
Psikologi Pendidikan
“Konsep Belajar dan Faktor-Faktor yang memengaruhi Faktor Belajar”
Oleh:
Kelompok III
Muh. Harjum Nurdin
Auliah Wildani Anwar
Andi Muhammad Rizqullah
PRODI PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2018
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas
kehadirat Allah SWT. Yang telah memberikan kenikmatan kepada kita semua,
sehingga penyusun dapat menyelesaikan Makalah Pengantar Pendidikan mengenai “Konsep
Belajar dan Faktor-Faktor yang memengaruhi Faktor Belajar” ini.
Penulisan
makalah ini tidak terlepas dari bantuan dan dorongan berbagai pihak, olehnya
itu, penulis mengucapkan terima kasih
terutama kepada dosen pengampu mata kuliah Psikologi Pendidikan
Bapak Dr. Miswati M.Si. dan juga ucapan
terima kasih yang tulus kepada teman-teman yang telah memotivasi dan memberikan
semangat kepada penulis dalam menyelesaikan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang
mendasar pada makalah ini. Olehnya itu, penulis mengharapkan saran serta kritik
konstruktif dari pembaca untuk penyempurnaan makalah selanjutnya.
Akhir kata semoga makalah
ini dapat memberikan manfaat bagi kita sekalian.
Makassar,
5 September
2018
Kelompok III
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................................
1.
Latar
Belakang....................................................................................................
2.
Rumusan Masalah……………………………………………………………….
3.
Tujuan Penulisan………….................................................................................
BAB II
PEMBAHASAN……......................................................................................................
1.
Pengertian Konsep Belajar..................................................................................
2.
Karakteristik
dan Ragam Hasil Belajar………………………………………….
3.
Faktor-faktor Yang Mempengaruhi
Proses dan Hasil Belajar…………………..
4.
Eksperimen Proses Belajar………………………………………………………
BAB III
PENUTUP..........................................................................................................................
1.
Simpulan…..........................................................................................................
2.
Saran.................................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB
1
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Belajar adalah syarat mutlak untuk membuat orang pandai dalam
semua hal, baik dalam hal ilmu pengetahuan maupun dalam hal bidang keterampilan
atau kecakapan Seorang bayi misalnya, dia harus belajar berbagai kecakapan
terutama sekali kecakapan motorik seperti belajar menelungkup, duduk,
merangkak, berdiri atau berjalan.
Dalam kehidupan sehari-hari, kita melakukan banyak kegiatan yang
sebenarnya merupakan “gejala belajar” dalam arti mustahillah melakukan kegiatan
itu kalau kita tidak belajar terlebih dahulu. Misalnya, kita mengenakan pakaian,
menggunakan alat-alat makan, berkomunikasi satu sama lain dalam bahasa
nasional, kita bertindak sopan, kita menghormati atasan, kita mengemudikan
kendaraan bermotor, dan lain sebagainya. Gejala-gejala belajar semacam itu
terlalu banyak untuk disebutkan satu-persatu, karena jumlahnya ribuan, namun
mengisi kehidupan sehari-hari.
Belajar merupakan kegiatan manusia untuk merubah dirinya dari
ketidak tahuan menjadi tahu, dari ke samaran menjadi jelas, dan tentunya dalam
proses pelaksanaan belajar tidak akan terlepas dari pengaruh-pengaruh yang
datang sebagai stimulus yang dapat merangsang cepat atau lambatnya bahkan
berhasil atau tidaknya sebuah proses belajar
Apa yang menjadikan semua kegiatan itu suatu gejala belajar?
Kemampuan untuk melakukan itu semua diperoleh, mengingat mula-mula kemampuan
itu belum ada. Maka, terjadilah proses perubahan dari belum mampu ke arah sudah
mampu, dan proses perubahan itu terjadi selama jangka waktu tertentu. Adanya
perubahan dalam pola perilaku inilah yang menandakan telah terjadinya proses
belajar.
B.
Rumusan Masalah
1.
Apa Pengertian Konsep Belajar?
2.
Bagaimana Karakteristik dan Ragam Hasil Belajar?
3.
Apa Faktor-faktor Yang
Mempengaruhi Proses dan Hasil Belajar?
4.
Bagaimana Eksperimen Proses Belajar?
C.
Tujuan
1.
Untuk mengetahui Pengertian Konsep
Belajar.
2.
Untuk mengetahui Karakteristik dan Ragam Hasil Belajar.
3.
Untuk mengetahui Faktor-faktor Yang
Mempengaruhi Proses dan Hasil Belajar.
4.
Untuk mengetahui Eksperimen Proses
Belajar.
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Konsep Belajar
Belajar
adalah kunci yang paling vital dalam setiap usaha pendidikan, sehingga tanpa
belajar sesungguhnya tak pernah ada pendidikan. Sebagai suatu proses, belajar
hampir selalu mendapat tempat yang luas dalam berbagai disiplin ilmu yang
berkaitan dengan upaya kependidikan, misalnya psikologi pendidikan dan
psikologi belajar. Karena demikian pentingnya arti belajar, maka bagian
terbesar upaya riset dan eksperimen psikologi belajarpun diarahkan pada
tercapainya pemahaman yang lebih luas dan mendalam mengenai proses perubahan
manusia itu.
Pengertian belajar menurut para ahli:
1. Moh. Surya:
“Belajar dapat diartikan sebagai suatu proses yang dilakukan oleh individu
untuk memperoleh perubahan perilaku baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari
pengalaman individu itu sendiri dalam berinteraksi dengan lingkungannya”.
2. Bell-Gredler:“Belajar
adalah proses yang dilakukan oleh manusia untuk mendapatkan aneka ragamcompetencies,
skills, and attitude. Kemampuan (competencies), keterampilan (skills),
dan sikap (attitude) tersebut diperoleh secara bertahap dan
berkelanjutan mulai dari masa bayi sampai masa tua melalui rangkaian proses
belajar sepanjang hayat.
