SASTRA NUSANTARA
“Analisis Unsur Intrinsik dan Ekstrinsik
Sinrilik I Manakkuk”
Oleh :
MUH.
HARJUM NURDIN
(1351040007)
Kelas : A (Pendidikan)
PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA
INDONESIA
FAKULTAS BAHASA DAN SASTRA
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2015
SAMPUL BUKU SINRILIK I MANAKKUK
RINGKASAN
CERITA SINRILIK I MANAKKUK
Sinrilikna I manakkuk mempunyai tema
cinta kasih yang murni, antara I manakkuk dengan kekasihnya, I marabintang
kamase. Dalam naskah disebutkan bahwa I manakkuk harus mengarungi lautan untuk
untuk pergi mempersunting kekasihnya di negeri labbakkang.
Untuk melaksanakan cita-citanya I
manakkuk membuat sebuah perahu besar yang kayunya diambil dari dalam hutan luk
(luwu). Kayu yang diberi nama landra lekleng, menurut naskah adalah kayu yang
paling tua, sesuai dengan dunia ini.
Sesungguhnya orang tua I manakkuk,
terutama ibu kandungnya meminta agar mengurungkan dulu maksudnya untuk
berangakat ke labbakkang. Tetapi rupanya I manakkuk sudah tidak dapat dihalangi
ataupun diurungkan keberangkatannya. Apparuru la bunduk tongak, pa’pparuru
bunting tongak, naung ri lakbakkang, kudanggangi purinangku ri butta ri
lakbakkang. I marabintang kamase bulaeng, intanna ‘njo talak, paramatana
malisi, bombanna mangalle, cinde taklopoka naung, patola giling ladaya, cinde
takrimbaka bedeng, cauluk makkarenaya.
Appoalimi angkana bulaeng, ayana anrong
kalena angkana, “alla analek, ka nampa lekbakko ‘ntu naung tuju taung umuruknu
bulaeng, iji rantena tokeng-tokennu, ponto gallang ri bangkennu, anne ri
kamma-kammaya, nu lamange ri parang bali”. Tena memang nyoknyokanna, anak I
manakkuk, la ilaha illallah, tena memang…… Na nikiokammo bedeng bulaeng,
panritana lemo-lemo, nipasikiomi naung pabingkunna bonerate….. la nitakbangammo
‘nne parekang la dongkokanna, anak-anaka na cakdi, lonronga na beru bakkak. Na
nitakbanggammo ‘njo kayua. Ia nipareka ‘njo dongkokang, naboyangasengi bayaona
kodong, sangge pakgalanggammi naung panreppekanna bayaona.
Naummi ri paratiwina I rawaia lekbak.
Anne ri kamma-kammaya bulaeng, niak tommo ‘njo gulinna, niak tommo sangkilanna.
Jarimi dongkokanna, ammawammi mattompok jeknek.
Demikianlah,
setelah perahunya telah siap dan alat, bekal, serta perlengkapan lainnya telah
rampung, I mankkuk disertai inanga pengasuhnya
meninggalkan Bone, kampong halamannya.
Setelah beberapa hari mengarungi lautan
yang penuh halangandan rintangan, tibalah ia diperairan bantaeng. Ditanyakannya
negeri apa yang ada di atas itu. Dijawab bahwa itulah yang disebut negeri
bantaeng. I manakkuk ingin singgah di bantaeng. Inang pengasuhnya menasehatinya
agar membatalkan maksudnya karena dinegeri ini sangat banyak ilmu gaib, antara
lain ada yang disebut jalarambakna
bantaeng tappukserokna bantaeng, laklakanna lembang cina dan lain-lain….”
Semuanya dapat memberikan bahanya pada dirimu anak”. Tetapi I manakkuk tidak
mengindahkan semua peringatan itu dan tetap akan naik ke bantaeng.
