Pages

Selasa, 10 Januari 2017

“ELLDA”



“ELLDA”
Oleh: Lenni Ashari
Ralla, 25 March 2015 

Gadis, apakah gerangan yang telah terjadi padamu hingga tak lagi kudapatkan seberkas senyum diwajah mungilmu itu?. apakah sebenarnya yang engkau risaukan hingga air matamu tak pernah kau lepaskan?. Kemarin kau datang dengan bercucuran air mata, hari ini kau datang masih dengan membawa air mata dan mungkin saja besok kau datang masih dengan air mata itu.
Gadis, tidakkah kau tahu bahwa engkaulah yang selalu membangunkanku setiap kali kau datang membawa air matamu bahkan sebelum sang fajar menyambangi alam. Dari raut wajahmu dapat kupastikan bahwa semalam kau tak tidur dengan nyenyak sama seperti malam – malam sebelumnya namun kutau kau takkan pernah mengatakan kelelahan itu pada siapapun.
Hari ini kau datang dengan menangis terseduh, entah apa yang membuat hatimu serisau itu. Gadis, tak sadarkah kau bahwa tangisanmu itu telah membuatku gelisah mungkin lebih dari yang kau rasakan. Dan ketika matahari mulai muncul sempurna jeritanmu pun menyertainya. Kau tahu gadis?, bahkan semestapun akan menangis melihat betapa nelangsanya dirimu.
Lalu apakah yang engkau cari - cari ditengah hamparan pasir putih yang sejuk nan damai ini?, Seseorang atau sesuatukah yang engkau cari – cari itu gadisku sayang?. Antara bosan dan kasihan itulah yang kurasakan tatkala melihatmu menangis menjerit – jerit memanggil sebuah nama ditengah sunyinya pantai ini.
“ Elldaaaa, pulang lah !” suaramu yang lirih semakin membuatku miris menyaksikannya, tidakkah kau tahu gadis bahwa wajahmu itu sangat menawan bahkan akupun jatuh cinta sejak pertama melihatmu ketika kau datang ketempat ini beberapa hari yang lalu meskipun dengan membawa sejuta air mata.
Gadis, aku hanya berharap melihat sesimpul senyum dari bibir mungilmu itu, sejenak saja agar aku bisa menikmati paras indahmu juwita !. kumohon hilangkan air mata itu dongakkan sedikit kepalamu agar mentari bisa puas menatap kharisma jiwamu dan angin bisa leluasa memainkan rambut – rambut kepalamu yang hitam legam itu.
Ellda, ellda, tidak bisakah kau tak menyebut nama itu sekali saja setiap kali kau datang ke tempat ini?. Ellda, ellda, tunggu sebentar gadis !, kurasa nama itu tidaklah asing, kurasa memoriku tengah terputar – putar mencari slide dimana aku pernah mendengar kata itu.
Sekarang telah kutemukan potongan dari slide itu tergambar jelas di ingatanku beberapa tahun yang lalu ketika sebuah keluarga kecil datang ke pantai berpasir putih ini, oh gadis mereka adalah keluarga yang bahagia sekali, ibu dan ayah yang serasi dan dua anak perempuan yang lucu – lucu. Sungguh tak dapat kugambarkan kebahagiaan mereka saat itu.
Aku ingat sekali ketika anak – anak perempuan itu berlari kesana kemari sambil memainkan pasir – pasir putih yang membanjiri bibir pantai nan asri ini, ketika sang Ayah dan anak - anaknya mulai usil menarik sang ibu ketengah pantai dan menakutinya dengan kepiting – kepiting kecil yang mereka tangkap ketika berjalan di atas pasir putih yang berkilauan tertimpa cahaya matahari.
“Ellda, Elvi ayo tarik Mama, ayo tarik Mama !” ucap sang Ayah kepada anak- anaknya.
“ Mama berat yah, Kakak ayo tarik Mama! Bantuin Ellda narik Mama Kak  !” ucap anak itu merajut kepada kakaknya meminta agar ibunya ditarik ke tengah pantai.
“ jangan sayang, Mama gak mau basah. Awas ya kalian ! “ teriak sang ibu saat dikerjai suami dan anak – anaknya.
Oh gadis, sungguh sulit kugambarkan kebahagiaan mereka kala itu. Tak ada sedikitpun gurat kesedihan di wajah mereka, andai saja wajahmu bisa seceria itu gadis mungkin aku akan ikut tersenyum bahagia karenanya namun yang kulihat di parasmu adalah pantulan cermin dari kehidupan mereka sangat bertolak belakang gadis.
