan melebihi kesibukan presiden. Dalam novel ini kalian akan
tercengang bagaimana media bisa disetir oleh Thomas, orang-orang petinggi
negeri ini bisa percaya dengan Thomas. Yah, cukup di novel saja Thomas ini
ada. :)
Dibalik gemilangnya karir Thomas,
ternyata ia memiliki masa lalu yang menyedihkan. Papa-Mamanya meninggal dalam
kebakaran rumah ketika ia sedang mengantar susu untuk tetangga-tetangganya.
Rumahnya dibakar oleh warga yang merasa dikhianati oleh usaha Arisan-Berantai
yang didirikan Papanya dan Om Liem, pamannya. Apakah hanya karena itu? :)
Setelah lulus sekolah, ia mengambil kuliah bisnis di luar negeri
kemudian mendirikan kantor konsultan keuangan di Jakarta. Ketika di asrama, ia
beberapa kali dikunjungi oleh Opa dan Tante Liem yang selamat dalam kebakaran
rumahnya. Kemudian ia dekat dengan Opanya dan Tante Liem. Ia beberapa kali
mengunjungi rumah peristirahatan Opa di Jatiluhur, juga menemui Tante Liem.
Tapi Thomas tidak pernah menyukai Om Liem sejak kejadian kebakaran tadi. Karena
ia merasa Om Liem lah yang menjadi penyebab Papa-Mamanya meninggal. Makanya,
Thomas tidak pernah mau bertemu dengan Omnya tersebut.
Petualangan Thomas dimulai ketika
Bank milik Om Liem hampir kolaps. Bank Semesta adalah salah satu kekayaan Om
Liem. Cerita kolapsnya Bank Semesta ini mengingatkan saya sama salah satu Bank
di Indonesia yang hampir kolaps juga, dan sampai sekarangpun belum selesai
permasalahannya (you know what i mean :P ). Walaupun Thomas
tidak menyukai Om Liem, ia tetap peduli dengannya, sejahat apapun Om Liem dia
tetap keluarganya, dan Om Liem-pun sudah berjanji untuk berubah.
Thomas–yang baru pulang dari klub petarung atau klub petinju mengalahkan orang
terkuat di klub tersebut, Rudi—didatangi orang kepercayaan Om Liem, Ram. Ram
menceritakan keadaan Bank Semesta dan mengajaknya ke tempat kejadian.
Kau tahu berapa lama setting waktu
dalam novel ini? Hanya DUA HARI. Ya, hanya dua hari. Kejadian kolapsnya Bank
Semesta pada hari Jumat malam, dan Thomas hanya memiliki kesempatan 2 hari
sebelum hari Senin pukul 8.00 ketika semua Bank buka. Dalam dua hari itu,
Thomas bersusah payah mempertahankan Bank Semesta agar diselamatkan oleh
pemerintah. Ia membawa kabur Om Liem, mengelabui para polisi, menyimpan Om Liem
di tempat tersembunyi, kemudian mendatangi orang-orang berpengaruh yang akan
menentukan Bank Semesta akan diselamatkan atau tidak. Gak main-main, dengan
dikejar-kejar polisi di mana-mana, Thomas dengan cerdiknya bisa mendatangi
orang-orang tersebut. Ibu Menteri, Putra Mahkota, petinggi lembaga keuangan,
dan juga media berhasil ia pengaruhi. Ohya, dalam pertempurannya itu, ia
ditemani seorang wartawan muda bernama Julia. Julia ini ikut terseret dalam
kasus Bank Semesta awalnya karena ia tidak menyukai Thomas yang bisa dengan
mudah mengelabui media. Lalu bagaimana bisa Julia menemani Thomas? :)
Dengan beberapa intrik dan rekayasa cerdik yang dilakukan
Thomas, mengelabui polisi-polisi, ia dan Julia menyelesaikan misi dengan baik.
Bank Semesata diselamatkan oleh pemerintah. Tentu saja dalam petarungan ini,
Thomas dibantu teman-teman dekatnya. Maggie, Erik, Rudi, Julia, Kadek, Randy.
Mereka adalah tokoh-tokoh pembantu dalam novel ini. Secara kebetulan,
temen-temannya di klub petarung yang rahasia itu manjadi penyelamat Thomas.