3. Witherington:
“Belajar merupakan perubahan dalam kepribadian yang dimanifestasikan sebagai
pola-pola respons yang baru berbentuk keterampilan, sikap, kebiasaan,
pengetahuan dan kecakapan”.
4. Crow &
Crow: “Belajar adalah diperolehnya kebiasaan-kebiasaan, pengetahuan dan sikap
baru”.
5. Hilgard:
“Belajar adalah proses dimana suatu perilaku muncul perilaku muncul atau
berubah karena adanya respons terhadap sesuatu situasi”
6. Di Vesta dan
Thompson: “Belajar adalah perubahan perilaku yang relatif menetap sebagai hasil
dari pengalaman”.
7. Gage & Berliner:
“Belajar adalah suatu proses perubahan perilaku yang yang muncul karena
pengalaman”
8. James
Owhittaker: “Belajar adalah proses dimana tingkah laku (dalam arti luas
ditimbulkan atau diubah melalui praktek atau latihan).
9. Syai’ful Bahri
Djamarah dalam bukunya “Psikologi Belajar” pengertian belajar adalah serangkai
kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil
pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya.
Belajar
dilakukan dengan sengaja atau tidak sengaja dengan guru atau tanpa guru, dengan
bantuan orang lain, atau tanpa dibantu dengan siapapun. Belajar juga diartikan
sebagai usaha untuk membentuk hubungan antara perangsang atau reaksi. Berbagai definisi (rumusan)
tentang belajar telah dikemukakan oleh para ahli, yang semuanya sepakat bahwa
belajar itu bertujuan untuk mengadakan perubahan. Jelasnya belajar dapat
didefenisikan yaitu: Suatu usaha atau kegiatan yang bertujuan untuk mengadakan
perubahan di dalam diri seseorang, mencakup; perubahan tingkah laku, sikap,
kebiasaan, ilmu pengetahuan, keterampilan dan sebagainya.
Menurut
para pakar psikologi belajar bahwa pengalaman hidup sehari-hari dalam bentuk
apa pun sangat memungkinkan untuk diartikan sebagai belajar. Alasannya, sampai
batas tertentu pengalaman hidup juga berpengaruh besar terhadap pembentukan
kepribadian organisme yang bersangkutan.
Setelah
mengetahui defenisi belajar seperti yang telah disebutkan di atas, maka berikut
ini akan dikemukakan salah satu contoh sebagai bentuk dari proses belajar.
Seorang anak balita (berusia di bawah 5 tahun) memperoleh mobil-mobilan dari
ayahnya. Lalu ia mencoba mainan ini dengan cara memutar kuncinya dan
meletakkannya pada suatu permukaan atau dataran.
Perilaku
“memutar” dan “meletakkan” tersebut merupakan respons atau reaksi atas
rangsangan yang timbul/ada pada mainan itu (misalnya, kunci dan roda
mobil-mobilan tersebut).Pada permulaan, respons anak terhadap stimulus yang ada
pada mainan tadi biasanya tidak tepat atau setidak-tidaknya tidak teratur.
Namun, berkat latihan dan pengalaman berulang-ulang, lambat laun ia menguasai
dan akhirnya dapat memainkan mobil-mobilan dengan baik dan sempurna.
1. Teori
Belajar
Teori
belajar sangat banyak dan beraneka ragam. Setiap teori menjelaskan aspek-aspek
tertentu dalam belajar, dan setiap teori yang dijadikan dasar akan mewarnai
proses pembelajaran yang berlangsung. Dalam praktek, suatu teori belajar tidak
dapat diterapkan untuk berbagai situasi pembelajaran. Penerapan suatu teori
mungkin cocok untuk suatu situasi tertentu dan tidak untuk situasi yang lain.
Setiap teori belajar dirumuskan berdasarkan kajian tentang
perilaku individu dalam proses belajar. Kajian itu pada intinya menyangkut dua
hal:
1) Konsep yang
menganggap bahwa otak manusia terdiri atas sejumlah kemampuan potensial
(daya-daya), seperti menalar, mengingat, mengkhayal, yang dapat dikembangkan
dengan latihan.
2) Konsep yang
menganggap bahwa manusia merupakan suatu sistem energi yakni suatu sistem
tenaga yang dinamis yang berupaya memelihara keseimbangan dalam merespon sistem
energi lain sehingga ia dapat berinteraksi melalui organ rasa. Sistem energi
ini meliputi respon terhadap stimulus, motivasi, dan proses penalaran.
Berdasarkan
kajian terhadap kedua macam konsep itulah, teori-teori belajar dibangun yang
secara garis besar dapat dikelompokkan ke dalam dua macam aliran, yaitu:
1) Disiplin mental atau psikologi daya, yang
memandang bahwa otak manusia terdiri atas sejumlah daya yang beraneka ragam.
Belajar pada prinsipnya adalah melatih daya-daya mental tersebut.
2) Behaviorisme atau
psikologi tingkah laku, yang menganggap bahwa tingkah laku manusia merupakan
kumpulan respon terhadap rangsangan.
Respon ini meliputi dua macam, sehingga menghasilkan dua macam
aliran:
1) Koneksionis atau
asosianisme yang menganggap bahwa tingkah laku itu merupakan respon terhadap
stimulus tertentu. Penganut aliran atau teori ini menganggap bahwa suatu
stimulus (S) mempunyai ikatan dengan response ( R ) tertentu.
2) Kognitif
atau Gestalt yang menganggap bahwa proses kognitif yaitu insight (pemahaman/wawasan)
merupakan fundamental (asasi) dari respon manusia. Dengan demikian perilaku
manusia itu ditandai oleh kemampuan melihat dan membuat hubungan antar
unsur-unsur dalam situasi problematic, sehingga diperoleh insight.
