
AKU PERINDU MALAM
Karya : Muh.Harjum Nurdin
aku perindu malam
menggulung begitu banyak kenangan
yang terhampar di keheningan malam
bergambar raut wajahmu di angan
menggulung begitu banyak kenangan
yang terhampar di keheningan malam
bergambar raut wajahmu di angan
saat sepi mendekapku
begitu erat
menyelimuti hati teramat hening
menguliti tubuhku hingga menggigil
menyisa gemetar dalam debar
hingga nafas panjang nyaris hilang
menyelimuti hati teramat hening
menguliti tubuhku hingga menggigil
menyisa gemetar dalam debar
hingga nafas panjang nyaris hilang
aku perindu malam
juga desah rintih kepiluan
kesepian yang tak tersampaikan
pada bait-bait kerinduan
juga desah rintih kepiluan
kesepian yang tak tersampaikan
pada bait-bait kerinduan
saat tenggelam dalam debur mimpi
sayap-sayap kerinduan mulai menghantui
hingga kaku sekujur tubuhku
saat menjulang tinggi ke awan
aku perindu malam
sepenggal janji yang tenggelam di angan
saat hembusan angin berputar haluan
lepas, jauh tak terlihat
melesak menembus awan
aku perindu malam
dalam bait kerinduan
memupus bayang
seraut kesepian
(4 Mei 2014)
sayap-sayap kerinduan mulai menghantui
hingga kaku sekujur tubuhku
saat menjulang tinggi ke awan
aku perindu malam
sepenggal janji yang tenggelam di angan
saat hembusan angin berputar haluan
lepas, jauh tak terlihat
melesak menembus awan
aku perindu malam
dalam bait kerinduan
memupus bayang
seraut kesepian
(4 Mei 2014)
AKU DAN RAHASIA
Karya: Muh.Harjum
Nurdin
tentang sebuah debar
tak biasa
dalam geliat malam purnama
tiupan ruh dari surga
kusebut rahasia
semilir kasih dalam bait doa
raut wajahmu sekilau kejora
aku dan rahasia
dalam merdu relung jiwa
menikmati rindu yang nyaris terlupa
sebuah rahasia
antara aku dan Dia
dalam bait-bait hening
saat malam perlahan hilang
(Gowa, 28 April 2014)
dalam geliat malam purnama
tiupan ruh dari surga
kusebut rahasia
semilir kasih dalam bait doa
raut wajahmu sekilau kejora
aku dan rahasia
dalam merdu relung jiwa
menikmati rindu yang nyaris terlupa
sebuah rahasia
antara aku dan Dia
dalam bait-bait hening
saat malam perlahan hilang
(Gowa, 28 April 2014)
TENTANG KEMATIAN
Karya : Muh. Harjum Nurdin
Duka menaburi duka
Luka menangisi luka
Luka menangisi luka
riuh riuh doa memanjat
riuh riuh celoteh burung burung kematian
riuh riuh isak tangis,
riuh riuh jejak jejak meninggalkan tapak
dalam kumandang ayat
Malaikat membuka amanat kiamat
disebuah lembah keramat tak beralamat
bangkai raga atau mayat mayat berserak
disebuah lembah keramat tak beralamat
bangkai raga atau mayat mayat berserak
Bau semerbab darah padat menyengat
luka luka membusuk
teriakan riuh berderau
kalimat taubat mendengung kuat
luka luka membusuk
teriakan riuh berderau
kalimat taubat mendengung kuat
Menggumam di lembah keramat
(Panciro, 29 Agustus 2014)
KAMPUSKU SAYANG, KAMPUSKU MALANG
Karya :Muh. Harjum Nurdin
Tak terbayang suara gemuruh itu terdengar
di telingaku
Suara letusan bom
Teriak suara ketakutan
Menggelegar dalam gema satu suara
Lari!
Bentrok!
Perang!
Ambil motormu!
Selamatkan dirimu!
Oh Parangtambung inikah kampusku?
Inikah tempatku menimba ilmu?
Sungguh malang nasib kami
Adikmu.
(Kampus Parangtambung, 29 Desember
2014)
LORONG SEPI
Karya : Muh.Harjum Nurdin
Tek..tek.. tek.. tek.. tek.. tek… tek
sendiri kaki-kaki menapak sepi
menyusuri alunan sunyi
semilir angin serupa nyanyian pemimpi
menyusuri lorong-lorong sepi
dalam gema satu nada
menyentuh labirin tanpa jeda
hingga nyawa melayang
menyentuh batas tirai tak kasat mata
menembus relung-relung sukma
( 13 Mei 2014)
menyusuri alunan sunyi
semilir angin serupa nyanyian pemimpi
menyusuri lorong-lorong sepi
dalam gema satu nada
menyentuh labirin tanpa jeda
hingga nyawa melayang
menyentuh batas tirai tak kasat mata
menembus relung-relung sukma
( 13 Mei 2014)
SAAT NERAKA DEPAN MATA
Karya :Muh.Harjum Nurdin
Dalam dekapan ilahi
Kubersimpuh di lipatan malam
Dengan bayang-bayang seorang pendosa
Berlumuran darah di neraka
Tubuh menggigil memeluk erat bara api
Sesak napas tak lagi berarti
Walau pedih harus di jalani
Saat neraka di depan mata
Puing-puing kenangan dunia menghantui
Saat memintal resah di malam sunyi
Dengan penyesalan tak lagi berarti.
( 6 januari 2015)
ENAM BELAS JUNI
Karya : Muh. Harjum Nurdin
Lupa pada warna senja yang sebentar
lagi hilang
Suara perempuan memanggilku hingga
suara serak berdahak
Lamat menghilang dalam pekat awan yang
berserak
Setetes air mata panas tumpah menyiram
kidung sukma
Hingga menyisa segaris senyum
perpisahan
Malam, kutanya di mana kekasihku?
Langit hitam pun berbisik, sudah di surga sore tadi jum.
( 16 Juni 2014)
CINTA SEGITIGA
Karya : Muh.Harjum Nurdin
Musnah
Desah
Resah
Rintih kepiluan
Aku sakit!
Dia sakit!
Kamu bahagia di atas penderitaan orang
lain.
( 14 januari 2015)
SANG PENGUASA
Karya : Muh. Harjum Nurdin
Wahai sang penguasa
Hentikanlah kemunafikanmu
Kami terhentak oleh kesadaran
Menuntut dan menyuarakkan keadilan
Rela berkorban demi kebenaran
Jujurlah!
wahai sang penguasa negeri ini
hentikanlah semua yang menistakan
manusia
kembalilah kejalanmu
(Menara Phinisi UNM, 13 September 2014)
BIOGRAFI PENULIS
Nama : Muhammad Harjum Nurdin
Jurusan : Bahasa dan Sastra Indonesia
Prodi
: Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Fakultas Bahasa dan Sastra
Universitas Negeri Makassar
0 komentar:
Posting Komentar