Tapi di akhir cerita, kalian akan dikejutkan dengan sebuah penghianatan orang
terpercaya.
Pada Novel kedua, Negeri di Ujung
Tanduk, sensasi tegang dan penasaran yang saya rasakan masih sama seperti
ketika membaca novel pertama. Setelah selesai baca negeri para Bedebah,
kebetulan ada Islamic Book Fair lagi di Braga. Gak lama, novel
keduanya sudah ada di tangan saya. Karena penasaran, langsung saya baca. Cukup
dua hari untuk menyelesaikannya. :D
Pada novel kedua ini, setting
waktunya juga cepat. Hanya tiga hari. Pada novel ini tidak lagi menceritakan
tentang Bank Semesta, tapi tentang pencalonan presiden salah satu partai. Satu
tahun setelah pertarungan menyelamatkan Bank Semesta, Thomas yang kini berumur
34 tahun, telah mendirikan unit baru di kantornya yaitu unit untuk jasa
konsultasi politik. Perusahaannya itu telah berhasil memenangkan dua gubernur
dalam satu tahun terakhir. Kini ia memiliki klien calon presiden yang telah
sukses menjadi walikota sebuah daerah dan sukses menjadi gubernur Jakarta,
kliennya itu berinisial JD (you know what i mean? Haha.) Lagi-lagi
Tere Liye mengangkat isu yang sedang dekat dengan kita yaa :D Agak
sedikit kecewa sih karena di dalam cerita, kliennya itu telah sukses menjadi
gubernur ibukota selama lima tahun, dan ia memutuskan untuk tidak memperpanjang
masa jabatannya sebagai gubernur lima tahun selanjutnya karena ia berencana
mencalonkan diri menjadi presiden dari partai terbesar di negeri ini. Satu
tahun klien Thomas itu lengser dari gubernur dan mempersiapkan pencalonan
presiden. Dalam cerita, JD ini memiliki tabiat yang bersih, ia akan
membersihkan hukum dari kecurangan-kecurangan, dan Thomas mempercayainya.
Mungkin ini sindiran kali yaa haha. Yap, okelah, mulai pada cerita ini saya
memutuskan untuk mengalah, melanjutkan isi cerita hingga akhir.
Dalam pemilihan tokoh yang akan dinaikkan menjadi calon presiden
dalam partai terbesar di negeri ini, JD mengalami banyak hambatan yang ikut
menyeret Thomas, konsultan politiknya, juga Om Liem. Ada ‘mafia hukum’ yang
terdiri dari 5 tingkatan, masing-masing tingkatan terdapat beberapa nama. Ring
1 adalah tingkatan pertama yang merupakan induk dari tingkatan bawahnya. Jumlah
aggota mafia hukum pada ring pertama adalah 24 orang, 5 diantaranya adalah
petinggi partai yang menolak JD dicalonkan oleh partainya tersebut.
Cerita lagi-lagi dimulai dengan
sebuah ‘kejutan’. Thomas–yang baru selesai mengisi seminar politik di Hong Kong
dan telah memenangkan pertarungan tinju dengan Lee, petarung terhebat di klub
petarung Hong Kong—disergap tim khusus ketika sedang mencoba kapal baru
pemberian Opanya. Di kapal itu sedang ada Thomas, Opa, Kadek, dan seorang
wartawan muda bernama Maryam. Maryam ini kebetulan sedang mengejar Thomas untuk
diwawancarai. Maryam berada di waktu yang salah dan tempat yang salah. Maryam
ini Julia kedua menurut saya. Dekat dengan Thomas kemudian dicampakkan
haha :D
Ditemukan seratus kilogram barang terlarang di kapal, padahal
tidak ada yang pernah memasukkannya ke kapal tersebut. Habislah Thomas, Opa,
Kadek, dan Maryam dibawa ke gedung kepolisian Hong Kong untuk
diinterogasi. Thomas dijebak, namun ia dapat kabur. Tentu saja. Dia kan
cerdik dan gesit. Tapi tidak lama kemudian, kliennya, JD ditangkap juga oleh
kepolisian karena dugaan kasus korupsi padahal JD tidak perna melakukannya. JD
dijebak. Ada mafia hukum yang tidak menyukai pencalonan JD menjadi presiden. JD
dengan rekayasa dijebak dituduh melakukan korupsi agar tidak bisa mendatangi
Konvensi Partai yang akan merumuskan siapa calon yang diangkat partai tersebut
untuk emnjadi presiden. JD akan menegakkan hukum dengan bersih jika menjadi
presiden. Mafia hukum pernah mengajaknya masuk dalam konspirasi namun JD
menolak, akhirnya mafia hukum menyerang JD dan pendukungnya.