Teori
belajar menurut psikologi daya ini adalah kesulitan untuk menentukan jenis
bahan pelajaran apa yang terbaik untuk melatih, membentuk, atau mengembangkan
otak. Proses belajar yang paling menonojol dalam penerapan teori daya adalah
dengan melalui praktek dan latihan (diantaranya memecahkan soal, menghapal, dan
mengarang).
Motivasi
belajar siswa di pandang tidak begitu penting untuk diperhatikan, demikian pula
faktor perbedaan individual dianggap tidak relevan untuk penerapan teori
ini. Persoalan transfer (pengalihan) dalam belajar dipandang sebagai sesuatu
yang bersifat otomatis. Artinya, bila daya mental tertentu sudah terbentuk maka
kemampuan ini dapat di transfer pada situasi lain.
2. Perbuatan Yang
Dapat disebut Belajar Atau Tidak
Ciri-ciri belajar adalah:
1. Belajar
harus memungkinkan terjadinya perubahan perilaku pada diri individu. Perubahan
tersebut tidak hanya pada aspek pengetahuan atau kognitif saja tetapi juga
meliputi aspek sikap dan nilai (afektif) serta keterampilan (psikomotor);
2. Perubahan itu
merupakan buah dari pengalaman. Perubahan perilaku yang terjadi pada individu
karena adanya interaksi antara dirinya dengan lingkungan. interaksi ini dapat
berupa interaksi fisik dan psikis;
3. Perubahan
perilaku akibat belajar akan bersifat cukup permanen.
Proses belajar dapat diketahui dengan dua pendekatan, yaitu:
1. Mempelajari
belajar langsung di lapangan yang sebenarnya atau biasa disebut dengan
naturalistic observation, yaitu cara pendekatan yang langsung pada peristiwa
yang terjadi secara alami.
2. Pendekatan melalui
laboratorium yaitu mempelajari masalah belajar di laboratorium. Keadaan
laboratorium pada umumnya akan mereduksi keadaan sebenarnya.
B. Karakteristik
dan Ragam Hasil Belajar
1. Karakteristik
Belajar
Setiap
perilaku belajar selalu ditandai oleh ciri-ciri perubahan yang spesifik.
Karakteristik perilaku belajar ini dalam beberapa pustaka rujukan, antara lain
menurut surya (1982), disebut juga sebagai prinsip-prinsip belajar. Diantaranya
ciri-ciri perubahan khas yang menjadi karakteristik perilaku belajar yang
terpenting adalah:
- Perubahan
itu intensional
- Perubahan
itu positif dan aktif
- Perubahan
itu efektif dan fungsional
a. Perubahan
Intensional
Perubahan yang terjadi dalam
proses belajar adalah berkat pengalaman atau praktek yang dilakukan dengan
sengaja dan disadari, atau dengan kata lain bukan kebetulan. Karakteristik ini
mengandung pengertian bahwa siswa-siswi menyadari akan adanya perubahan yang
dialami, atau ia sekurang-kurangnya ia merasakan adanya perubahan pada dirinya
seperti penambahan pengetahuan, kebiasaan, sikap dan pandangan sesuatu,
keterampilan, dan seterusnya. Karena secara fitrah individu yang bersangkutan
tidak menyadari atau tidak menghendaki keberadaanya.
b. Perubahan
Positif Dan Aktif
Perubahan yang terjadi karena
proses belajar bersifat positif dan aktif, positif artinya baik, bermartabat,
serta sesuai dengan harapan. Hal ini juga bermakna bahwa perubahan tersebut
senantiasa merupakan penambahan,yakni diperolehnya sesuatu yang baru (seperti
pemahaman dan keterampilan baru) yang lebih baik dari pada sebelumnya. Adapun
perubahan yang terjadi dengan sendirinya seperti karena proses kematangan
(misalnya, bayi yang bias merangkak setelah bias duduk), karena usaha anak itu
sendiri.
c. Perubahan
Efektif Dan Fungsional
Perubahan
yang timbul karena proses belajar bersifat efektif, yakni berhasil guna. Artinya,
perubahan tersebut membawa makna dan manfaat tertentu bagi siswa dan siswi.
Selain itu, perubahan dalam proses belajar bersifat fungsional dalam arti bahwa
ia relative menetap dan setiap saat apabila dibutuhkan, perubahan tersebut
dapat direproduksi dan dimanfaatkan.
Perubahan
fungsional dapat diharapkan memberi manfaat yang luas misalnya ketika
siswa-siswi menempuh ujian dan menyesuaikan diri dengan lingkungan kehidupan
sehari-hari dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya. Selain itu, perubahan
efektif dan fungsional biasanya bersifat dinamis dan mendorong timbulnya
perubahan positif lainnya. Sebagai contoh, jika seorang
siswa/siswi belajar menulis, maka di samping ia akan mampu merangkaikan kata
dan kalimat dalam bentuk tulisan, ia juga akan memperoleh kecakapan lainnya
seperti membuat catatan,mengarang surat, dan bahkan menyusun karya sastra atau
karya ilmiah.
Hasil
belajar dipengaruhi beberapa faktor, antara lain karakteristik belajar dan
motivasi belajar. Karakteristik belajar yaitu kebiasaan belajar yang baik dan
motivasi belajar yaitu keseluruhan kekuatan dan daya penggerak/pendorong agar
tujuan belajar tercapai optimal.
