“ELLDA”
Oleh:
Lenni Ashari
Ralla, 25 March 2015
Gadis,
apakah gerangan yang telah terjadi padamu hingga tak lagi kudapatkan seberkas
senyum diwajah mungilmu itu?. apakah sebenarnya yang engkau risaukan hingga air
matamu tak pernah kau lepaskan?. Kemarin kau datang dengan bercucuran air mata,
hari ini kau datang masih dengan membawa air mata dan mungkin saja besok kau
datang masih dengan air mata itu.
Gadis,
tidakkah kau tahu bahwa engkaulah yang selalu membangunkanku setiap kali kau
datang membawa air matamu bahkan sebelum sang fajar menyambangi alam. Dari raut
wajahmu dapat kupastikan bahwa semalam kau tak tidur dengan nyenyak sama
seperti malam – malam sebelumnya namun kutau kau takkan pernah mengatakan
kelelahan itu pada siapapun.
Hari
ini kau datang dengan menangis terseduh, entah apa yang membuat hatimu serisau
itu. Gadis, tak sadarkah kau bahwa tangisanmu itu telah membuatku gelisah
mungkin lebih dari yang kau rasakan. Dan ketika matahari mulai muncul sempurna
jeritanmu pun menyertainya. Kau tahu gadis?, bahkan semestapun akan menangis
melihat betapa nelangsanya dirimu.
Lalu
apakah yang engkau cari - cari ditengah hamparan pasir putih yang sejuk nan
damai ini?, Seseorang atau sesuatukah yang engkau cari – cari itu gadisku
sayang?. Antara bosan dan kasihan itulah yang kurasakan tatkala melihatmu
menangis menjerit – jerit memanggil sebuah nama ditengah sunyinya pantai ini.
“
Elldaaaa, pulang lah !” suaramu yang lirih semakin membuatku miris
menyaksikannya, tidakkah kau tahu gadis bahwa wajahmu itu sangat menawan bahkan
akupun jatuh cinta sejak pertama melihatmu ketika kau datang ketempat ini
beberapa hari yang lalu meskipun dengan membawa sejuta air mata.
Gadis,
aku hanya berharap melihat sesimpul senyum dari bibir mungilmu itu, sejenak
saja agar aku bisa menikmati paras indahmu juwita !. kumohon hilangkan air mata
itu dongakkan sedikit kepalamu agar mentari bisa puas menatap kharisma jiwamu
dan angin bisa leluasa memainkan rambut – rambut kepalamu yang hitam legam itu.
Ellda,
ellda, tidak bisakah kau tak menyebut nama itu sekali saja setiap kali kau
datang ke tempat ini?. Ellda, ellda, tunggu sebentar gadis !, kurasa nama itu
tidaklah asing, kurasa memoriku tengah terputar – putar mencari slide dimana
aku pernah mendengar kata itu.
Sekarang
telah kutemukan potongan dari slide itu tergambar jelas di ingatanku beberapa
tahun yang lalu ketika sebuah keluarga kecil datang ke pantai berpasir putih
ini, oh gadis mereka adalah keluarga yang bahagia sekali, ibu dan ayah yang
serasi dan dua anak perempuan yang lucu – lucu. Sungguh tak dapat kugambarkan
kebahagiaan mereka saat itu.
Aku
ingat sekali ketika anak – anak perempuan itu berlari kesana kemari sambil
memainkan pasir – pasir putih yang membanjiri bibir pantai nan asri ini, ketika
sang Ayah dan anak - anaknya mulai usil menarik sang ibu ketengah pantai dan
menakutinya dengan kepiting – kepiting kecil yang mereka tangkap ketika
berjalan di atas pasir putih yang berkilauan tertimpa cahaya matahari.
“Ellda,
Elvi ayo tarik Mama, ayo tarik Mama !” ucap sang Ayah kepada anak- anaknya.
“
Mama berat yah, Kakak ayo tarik Mama! Bantuin Ellda narik Mama Kak !” ucap anak itu merajut kepada kakaknya
meminta agar ibunya ditarik ke tengah pantai.
“
jangan sayang, Mama gak mau basah. Awas ya kalian ! “ teriak sang ibu saat
dikerjai suami dan anak – anaknya.
Oh
gadis, sungguh sulit kugambarkan kebahagiaan mereka kala itu. Tak ada
sedikitpun gurat kesedihan di wajah mereka, andai saja wajahmu bisa seceria itu
gadis mungkin aku akan ikut tersenyum bahagia karenanya namun yang kulihat di
parasmu adalah pantulan cermin dari kehidupan mereka sangat bertolak belakang
gadis.