Lagi-lagi Thomas menjadi buronan. Ia
menitipkan Opa dan Kadek di tempat yang aman, kemudian membawa Maryam mengurus
mafia hukum yang berada di partai. Akhirnya dengan kecerdikan Thomas, lima
mafia hukum yang menjadi petinggi partai ditangkap karena kasus korupsi dana
PON yang memang benar-benar dilakukan mereka. Tentu saja Thomas dibantu dengan
Maggie, Kris, dan teman-teman dari klub petarung dalam misi ini. Ohya, dalam
novel ini ada juga wartawan perempuan yang memiliki acara talk show sendiri,
bernama Najwa (oops Najwa yang itu kah?? Haha). Dalam
penyelidikan siapa dalang dari mafia hukum ini, ternyata ditemukan sebuah nama.
Shinpei, teman Papanya dan Om Liem yang dua puluh tahun lalu tidak menyukai
bisnis Arisan-Berantai. Shinpei-lah yang menjadi dalang semua konspirasi besar
yang melibatkan pejabat negara, anggota DPR, anggota kepolisian, dan pada
‘bedebah’ lain. Thomas menghadapi serigala lebih buas dengan kekuasaan lebih
besar sekarang dibanding yang ia hadapi setahun yang lalu ketika menyelamatkan
Bank Semesta. Shinpei dan mafia hukum di bawahnya ini mengingatkan saya sama
voldemort dan Pelahap Maut hahaha :D
Di akhir cerita, Thomas menyerahkan
diri kepada Shinpei di Hong Kong untuk menyelamatkan Om Liem yang menjadi
sandra mereka. Lalu, bagaimana nasib Thomas dan Om Liem? Silakan baca sendiri
bukunya hahaha. Dijamin seru :D
Membaca novel ini seperti nonton film
action. Tembak-tembakan, alur cerita yang cepat dan padat, juga
karakter-karakter tokoh-tokohnya. Novel ini seperti nyata. Konspirasi,
rekayasa, pencitraan, semuanya seperti ada di sekeliling kita. Bahkan Bank
Semesta, Ibu Menteri, Putra Mahkota, partai Lembayung, semuanya mengingatkan
pada yang itu. Hahaha :D Tapi di halam depan sebelum cerita dimulai
ada tulisan “Cerita ini adalah fiktif, Apabila ada kesamaan tokoh, empat,
dan alur cerita, itu hanyalah kebetulan belaka”. Gak main-main, kalimat itu
ditulis pada satu lembar khusus. Mungkin bagi orang yang tidak menyukai alur
cerita yang cepat, cerita rekayasa-rekayasa, konspirasi, dsb tidak akan mudah
menyukai novel ini.
Tantangan, kejutan, dibumbui humor, strategi, rekayasa, dan
bonus ilmu penting seperti ilmu ekonomi, komunikasi, psikologi, keuangan,
hukum, sampai ilmu tentang racun semuanya disediakan di novel ini. Semua
ceritanya seperti dekat, ada di sekitar kita. Membuat kita berfikir, tertawa,
penasaran. Inilah yang membuat saya menyukai dwilogi novel ini.
Satu pesan pokok yang tersirat dari novel ini yang saya tangkap
adalah, “Orang-orang yang mempunyai kuasa, orang-orang yang mempunyai
harta, orang-orang yang mempunyai pengaruh, orang-orang yang cerdik dan
orang-orang yang mempunyai banyak jaringan akan mudah melakukan rekayasa
sosial. Nah, baik-buruknya rekayasa tersebut tergantung dari si pelakunya.
Kalau kita jeli dan tenang, kita tidak bisa dikelabui.”
0 komentar:
Posting Komentar