Demikianlah ia memasuki daeraha bantaeng
lalu dibunyikannya meriam dari perahunya, sehingga menjadikan raja dan
permaisuri marah. Maka diutuslah utusan untuk menemui orang perahu itu
sekaligus dimintai denda dan cukai malahan ia dimintai agar segera meninggal di
pelabuhan setelah membayar cukainya. Tetapi alangkah kagetnya pesuruh itu
setelah menemui orang diperahu ternyata bukanlah pedagang biasa, melainkan
seorang putra bangsawan dari bone. Sesungguhnya orang ini adalah kemanakan raja
bantaeng sendiri.
Demikianlah, setelah suruhan kembali
melaporkan pembicaraannya dengan I mankkuk, permaisuri sangat kaget dan
menyesali pesuruh itu. Pada mulanya permaisuri menyuruh putrinya yang bernama
sitti cina ri bantaeng pergi menemui dan mengundang sepupunya. Tapi karena
putrid keberatan demi kehormatannya sehingga terpaksalah permaisuri sendiri
yang turun ke perahu I manakkuk.
Setelah I manakkuk naik ke istana
bantaeng di adakanlah permainan raga. Pada mulanya I manakkuk selalu gagal dan
kalah. Tetapi setelah ia mengeluarkan raga miliknya yang terbuat dari emas,
maka keadaan terbalik yaitu lawan sepermainan semua gagal sedangkan I manakkuk
dengan lincah mempermainkan raganya.
Setelah berada di bantaeng dengan
beberapa peristiwa yang ajaib I manakkuk meneruskan pelayarannya. Tetapi
sangatlah anehnya karena walaupun telah berlayar sehari semalam namun perahunya
pada suatu tempat tiba-tiba I manakkuk beserta seluruh anak pesuruhnya
terserang penyakit gatal rupanya pada waktu itu mereka terkena ilmu gaib
bernama laklakkanna lembang cina. Untunglah
pada akhirnya dapat diatasi dan perahu melanjutkan pelayarannya. Barombong dan
ujung pandang telah dilalui dan akhirnya tiba di lakbakkang.
Begitu tiba di pelabuhan lakbakkang, I
manakkuk membunyikan lagi meriamnya. Mendengar suara meriam ini somba
lakbakkang menjadi marah dan mengirim utusan untuk menemui orang perahu di
pelabuhan. Ia disuruh membayar cukai kemudian segera meninggalkan perairan
lakbakkang.
Tetapi sangatlah kagetnya suruhan ini
karena orang perahu itu bukanlah sembarang orang melainkan I manakkuk bagsawan
dari bone yang menagaku ke mekan dari somba lakbakkang.
Utusan kembali menemui raja dan
permaisuri lakbakkang. Semua pembicaraannya dengan I manakkuk disampaikan
kepada raja dan permaisuri…
Karena I marabintang kamase putri raja
labbakkang tidak bersedia turun ke perahu untuk menjemput I manakkuk sehingga
terpaksa permaisuri pergi menemui I manakkuk. I manakkuk bersedia menemui
undangan asalkan dibangunkan istana di tanah teko.
Terpaksalah somba (raja) labbakkang
mengerahkan semua rakyatnya untuk membuat sebuah istana lengkap dengan pasar
tempat permainannya di negeri teko .
Tersiarlah berita bahwa negeri teko
labbakkang terdapat sebuah istana yang indah lengkap dengan pasar dan tempat
permainan milik I manakkuk.
Berita inipun sampai ketelinga I nojeng
di pulau jawa. I nojeng meninggalkan jawa menuju labbakkang. Setelah tiba I
nojeng di labbakkang menjadi bingunglah raja labbakkang karena diketahui bahwa
anaknya akan menjadi rebutan. Maka disurunyalah I manakkuk mengawini segera
putrinya I marabintang kamase dan memboyongnya pulang ke bone. Tetapii manakkuk
si kepala batu dan pemberani ini menolak nasehat raja labbakkang mertuanya dan bersedia menghadapi I nojeng.
Pada mulanya hanyalah ayam yang
dipersabungkan dan di dalam sambungan ini ayam I nojeng kalah. Ia meminta izin
kepadai manakkuk untuk kembali ke perahunya memberitakan kekalahannya kalau
bukan karena permintaan I mara bintang kamase istrinya, I manakkuk tidak
mengizinkan I nojeng pulang ke perahunya karena curiga hanyalah siasat belaka.