Namun
yang paling tak bisa kulupakan adalah petaka hari itu gadis, kau tau? Entah apa
atau siapa yang telah mengundang petaka dan memporak porandakan kebahagiaan
keluarga kecil itu. Dalam sesaat seluruh canda tawa dan kebahagiaan itu berubah
menjadi bulir – bulir air mata yang tak henti mengalir.
Aku
ingat sekali bagaimana gadis kecil bernama Ellda menyelamatkan nyawa seorang
kakek yang sudah cukup tua ketika hampir tenggelam di tengah pantai ketika
sedang asyik berenang seorang diri jauh dari pengunjung yang lain. Mungkin kau
sukar mempercayainya jika kukatakan ini padamu karna ia masih berusia 6 tahun
saat itu dan kakaknya Elvi baru berusia 8 tahun.
Tapi
ini sungguh terjadi aku percaya itu karena aku yang menyaksikannya sendiri,
bagaimana seorang anak berusia 6 tahun melakukan aksi yang sangat heroik. Ini
sama sekali tak berlebihan karena anak itu memang pantas dijuluki pahlawan
kecil karna keberanian dan jiwa besar yang dimilikinya.
Ia
sedang bermain pasir dengan kakaknya Elvi ketika tiba- tiba ia melihat kakek
tua itu mulai kehilangan keseimbangan dan kepalanya mulai timbul tenggelam dari
dalam air. Ketika orang-orang tengah sibuk dengan urusan masing-masing dan tak
ada yang peduli bahwa dihadapan mereka ada orang yang sedang berperang melawan
maut.
Dengan nafas tersengal-sengal seorang gadis berusia
6 tahun berlari menuju ke bibir panti dan beteriak minta tolong
sekencang-kencangnya. Tanpa henti gadis ini terus menjerit meski tak satupun
orang yang mempedulikannya. Suaranya kian melengking sampai akhirnya seorang
petugas berlari menuju arah sang kakek yang telah berada di depan pintu
kematian.
Ellda
menyaksikan petugas dan kakek itu bergelut dengan gulungan – gulungan maut yang
siap menerkam mereka kapan saja, setelah hampir 15 menit baru sang kakak
menyadari bahwa adiknya tak ada, ia pun mencari dan melaporkan itu kepada ayah
dan ibunya. Dewi fortuna masih berpihak pada Ellda saat itu karena sang ayah
dengan cepat berenang kearah petugas penjaga pantai danikut membantu
menyelamatkan nyawa si kakek. Raut bangga dan tegang bercampur aduk diwajah
Ayah dan Ibu Ellda.
“kau
memang anak yang hebat, Dalle besar untuk Ibu, Ayah, dan Kakakmu nak” ucap sang
ibu sambil memeluk hangat anaknya.
Kau
tau gadis saat itu aku mengerti sesuatu, Ellda itu bukan hanya sebuah nama tapi
sebuah kata dengan arti filosofis yang sangat indah dalam adat bugis. Ellda itu
DALLE. Kau tau rejeki bagi orang tua dan saudara- saudaranya.
Mentari
mulai berpaling menuju belahan bumi yang lain, senja yang indah di pantai seindah
hati keluarga kecil ini, langit telah menguning ketika mereka hendak beranjak
dari pantai itu.
“Ellda,
ayo pulang Mama udah Nungguin di mobil” teriak elvi memanggil – manggil
adiknya.
“tunggu
sebentar kak, aku mau ambil pelampung bebek aku disana“ ucapnya dengan sangat
polos.
“oke,
kalau begitu kakak tungguin di mobil aja ya” ujar elvi.
Ia
berlari kembali ke tepi pantai seorang diri untuk mengambil pelampung bebeknya,
belum sempat ia mengambil pelampung karet dihadapannya ia tertarik melihat
seekor ubur-ubur yang tersesat ke pantai dan berenang hampir dipermukaan
perairan dangkal itu. Naluri kekanakannya muncul dan iapun menceburankan diri
ke pantai.
Berenang
ke tengah lautan mengikuti seekor ubur-ubur hingga tubuhnya yang kecil dan
belum terlalu lincah berenang di air berombak mulai kehilangan kendali, wajah
polosnya seketika memerah ketakutan. Dengan sekuat tenaga ia menjerit
berteriak-teriak meminta tolong kepada siapapun namun justru petaka yang
bertandang.
Baru
beberapa langkah keluarganya menuju
pantai dan hanya beberapa meter saja jarak petugas penjaga pantai dari
arahnya ombak besar datang dan
menggulungnya dalam pusaran yang diciptakan tekanannya di laut itu. Laut Nampak
begitu bahagia memainkan tubuh kecil Ellda menggulung-gulingkannya,
menimbul-tenggelamkannya dan hanya dalam hitungan detik menelan tubuh Ellda
dari permukaan bumi.