2. Ragam
Belajar
Dalam
proses belajar dikenal adanya bermacam-macam kegiatan yang memiliki corak yang
berbeda antara satu dan lainnya, baik dalam aspek materi dan metodenya, maupun
dalam aspek tujuan dan tingkah laku yang diharapkan. Keanekaragaman jenis
belajar ini muncul dalam dunia pendidikan sejalan dengan kebutuhan kehidupan
manusia yang juga beraneka macam. Berikut adalah beberapa ragam belajar:
a. Ragam
Abstrak
Belajar
abstrak adalah belajar yang menggunakan cara berfikir abstrak. Tujuannya adalah
untuk memperoleh dan memecahkan masalah-masalah yang tidak nyata. Dalam
mempelajari hal-hal yang abstrak diperlukan peranan akal yang kuat. Disamping
penguasaan atas prinsip, konsep, dan generalisasi. Termasuk dalam jenis ini
misalnya belajar matematika, kimia, kosmografi, astronomi dan juga sebagian
materi bidang studi agama seperti tauhid.
b. Ragam
Sosial
Belajar
sosial pada umumnya adalah belajar memahami masalah-masalah dan teknik-teknik
untuk memecahkan masalah tersebut. Tujuannya adalah untuk menguasai pemahaman
dan kecakapan dalam memecahkan masalah-masalah sosial seperti masalah
keluarga, persahabatan, kelompok dan masalah lainnya yang bersifat
kemasyarakatan. Selain itu, belajar sosial juga bertujuan untuk
mengatur dorongan nafsu pribadi demi kepentingan bersama dan member peluang
kepada orang lain untuk memenuhi kebutuhannya secara berimbang dan
proporsional.
c. Ragam
Pemecahan Masalah
Belajar
pemecahan masalah yaitu belajar dengan menggunakan metode-metode ilmiah atau
berfikir secara sistematis, logis, teratur dan teliti. Tujuannya adalah untuk
memperoleh kemampuan dan kecakapan kognitif untuk memecahkan masalah secara
rasional, lugas dan tuntas.
d. Belajar
Rasional
Belajar
rasional adalah belajar dengan menggunakan kemampuan berfikir secara logis dan
rasional. Tujuannya adalah untuk memperoleh aneka ragam kecakapan menggunakan
prinsip-prinsip dan konsep-konsep. Jenis belajar ini erat kaitannya dengan
belajar pemecahan masalah.
e. Ragam
Keterampilan
Belajar
keterampilan adalah belajar dengan menggunakan gerakan-gerakan motorik yakni
yang berhubungan dengan urat-urat syaraf dan otot-otot (neuromuscular)
tujuannya adalah untuk memperoleh dan menguasai keterampilan jasmaniah
tertentu, dalam belajar jenis ini latihan secara intensif dan teratur amat
diperlukan, termasuk dalam belajar ini misalnya belajar olahraga, music,
menari, melukis, memperbaiki benda-benda elektronik dan juga sebagian bidang
study agama seperti ibadah shalat dan ngaji.
f. Ragam
Kebiasaan
Ragam
belajar kebiasaan adalah proses pembentukan kebiasaan-kebiasaan baru atau perbaikan kebiasaan-kebiasaan yang telah ada, belajar kebiasaan
selain menggunakan perintah, suri tauladan dan pengalaman khusus juga
penggunaan ganjaran dan hukuman (reward&punishment), tujuannya agar
siswa memperoleh sikap-sikap dan kebiasaan-kebiasaan perbuatan baru yang lebih
tepat dan positif dalam arti selaras dengan kebutuhan ruang dan waktu
(kontekstual).
Selain
itu arti tepat dan positif diatas adalah selaras dengan norma dan tata nilai
yang berlaku, baik yang bersifatreligious maupun yang
bersifat cultural dan tradisional, belajar kebiasaan lebih
tepat dilaksanakan dalam konteks pendidikan keluarga sebagaimana yang dimaksut
oleh undang-undang sistem pendidikan nasional tahun 2003 bab VI bagian keenam
pasal 27 ayat (1) namun demikian, tentu tidak tertutup kemungkinan penggunaan
pelajaran agama sebagai sarana belajar kebiasaan bagi para siswa.
Ragam belajar adalah merupakan keragaman dari metode cara seorang
belajar(bias disebut gaya belajar). Setiap orang memiliki metode belajar yang
berbeda. Metode belajar bisa dibagi 3:
1. Visual
Seseorang
dengan gaya belajar visual cenderung memahami sesuatu (seperti pelajaran)
dengan melihatnya secara langsung.Gaya belajar tipe visual adalah gaya belajar
yang dominan dengan visual. Berikut beberapa ciri dari belajar tipe visual:
- Berbicara
dengan cepat
- Sering
menjawab pertanyaan dengan jawaban yang singkat
- Senang
terhadap seni dari pada music
- Suka
mengantuk ketika mendengarkan penjelasan yang panjang lebar
2. Auditorial
Seseorang
tersebut lebih mudah untuk memahami sesuatu dengan mendengarnya.Gaya belajar
auditorial adalah gaya belajar yang dominan dengan auditorial atau pendengaran.
Berikut beberapa ciri dari belajar tipe auditorial:
- Berbicara
dengan diri sendiri (jawa:gremengan) saat bekerja atau belajar
- Lebih
senang music dari pada seni yang melibatkan visual
- Senang
berdiskusi
- Berbicara
dan menjelaskan sesuatu dengan panjang lebar
3. Kinestetik
Seseorang
tersebut lebih mudah memahami sesuatu dengan bergerak (dengan praktek
langsung).Gaya belajar tipe kinestetik adalah gaya belajar yang dominan dengan
praktek atau eksperimen atau yang dapat diuji coba sendiri. Berikut beberapa
ciri dari belajar tipe kinestetik:
- Berbicara
dengan perlahan dan cermat
- Berorientasi
pada fisik dan banyak gerak
- Menghafal
sambil belajar dan melihat
- Banyak
menggunakan bahasa tubuh
Dengan mengetahui karakteristik belajar siswa ini guru akan dapat
memberikan bekal kepada siswanya untuk dapat menghadapi perubahan cara atau
pola belajar di tiap jenjang pendidikan.
C. Faktor-faktor
Yang Mempengaruhi Proses dan Hasil Belajar
M. Surya (1979:39-40) mengemukakan pandangannya dalam menyikapi
faktor-faktor yang mempengaruhi belajar, antara lain terdiri dari faktor
internal dan eksternal.