Namun yang paling tak bisa kulupakan adalah petaka hari itu gadis, kau tau? Entah apa atau siapa yang telah mengundang petaka dan memporak porandakan kebahagiaan keluarga kecil itu. Dalam sesaat seluruh canda tawa dan kebahagiaan itu berubah menjadi bulir – bulir air mata yang tak henti mengalir.
Aku ingat sekali bagaimana gadis kecil bernama Ellda menyelamatkan nyawa seorang kakek yang sudah cukup tua ketika hampir tenggelam di tengah pantai ketika sedang asyik berenang seorang diri jauh dari pengunjung yang lain. Mungkin kau sukar mempercayainya jika kukatakan ini padamu karna ia masih berusia 6 tahun saat itu dan kakaknya Elvi baru berusia 8 tahun.
Tapi ini sungguh terjadi aku percaya itu karena aku yang menyaksikannya sendiri, bagaimana seorang anak berusia 6 tahun melakukan aksi yang sangat heroik. Ini sama sekali tak berlebihan karena anak itu memang pantas dijuluki pahlawan kecil karna keberanian dan jiwa besar yang dimilikinya.
Ia sedang bermain pasir dengan kakaknya Elvi ketika tiba- tiba ia melihat kakek tua itu mulai kehilangan keseimbangan dan kepalanya mulai timbul tenggelam dari dalam air. Ketika orang-orang tengah sibuk dengan urusan masing-masing dan tak ada yang peduli bahwa dihadapan mereka ada orang yang sedang berperang melawan maut.
Dengan  nafas tersengal-sengal seorang gadis berusia 6 tahun berlari menuju ke bibir panti dan beteriak minta tolong sekencang-kencangnya. Tanpa henti gadis ini terus menjerit meski tak satupun orang yang mempedulikannya. Suaranya kian melengking sampai akhirnya seorang petugas berlari menuju arah sang kakek yang telah berada di depan pintu kematian.
Ellda menyaksikan petugas dan kakek itu bergelut dengan gulungan – gulungan maut yang siap menerkam mereka kapan saja, setelah hampir 15 menit baru sang kakak menyadari bahwa adiknya tak ada, ia pun mencari dan melaporkan itu kepada ayah dan ibunya. Dewi fortuna masih berpihak pada Ellda saat itu karena sang ayah dengan cepat berenang kearah petugas penjaga pantai danikut membantu menyelamatkan nyawa si kakek. Raut bangga dan tegang bercampur aduk diwajah Ayah dan Ibu Ellda.
“kau memang anak yang hebat, Dalle besar untuk Ibu, Ayah, dan Kakakmu nak” ucap sang ibu sambil memeluk hangat anaknya.
Kau tau gadis saat itu aku mengerti sesuatu, Ellda itu bukan hanya sebuah nama tapi sebuah kata dengan arti filosofis yang sangat indah dalam adat bugis. Ellda itu DALLE. Kau tau rejeki bagi orang tua dan saudara- saudaranya.
Mentari mulai berpaling menuju belahan bumi yang lain, senja yang indah di pantai seindah hati keluarga kecil ini, langit telah menguning ketika mereka hendak beranjak dari pantai itu.
“Ellda, ayo pulang Mama udah Nungguin di mobil” teriak elvi memanggil – manggil adiknya.
“tunggu sebentar kak, aku mau ambil pelampung bebek aku disana“ ucapnya dengan sangat polos.
“oke, kalau begitu kakak tungguin di mobil aja ya”  ujar elvi.
Ia berlari kembali ke tepi pantai seorang diri untuk mengambil pelampung bebeknya, belum sempat ia mengambil pelampung karet dihadapannya ia tertarik melihat seekor ubur-ubur yang tersesat ke pantai dan berenang hampir dipermukaan perairan dangkal itu. Naluri kekanakannya muncul dan iapun menceburankan diri ke pantai.
Berenang ke tengah lautan mengikuti seekor ubur-ubur hingga tubuhnya yang kecil dan belum terlalu lincah berenang di air berombak mulai kehilangan kendali, wajah polosnya seketika memerah ketakutan. Dengan sekuat tenaga ia menjerit berteriak-teriak meminta tolong kepada siapapun namun justru petaka yang bertandang.
Baru beberapa langkah keluarganya menuju  pantai dan hanya beberapa meter saja jarak petugas penjaga pantai dari arahnya ombak besar datang  dan menggulungnya dalam pusaran yang diciptakan tekanannya di laut itu. Laut Nampak begitu bahagia memainkan tubuh kecil Ellda menggulung-gulingkannya, menimbul-tenggelamkannya dan hanya dalam hitungan detik menelan tubuh Ellda dari permukaan bumi.