Kecurigaan I manakkuk memang benar
karena I nojeng datang menyerang di belakang, tetapi dapat dipukul mundur oleh
I manakkuk. I nojeng mengirim berita untuk meminta bantuan dari jawa. Tetapi
sangat disayangkan karena setelah bantuan tiba I nojeng sudah tiada. Bala
bantuan dari jawa ini kemudian menggempur pasukan labbakkang dan jampua yang
kemudian dapat menewaskan I manakkuk.
Untunglah tubuh I manakkuk dibaringkan
bersama jenazah I mara bintang kamase di atas selembar sarung mukjizat
pemberian seorang orang tua dari jawa. Setelah kedua jenazah ditutup dengan
sarung itu kemudian disirami air keduanya hidup kembali kemudian hidup rukun
dan istananya yang megah.
Demikianlah secara
singkat cerita singkat sinrilikna I manakkuk.
ANALISIS
UNSUR INTRINSIK DAN EKSTRINSIK SINRILIK I MANAKKUK
A.
Unsur Intrinsik
1. Tema
Tema
dalam cerita ini ialah kasih yang murni antara I manakkuk dengan kekasihnya I
marabintang kamase.
2. Tokoh dan Karakter Tokoh
-
I
Manakkuk: mempunyai watak jiwa pemberani dan pembangkan
seperti pada kutipan Disebutkan dalam
naskah bahwa I manakkuk untuk pergi mengunjungi kekasihnya, ia harus melayari
lautan yang pada masa itu cukup jauh untuk dilayari. Karena pelayaran ini
memerlukan waktu beberapa hari, tentu persiapan harus lengkap dan matang.
Besarnya ombak dan kencangnya angin cukup membahayakan apabila persiapan dan
keterampilan berlayar tidak cukup. Untuk melukiskan bagaimana sulitnya
pelayaran yang dilalui berikut ini dilukiskan bahwa, : Nalangga-langgami naung bombing ri book ri dallekang, natempa-tempa
bombing tallu dek bokona. Kanaikangi ri book.” Artinya kurang lebih:
dipermainkanlah dan diombang ambingkanlah ombak (perahunya). Jika air naik
dihaluan maka akan turun di buritan, jika naik air diburitan, akan turun
dihaluan perahunya.” Melihat besarnya ombak seperti yang dilukiskan ini,
tentunya memerlukan jiwa dan semangat besar serta keterampilan dalam hal
pelayaran. Tanpa semangat dan keterampilan berlayar, besar kemungkinan perahu
akan tenggelam atau terpaksa kembali kepangkalan karena kegagalannya.
Apakah I
manakkuk akan gentar menghadapi ombak dan angin kencang? Sebagai putra Sulawesi
selatan yang berjiwa dan bersemangat kebaharian ia akan berkata :” kalau layar
sudah terkembang, apabila kemudi telah dipasang nanti, perahu berlayar pantang
surut balik ke pantai sebelum cita-cita terlaksana dan hasil ada di tangan.
Selain jiwa
pemberani I manakkuk mempunyai sifat pembangkan baik kepada ibunya maupun
kepada pengawalnya terlihat pada kutipan “Sesungguhnya
orang tua I manakkuk, terutama ibu kandungnya meminta agar mengurungkan dulu
maksudnya untuk berangakat ke labbakkang. Tetapi rupanya I manakkuk sudah tidak
dapat dihalangi ataupun diurungkan keberangkatannya. Juga
terdapat pada kutipan “I manakkuk ingin singgah di bantaeng. Inang pengasuhnya
menasehatinya agar membatalkan maksudnya karena dinegeri ini sangat banyak ilmu
gaib, antara lain ada yang disebut jalarambakna
bantaeng tappukserokna bantaeng, laklakanna lembang cina dan lain-lain….” Semuanya
dapat memberikan bahanya pada dirimu anak”. Tetapi I manakkuk tidak
mengindahkan semua semua peringatan itu dan tetap akan naik ke bantaeng.