Faktor
internal terdiri dari faktor fisiologis atau jasmani individu, baik yang
bersifat bawaan/hereditas maupun yang diperoleh, misalnya penglihatan,
pendengaran, struktur badan dan sebagainya. Faktor internal lain yaitu faktor
psikologis, baik yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh, yang terdiri dari
faktor intelektif (faktor potensial, yaitu intelegensi dan bakat serta faktor
actual yaitu kecakapan yang nyata, seperti prestasi). Faktor psikologis lain
yaitu faktor non intelektif yaitu komponen kepribadian tertentu seperti sikap,
minat, kebiasaan, kebutuhan, motivasi, konsep diri, penyesuaian diri, emosional
dan sebagainya.
Sedangkan
faktor eksternal meliputi sosial, lingkungan keluarga, sekolah, teman,
masyarakat, budaya, adat istiadat, ilmu pengetahuan dan teknologi, faktor
lingkungan fisik contohnya fasilitas belajar di rumah, di sekolah, iklim dan
faktor spiritual serta lingkungan keluarga. Faktor yang berasal dari dalam
individu (internal), baik yang bersifat intelektual maupun non intelektual,
mempunyai peranan penting dalam belajar. Karena belajar merupakan proses aktif,
dimana individu tidak hanya menerima, tetapi dituntut pula untuk berolah fikir,
rasa untuk memperoleh, memahami dan menguasai materi yang dipelajarinya.
Secara
global, menurut Muhibbin Syah (2001: 132-139) faktor-faktor yang mempengaruhi
belajar dapat kita bedakan menjadi tiga macam, yaitu:
- Faktor
internal (faktor dari dalam diri siswa), yakni keadaan jasmani dan rohani
siswa. Yaitu: aspek fisiologis (jasmani, mata dan telinga) dan aspek psikologis
(intelegensi siswa, sikap siswa, bakat siswa, minat siswa dan motivasi siswa).
- Faktor
eksternal (faktor dari luar siswa), yakni kondisi lingkungan di sekitar siswa.
Yaitu: lingkungan sosial (keluarga, guru, masyarakat, teman) dan lingkungan
non-sosial (rumah, sekolah, peralatan, alam).
- Faktor pendekatan
belajar, yakni jenis upaya siswa yang meliputi strategi dan metode yang
digunakan siswa untuk melakukan kegiatan pembelajaran materi-materi pelajaran,
yang terdiri dari pendekatan tinggi, pendekatan sedang dan pendekatan rendah.
Contoh faktor Internal: Faktor yang berasal dari diri anak.
- Faktor fisiologi yaitu
faktor yang meliputi jasmani anak. Apakah anak sehat, tidak sehat (sakit)?
- Faktor psychology yaitu
faktor yang meliputi rohani yang mendorong aktivitas belajar
anak. Hal ini berpengaruh pada :
taraf intelegensi, motivasi belajar, sosial ekonomi, sosial budaya
dan lain-lain.
Contoh faktor Eksternal: Faktor yang berasal dari luar diri anak.
- Faktor
non sosial yang meliputi keadaan udara; waktu (pagi; siang dan sore), tempat
dan alat-alat yang dipakai dalam pembelajaran.
- Faktor
sosial yang meliputi pendidik, metode pengajaran.
- Lingkungan sosial
sekolah seperti guru, staf, dan teman-teman sekelasnya yang dapat mempengaruhi
semangat belajar seorang siswa.
- Lingkungan
masyarakat, tetangga, juga teman-teman bermain yang disekitar perkampungan
siswa tersebut juga mempengaruhi belajar siswa. Yang paling berpengaruh dalam
belajar siswa adalah lingkungan keluarga.
-
Faktor-faktor yang termasuk lingkungan nonsosial adalah gedung
sekolah dan letaknya, rumah tempat tinggal keluarga siswa dan letaknya,
alat-alat belajar, keadaan cuaca dan waktu belajar yang digunakan siswa.
Contoh lain:
1. Faktor Lingkungan
Dalam
lingkunganlah anak didik hidup dan berinteraksi dalam mata rantai kehidupan
yang di sebut Ekosistem. Dua lingkungan yang pengaruh cukup signifikan terhadap
belajar anak didik di sekolah:
- Lingkungan
Alami, Pencemaran lingkungan hidup merupakan mala petaka bagi anak didik yang
hidup di dalamnya.
- Lingkungan
Sosial Budaya, Lingkungan sosial budaya di luar sekolah ternyata sisi kehidupan
yang mendatangkan problem sendiri bagi kehidupan anak didik di sekolah.
Pembangunan gedung sekolah yang tak jauh dari hiruk pikuk lalu lintas
menimbulkan kegaduhan suasana kelas.
2. Faktor Instrumental
Setiap
sekolah mempunyai tujuan yang akan dicapai. Tujuan tentu saja pada tingkat
kelembagaan,agar dapat mencapai ke arah itu diperlukan seperangkat kelengkapan
dalam berbagai bentuk dan jenisnya. Sarana dan fasilitas yang tersedia harus
dimanfaatkan sebaik-baik agar berdaya guna dan berhasil untuk kemajuan belajar
anak didik di sekolah:
- Kurikulum
- Program
- Sarana
dan fasilitas
- Guru
- Kondisi
Psikologis pendidik dan peserta didik
3. Kondisi Fisikologis (Keadaan Jasmani)
Kondisi
fisikologis pada umumnya sangat berpengaruh terhadap kemampuan belajar
seseorang. Orang yang dalam keadaan segar jasmaninya, akan berlainan belajarnya
dari orang yang dalam keadaan kelelahan.
4. Kondisi psikologis (Keadaan Mental)
Semua
keadaan dan fungsi psikologis tentu saja mempengaruhi belajar seseorang.
Berarti belajar bukanlah berdiri sendiri, terlepas dari faktor lain seperti
faktor luar dan faktor dari dalam. Faktor psikologis sebagai faktor dari dalam
tentu saja merupakan hal yang utama dalam menentukan intensitas belajar seorang
anak.Minat, kecerdasan, bakat, motivasi, dan kemampuan-kemampuan kognitif
adalah faktor-faktor psikologis yang utama mempengaruhi proses dan hasil
belajar peserta didik.