“ellda, tunggu aku nak ayah akan datang” ayah
berteriak-teriak sambil berenang menuju tubuh anak bungsunya yang tak lagi
Nampak di permukaan.
“tidak
pak, resiko di depan terlalu besar jangan pertaruhkan diri bapak!. Biarkan
petugas yang mencari anak bapak, kami tidak yakin dengan menyelamatkan nyawanya
tapi kami akan berusaha semampu kami” Seperti tak ada lagi harapan di
wajah petugas pantai.
“biadap,
hentikan bicaramu!. Kau harus selamatkan anakku atau kau berhenti saja dari
pekerjaanmu!” ayah murka mendengar kata-kata petugas penjaga pantai.
“tidak
Yah, tuhan yang akan menetukan semuanya biarkan mereka mengerjakan tugasnya dan
serahkan semua pada tuhan. Doakan yang terbaik untuk anak kita Ellda!” ucap Ibu
menenangkan Ayah.
Lelaki
jangkung itupun mulai mundur lalu perlahan bersujud di pasir, dari kejauhan
orang-orang itu berdoa berharap agar orang terkasih mereka bisa selamat dan
kembali dengan keceriaan yang pernah dibawa sebelumnya, suara tangisanpun
semakin menyeruak di bibir pantai namun aku masih bisa melihatnya melihat tubuh
mungil yang terus dimainkan oleh ombak sampai sebuah kapal nelayan melintas dan
melihat sosok itu lalu kusaksikan tubuh renta seorang pria dari atas kapal itu
dengan sigap melompat dan segera mengangkat tubuh mungil yang sudah lemas
karena berjam-jam terombang ambing di tengah lautan kesana kemari.
Dari
situlah Aku tahu Ellda tidak mati, ia selamat berkat pertolongan nelayan tua
itu. Ia dirawat oleh nelayan tua dan istirnya di sebuah pulau kecil yang hanya
dihuni oleh beberapa kepala keluarga, namun ia tak pernah lagi datang ke pulau
ini entah karena takut atau sudah nyaman dengan kehidupan barunya. Sayang tak
ada seorangpun yang tau bahwa Ellda si pahlawan kecil masih hidup sampai
sekarang.
Selama
berhari-hari bahkan berminggu-minggu pencarian terus dilakukan untuk menemukan
tubuh Ellda namun hasilnya nihil dan semua orang telah yakin bahwa Ellda telah
meninggal di lautan itu. Ada yang bilang tubuhnya disembunyikan oleh jin
penjaga pantai hingga tak bisa ditemukan dan ada pula yang berkata bahwa
tubuhnya telah habis dimakan ikan. Mereka semua tak tahu sungguh tak tahu bahwa
Ellda masih hidup hingga sekarang.
“Elldaaaaa”
Teriakan
itu, gadis siapakah kau sebenarnya ? mengapa teriakan itu sekarang terdengar
begitu Familiar di telingaku. Mungkinkah ?, atau mungkinkah kau Elvi wahai
juwita ?. oh tuhan ternyata benar, kau adalah Elvi kakak Ellda. Mengapa kau
baru datang sekarang ?, tidakkah kau tau aku menunggumu bertahun – tahun
lamanya.
“pak,
apakah tidak ada kabar tentang adik saya Ellda ?“ samar – samar kudengar
pembicaraanmu dengan penjaga pantai yang dulu menjagamu ketika kau berlarian di
pantai ini.
“maaf
nak Elvi, tapi lebih baik hal itu tak usah kau pikirkan lagi karena sudah
puluhan tahun dan ia tak mungkin selamat“ ucapnya dengan nada datar.
Ia
tentu tak tahu tentang itu gadis, tak ada seorangpun yang tau kecuali aku tak
seorangpun. Percuma saja kau bertanya padanya atau pada mereka, mereka tak tahu
apa – apa seandainya saja kau bertanya padaku mungkin kau akan kuberitahukan
bahwa adikmu, Dalle bagi keluargamu masih hidup.
Aku
akan katakan padamu bahwa ia ada dipulau kecil itu, hidup damai bersama
keluarga barunya, namun percuma juga kau bertanya padaku karna aku hanyalah
sebuah pohon kelapa tua yang telah tumbuh dipantai ini puluhan bahkan ratusan
tahun.
Berbagai
kisah telah kusaksikan di pantai ini kisah suka dan duka, namun dari semua itu
kisahmu inilah yang paling membuatku tersentuh gadis, kisah hidup tentang
keluargamu dan Dalle besarnya, Ellda adik kecilmu yang manis.
Ellda
pulanglah !, kembalilah ke pulau ini !, tidakkah kau tau bahwa di sini di
tempat ini ada yang amat merindukanmu yakni aku dan gadis itu Elvi kakakmu.
0 komentar:
Posting Komentar