 “ellda, tunggu aku nak ayah akan datang” ayah berteriak-teriak sambil berenang menuju tubuh anak bungsunya yang tak lagi Nampak di permukaan.
“tidak pak, resiko di depan terlalu besar jangan pertaruhkan diri bapak!. Biarkan petugas yang mencari anak bapak, kami tidak yakin dengan menyelamatkan nyawanya tapi kami akan berusaha semampu kami” Seperti tak ada lagi harapan di wajah  petugas pantai.
“biadap, hentikan bicaramu!. Kau harus selamatkan anakku atau kau berhenti saja dari pekerjaanmu!” ayah murka mendengar kata-kata petugas penjaga pantai.
“tidak Yah, tuhan yang akan menetukan semuanya biarkan mereka mengerjakan tugasnya dan serahkan semua pada tuhan. Doakan yang terbaik untuk anak kita Ellda!” ucap Ibu menenangkan Ayah.
Lelaki jangkung itupun mulai mundur lalu perlahan bersujud di pasir, dari kejauhan orang-orang itu berdoa berharap agar orang terkasih mereka bisa selamat dan kembali dengan keceriaan yang pernah dibawa sebelumnya, suara tangisanpun semakin menyeruak di bibir pantai namun aku masih bisa melihatnya melihat tubuh mungil yang terus dimainkan oleh ombak sampai sebuah kapal nelayan melintas dan melihat sosok itu lalu kusaksikan tubuh renta seorang pria dari atas kapal itu dengan sigap melompat dan segera mengangkat tubuh mungil yang sudah lemas karena berjam-jam terombang ambing di tengah lautan kesana kemari.
Dari situlah Aku tahu Ellda tidak mati, ia selamat berkat pertolongan nelayan tua itu. Ia dirawat oleh nelayan tua dan istirnya di sebuah pulau kecil yang hanya dihuni oleh beberapa kepala keluarga, namun ia tak pernah lagi datang ke pulau ini entah karena takut atau sudah nyaman dengan kehidupan barunya. Sayang tak ada seorangpun yang tau bahwa Ellda si pahlawan kecil masih hidup sampai sekarang.
Selama berhari-hari bahkan berminggu-minggu pencarian terus dilakukan untuk menemukan tubuh Ellda namun hasilnya nihil dan semua orang telah yakin bahwa Ellda telah meninggal di lautan itu. Ada yang bilang tubuhnya disembunyikan oleh jin penjaga pantai hingga tak bisa ditemukan dan ada pula yang berkata bahwa tubuhnya telah habis dimakan ikan. Mereka semua tak tahu sungguh tak tahu bahwa Ellda masih hidup hingga sekarang.
“Elldaaaaa”
Teriakan itu, gadis siapakah kau sebenarnya ? mengapa teriakan itu sekarang terdengar begitu Familiar di telingaku. Mungkinkah ?, atau mungkinkah kau Elvi wahai juwita ?. oh tuhan ternyata benar, kau adalah Elvi kakak Ellda. Mengapa kau baru datang sekarang ?, tidakkah kau tau aku menunggumu bertahun – tahun lamanya.
“pak, apakah tidak ada kabar tentang adik saya Ellda ?“ samar – samar kudengar pembicaraanmu dengan penjaga pantai yang dulu menjagamu ketika kau berlarian di pantai ini.
“maaf nak Elvi, tapi lebih baik hal itu tak usah kau pikirkan lagi karena sudah puluhan tahun dan ia tak mungkin selamat“ ucapnya dengan nada datar.
Ia tentu tak tahu tentang itu gadis, tak ada seorangpun yang tau kecuali aku tak seorangpun. Percuma saja kau bertanya padanya atau pada mereka, mereka tak tahu apa – apa seandainya saja kau bertanya padaku mungkin kau akan kuberitahukan bahwa adikmu, Dalle bagi keluargamu masih hidup.
Aku akan katakan padamu bahwa ia ada dipulau kecil itu, hidup damai bersama keluarga barunya, namun percuma juga kau bertanya padaku karna aku hanyalah sebuah pohon kelapa tua yang telah tumbuh dipantai ini puluhan bahkan ratusan tahun.
Berbagai kisah telah kusaksikan di pantai ini kisah suka dan duka, namun dari semua itu kisahmu inilah yang paling membuatku tersentuh gadis, kisah hidup tentang keluargamu dan Dalle besarnya, Ellda adik kecilmu yang manis.
Ellda pulanglah !, kembalilah ke pulau ini !, tidakkah kau tau bahwa di sini di tempat ini ada yang amat merindukanmu yakni aku dan gadis itu Elvi kakakmu.



0 komentar:

Posting Komentar

 

Blogger news

Blogroll

Change Background of This Blog!


Pasang Seperti Ini

About