- Minat,
Menurut Slameto (1991 : 182), minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa
ketertarikan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh minat pada
dasarnya adalah penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri dengan suatu
di luar diri. Semakin kuat atau dekat hubungan tersebut semakin besar minat.
- Kecerdasan,
Raden cahaya Prabu (1986) pernah mengatakan dalam mottonya bahwa :”Didiklah
anak sesuai taraf umurnya, Pendidikan yang berhasil karena menyelami jiwa anak
didiknya”. Yang menarik dari ungkapan ini adalah tentang umur dan menyelami
jiwa peserta didik.
- Bakat, Bakat
merupakan faktor yang besar pengaruhnya terhadap proses dan hasil belajar
seseorang. Hampir tidak ada yang membantah, bahwa belajar pada bidang yang
sesuai dengan bakat memperbesar kemungkinan berhasilnya usaha itu.
-
Motivasi, Menurut Noehi Nasution (1993 : 8 ) motivasi adalah
kondisi psikologis yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Jadi
motivasi untuk belajar adalah kondisi psikologis yang mendorong seorang untuk
belajar. Penemuan – penemuan penelitian menunjukan bahwa hasil belajar pada
umumnya meningkat jika motivasi untuk belajar bertambah.
-
Kemampuan Kognitif, Dimana orang menyadari bahwa pengetahuannya
berasal dari masa lampau atau atau berdasarkan kesempatan yang diperoleh di
masa lampau.
HASIL BELAJAR
Hasil belajar menurut Sudjana (1990:22) adalah kemampuan yang
dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Dari pengertian
di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah suatu kemampuan atau
keterampilan yang dimiliki oleh siswa setelah siswa tersebut mengalami
aktivitas belajar.
Gagne mengungkapkan
ada lima kategori hasil belajar, yakni : informasi verbal, kecakapan
intelektul, strategi kognitif, sikap dan keterampilan.
Sementara Bloom mengungkapkan tiga tujuan pengajaran yang merupakan
kemampuan seseorang yang harus dicapai dan merupakan hasil belajar yaitu:
kognitif, afektif dan psikomotorik (Sudjana, 1990:22).
Hasil belajar yang dicapai siswa dipengaruhi oleh dua faktor utama
yaitu:
- Faktor
dari dalam diri siswa, meliputi kemampuan yang dimilikinya, motivasi belajar,
minat dan perhatian, sikap dan kebiasaan belajar, ketekunan, sosial ekonomi,
faktor fisik dan psikis.
- Faktor
yang datang dari luar diri siswa atau faktor lingkungan, terutama kualitas
pengajaran.
Hasil belajar yang dicapai siswa menurut Sudjana (1990:56),
melalui proses belajar mengajar yang optimal ditunjukkan dengan ciri-ciri
sebagai berikut:
- Kepuasan
dan kebanggaan yang dapat menumbuhkan motivasi belajar intrinsik pada diri
siswa. Siswa tidak mengeluh dengan prestasi yang rendah dan ia akan berjuang
lebih keras untuk memperbaikinya atau setidaknya mempertahankan apa yang telah
dicapai.
- Menambah
keyakinan dan kemampuan dirinya, artinya ia tahu kemampuan dirinya dan percaya
bahwa ia mempunyai potensi yang tidak kalah dari orang lain apabila ia berusaha
sebagaimana mestinya.
- Hasil
belajar yang dicapai bermakna bagi dirinya, seperti akan tahan lama diingat,
membentuk perilaku, bermanfaat untuk mempelajari aspek lain, kemauan dan
kemampuan untuk belajar sendiri dan mengembangkan kreativitasnya.
- Hasil
belajar yang diperoleh siswa secara menyeluruh (komprehensif), yakni mencakup
ranah kognitif, pengetahuan atau wawasan, ranah afektif (sikap) dan ranah
psikomotorik, keterampilan atau perilaku.
- Kemampuan
siswa untuk mengontrol atau menilai dan mengendalikan diri terutama dalam
menilai hasil yang dicapainya maupun menilai dan mengendalikan proses dan usaha
belajarnya.
D. Eksperimen
Proses Belajar
Metode
eksperimen (percobaan) adalah cara penyajian pembelajaran di mana siswa
melakukan percobaan dengan mengalami dan membuktikan sendiri sesuatu yang
dipelajari. Dalam proses belajar mengajar dengan metode percobaan ini siswa
diberi kesempatan untuk mengalami sendiri atau melakukan sendiri, mengikuti
suatu proses, mengamati suatu objek, menganalisis, membuktikan dan menarik
kesimpulan sendiri mengenai suatu objek, keadaan, atau proses sesuatu. Dengan
demikian, siswa dituntut untuk mengalami sendiri, mencari kebenaran, atau
mencoba mencari suatu hukum atau dalil, dan menarik kesimpulan atas proses yang
dialaminya itu.
Metode
eksperimen merupakan metode yang umum digunakan pada ilmu eksak seperti
biologi, fisika atau ilmu-ilmu alam lainnya. Namun, yang perlu diingat, dalam
metode penelitian ilmu sosial dikenal juga metode eksperimen untuk menjelaskan
sebuah fenomena.Metode eksperimen dilakukan dengan memberikan treatment
(perlakuan) yang berbeda pada setiap grup sampel. Dengan adanya treatment yang
berbeda, maka reaksi yang terjadi akan berbeda. Jadi inti dari metode
eksperimen adalah “what if”= apa yang terjadi apabila dilakukan
perubahan pada setiap grup sampe.
Dengan menggunakan metode eksperimen murid diharapkan:
a. Ikut aktif
mengambil bagian dalam kegiatan-kegiatan belajar untuk dirinya.
b. Murid
belajar menguji hipotesis dan tidak tergesa-gesa mengambil kesimpulan, ia
berlatih berpikir ilmiah dan
c. Mengenal berbagai
alat untuk melakukan eksperimen dan memiliki keterampilan menggunakan alat-alat
tersebut.
Agar pelaksanaan eksperimen dapat berjalan lancar maka:
a. Guru
hendaknya merumuskan tujuan eksperimen yang akan dilaksanakan murid
b. Guru bersama
murid mempersiapkan perlengkapan yang dipergunakan
c. Perlu
memperhitungkan tempat dan waktu
d. Guru
menyediakan kertas kerja untuk pengarahan kegiatan murid
e. Guru
membicarakan masalah yang akan yang akan dijadikan eksperimen
f. Membagi
kertas kerja kepada murid
g. Murid
melaksanakan eksperimen dengan bimbingan guru, dan
Metode eksperimen tepat
dipergunakan:
a. Apabila
akan memberikan keterampilan tertentu.
b. Untuk
memudahkan berbagai jenis penjelasan, sebab penggunaan bahasa lebih terbatas.
c. Untuk
menghindari verbalisme.
d. Untuk membantu anak
memahami dengan jelas jalannya suatu proses dengan penuh perhatian, sebab lebih
menarik.
Menggunakan metode eksperimen dalam proses pembelajaran dikatakan
tepat bila:
a. Ingin memberikan
kesempatan kepada siswa agar dapat mengalami sendiri, mengikuti suatu proses,
mengamati suatu objek, menganalisis, membuktikan dan menarik kesimpulan sendiri
tentang suatu objek keadaan atau proses tertentu.
b. Menumbuhkan dan
mengembangkan cara berpikir rasional dan ilmiah siswa dalam proses
pembelajaran.
c. Guru menginginkan agar
siswa mencoba mengerjakan sesuatu, mengamati proses dan hasil percobaan.
Kelebihan metode Eksperimen:
a. Metode ini
dapat membuat anak didik lebih percaya atas kebenaran atau kesimpulan
berdasarkan percobaannya sendiri daripada hanya menerima kata guru atau buku.
b. Anak didik
dapat mengembangkan sikap untuk mengadakan studi eksplorasi (menjelajahi)
tentang ilmu dan teknologi.
c. Dengan
metode ini akan terbina manusia yang dapat membawa terobosan-terobosan baru
dengan penemuan sebagai hasil percobaan yang diharapkan dapat bermanfaat bagi
kesejahteraan hidup manusia.
d. Anak didik
memperoleh pengalaman dan keterampilan dalam melakukan eksperimen
e. Siswa terlibat
aktif mengumpulkan fakta dan informasi yang diperlukan untuk percobaan.
f. Dapat
menggunakan dan melaksanakan prosedur metode ilmiah dan berfikir ilmiah.
g. Dapat memperkaya
pengalaman dan berpikir siswa dengan hal-hal yang bersifat objektif, realitas
dan menghilangkan verbalisme.
h. Melalui
eksperimen siswa dapat menghayati sepenuh hati dan mendalam, mengenai pelajaran
yang diberikan.
i. Siswa
dapat aktif mengambil bagian untuk berbuat bagi dirinya, dan tidak hanya
melihat orang lain, tanpa dirinya melakukan.
j. Siswa
dapat aktif mengambil bagian yang besar, untuk melaksanakan langkah-langkah
dalam cara berpikir ilmiah. Jalan ini dilakukan melalui pengumpulan data-data
observasi, memberikan penafsiran serta kesimpulan.
Kekurangan metode Eksperimen:
a. Tidak cukupnya
alat-alat mengakibatkan tidak setiap anak didik berkesempatan mengadakan
ekperimen.
b. Jika eksperimen
memerlukan jangka waktu yang lama, anak didik harus menanti untuk melanjutkan
pelajaran.
c. Kesalahan
dan kegagalan siswa yang tidak terdeteksi oleh guru dalam bereksperimen
berakibat siswa keliru dalam mengambil kesimpulan.
d. Sering mengalami
kesulitan dalam melaksanakan eksperimen karena guru dan siswa kurang
berpengalaman melakukan eksperimen.
e. Kesalahan dan
kegagalan siswa yang tidak terdeteksi oleh guru dalam bereksperimen berakibat
siswa keliru dalam mengambil keputusan.
f. Memerlukan
keterampilan/kemahiran dari pihak guru dalam menggunakan serta membuat
alat-alat eksperimen
g. Bagi guru yang telah
terbiasa dengan metode ceramah secara rutin misalnya. Cenderung memandang
metode eksperimen sebagai suatu pemborosan dan memberatkan.
Agar penggunaan metode eksperimen itu efisien dan efektif, maka
perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut:
a. Dalam
eksperimen setiap siswa harus mengadakan percobaan, maka jumlah alat dan bahan
atau materi percobaan harus cukup bagi tiap siswa.
b. Agar eksperimen
itu tidak gagal dan siswa menemukan bukti yang meyakinkan, atau mungkin
hasilnya tidak membahayakan, maka kondisi alat dan mutu bahan percobaan yang
digunakan harus baik dan bersih.
c. Dalam
eksperimen siswa perlu teliti dan konsentrasi dalam mengamati proses percobaan,
maka perlu adanya waktu yang cukup lama, sehingga mereka menemukan pembuktian
kebenaran dari teori yang dipelajari itu.
d. Siswa dalam
eksperimen adalah sedang belajar dan berlatih , maka perlu diberi petunjuk yang
jelas, sebab mereka disamping memperoleh pengetahuan, pengalaman serta
ketrampilan, juga kematangan jiwa dan sikap perlu diperhitungkan oleh guru
dalam memilih obyek eksperimen itu.
e. Tidak semua
masalah bisa dieksperimenkan, seperti masalah mengenai kejiwaan, beberapa segi
kehidupan sosial dan keyakinan manusia. Kemungkinan lain karena sangat
terbatasnya suatu alat, sehingga masalah itu tidak bisa diadakan percobaan
karena alatnya belum ada.
Prosedur eksperimen adalah:
a. Perlu
dijelaskan kepada siswa tentang tujuan eksprimen, mereka harus memahami masalah
yang akan dibuktikan melalui eksprimen.
b. Memberi
penjelasan kepada siswa tentang alat-alat serta bahan-bahan yang akan
dipergunakan dalam eksperimen, hal-hal yang harus dikontrol dengan ketat,
urutan eksperimen, hal-hal yang perlu dicatat.
c. Selama
eksperimen berlangsung guru harus mengawasi pekerjaan siswa. Bila perlu memberi
saran atau pertanyaan yang menunjang kesempurnaan jalannya eksperimen.
d. Setelah
eksperimen selesai guru harus mengumpulkan hasil penelitian siswa,
mendiskusikan di kelas, dan mengevaluasi dengan tes atau tanya jawab.
Pembelajaran dengan metode eksperimen meliputi tahap-tahap sebagai
berikut:
a. Percobaan
awal, Pembelajaran diawali dengan melakukan percobaan yang didemonstrasikan
guru atau dengan mengamati fenomena alam. Demonstrasi ini menampilkan
masalah-masalah yang berkaitan dengan materi fisika yang akan dipelajari.
b. Pengamatan,
merupakan kegiatan siswa saat guru melakukan percobaan. Siswa diharapkan untuk
mengamati dan mencatat peristiwa tersebut.
c. Hipoteis
awal, siswa dapat merumuskan hipotesis sementara berdasarkan hasil
pengamatannya.
d. Verifikasi,
kegiatan untuk membuktikan kebenaran dari dugaan awal yang telah dirumuskan dan
dilakukan melalui kerja kelompok. Siswa diharapkan merumuskan hasil percobaan
dan membuat kesimpulan, selanjutnya dapat dilaporkan hasilnya. Aplikasi konsep,
setelah siswa merumuskan dan menemukan konsep, hasilnya diaplikasikan dalam
kehidupannya. Kegiatan ini merupakan pemantapan konsep yang telah dipelajari.
e. Evaluasi,
merupakan kegiatan akhir setelah selesai satu konsep.Penerapan pembelajaran
dengan metode eksperimen akan membantu siswa untuk memahami konsep. Pemahaman
konsep dapat diketahui apabila siswa mampu mengutarakan secara lisan, tulisan,
maupun aplikasi dalam kehidupannya. Dengan kata lain, siswa memiliki kemampuan
untuk menjelaskan, menyebutkan, memberikan contoh, dan menerapkan konsep
terkait dengan pokok bahasan.
Saran-saran pelaksanaanya Metode Eksperimen:
a. Metode eksperimen
hendaknya dilakukan dalam hal-hal yang bersifat praktis dan urgen dalam
masyarakat.
b. Hendaknya metode
eksperimen diarahkan agar murid-murid dapat memperoleh pengertian yang lebih
jelas, pembentukan sikap serta kecakapan praktis.
c. Hendaknya
diusahakan agar semua anak dapat mengikuti eksperimen dengan jelas (pengaturan
ruang dan tempat duduk).
d. Sebagai pendahuluan,
berilah pengertian sejelas-jelasnya landasan teori dari apa yang akan
dieksperimenkan. Perlu menjelaskan tujuan yang akan dicapai melalui eksperimen
kepada siswa.
e. Menjelaskan
prosedur/langkah-langkah yang akan ditempuh dalam eksperimen serta persiapan
alat-alat eksperimen.
f. Membantu siswa
untuk mendapatkan bahan-bahan bacaan serta alat-alat yang akan diperlukan dalam
eksperimen. Setelah eksperimen dilakukan berilah kesempatan kepada siswa untuk
saling tukar pendapat dan saling lengkapi-melengkapi kekurangan yang
dimilikinya.
g. Memberikan
kesimpulan dan catatan seperlunya terhadap eksperimen yang baru saja dilakukan.
h. Diharapkan
siswa dapat memberikan ikhtisar berupa laporan mengenai hasil eksperimen
mereka.
BAB
III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Belajar itu bertujuan untuk mengadakan perubahan. Jelasnya belajar
dapat didefenisikan yaitu: Suatu usaha atau kegiatan yang bertujuan untuk
mengadakan perubahan di dalam diri seseorang, mencakup; perubahan tingkah laku,
sikap, kebiasaan, ilmu pengetahuan, keterampilan dan sebagainya.Menurut para
pakar psikologi belajar bahwa pengalaman hidup sehari-hari dalam bentuk apa pun
sangat memungkinkan untuk diartikan sebagai belajar. Alasannya, sampai batas
tertentu pengalaman hidup juga berpengaruh besar terhadap pembentukan
kepribadian organisme yang bersangkutan.
Karakteristik Belajar
a. Perubahan
itu intensional
b. Perubahan
itu positif dan aktif
c. Perubahan
itu efektif dan fungsional
Ragam Belajar
a. Ragam
Abstrak
b. Ragam
Sosial
c. Ragam
Pemecahan Masalah
d. Belajar
Rasional
e. Ragam
Keterampilan
f. Ragam
Kebiasaan
Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Proses dan Hasil Belajar
a. Faktor
Internal
b. Faktor
Eksternal
DAFTAR PUSTAKA
1. Munadi Yudhi.2008.Media
Pembelajaran.Ciputat: GB Press.
Sumber referensi internet:
2. http://pintubelajarcerdas.blogspot.co.id/2016/09/makalah-psikologi-belajar-tentang.html
3. http://dibukasaja.blogspot.com/2013/04/faktor-faktor-yang-mempengaruhi-proses.html
4. http://seputarkampusorange.blogspot.com/2013/04/faktor-yang-mempengaruhi-belajar.html
5. Internet,
http://mediaindonesia.co.cc/search/label/psikologi+belajar, di akses 24 Juni
2015
0 komentar:
Posting Komentar