-
Raja
dan Permaisuri Bantaeng: mempunyai watak pemarah terlihat
pada kutipan “ Demikianlah ia memasuki daeraha bantaeng lalu dibunyikannya meriam dari
perahunya, sehingga menjadikan raja dan permaisuri marah.
-
Inang
(Pengasuh I Manakkuk): mempunyai watak yang penuh
perhatian terhadap I Manakkuk, terlihat pada kutipan Inang pengasuhnya
menasehatinya agar membatalkan maksudnya karena dinegeri ini sangat banyak ilmu
gaib, antara lain ada yang disebut jalarambakna
bantaeng tappukserokna bantaeng, laklakanna lembang cina dan lain-lain….” Semuanya
dapat memberikan bahanya pada dirimu anak”.
-
I
Nojeng: mempunyai watak yang licik terlihat pada kutipan “I manakkuk tidak mengizinkan I nojeng pulang
ke perahunya karena curiga hanyalah siasat belaka. Kecurigaan I manakkuk memang
benar karena I nojeng datang menyerang di belakang, tetapi dapat dipukul mundur
oleh I manakkuk.
-
I
Marabintang Kamase: mempunyai watak yang setia terlihat
pada kutipan Setelah kedua jenazah
ditutup dengan sarung itu kemudian disirami air keduanya hidup kembali kemudian
hidup rukun dan istananya yang megah.
3. Latar
-
Latar
Tempat
Di Luwu: seperti
yang terdapat pada kutipan “Untuk
melaksanakan cita-citanya I manakkuk membuat sebuah perahu besar yang kayunya
diambil dari dalam hutan luk (luwu).
Di Bone: terlihat
pada kutipan “I mankkuk disertai inanga
pengasuhnya meninggalkan Bone, kampong halamannya.
Di Bantaeng: terlihat
pada kutipan “Setelah beberapa hari
mengarungi lautan yang penuh halangandan rintangan, tibalah ia diperairan
bantaeng.
Di Labbakkang: terlihat
pada kutipan Barombong dan ujung pandang telah dilalui dan akhirnya tiba di
lakbakkang.
Di Negeri Teko: terlihat
pada kutipan Terpaksalah somba (raja)
labbakkang mengerahkan semua rakyatnya untuk membuat sebuah istana lengkap
dengan pasar tempat permainannya di negeri teko.
Di Pulau Jawa: terlihat
pada kutipan Berita inipun sampai
ketelinga I nojeng di pulau jawa.
Di Pelabuhan: terlihat
pada kutipan Begitu tiba di pelabuhan
lakbakkang, I manakkuk membunyikan lagi meriamnya.
-
Latar
Suasana
Menakutkan: terlihat
pada kutipan Besarnya ombak dan kencangnya
angin cukup membahayakan apabila persiapan dan keterampilan berlayar tidak
cukup.
Menegangkan: terlihat
pada kutipan Tetapi manakkuk si kepala batu dan pemberani ini menolak nasehat raja
labbakkang mertuanya dan bersedia
menghadapi I nojeng. Haru: terlihat
pada kutipan Untunglah tubuh I manakkuk
dibaringkan bersama jenazah I mara bintang kamase di atas selembar sarung
mukjizat pemberian seorang orang tua dari jawa. Setelah kedua jenazah ditutup
dengan sarung itu kemudian disirami air keduanya hidup kembali kemudian hidup
rukun dan istananya yang megah.
Latar Waktu
Siang hari dan Malam hari: terlihat
pada kutipan Tetapi sangatlah anehnya
karena walaupun telah berlayar sehari semalam namun perahunya pada suatu tempat
tiba-tiba I manakkuk beserta seluruh anak pesuruhnya terserang penyakit gatal.
4. Alur
Alur
Maju, karena cerita ini menceritakan dari awal sampai
akhir, atau ditandai pada awalnya I Manakkuk pergi menemui I Marabintang Kamase
di labbakkang dengan penuh perjuangan dan pengorbanan hingga akhirnya ia
bertemu dan hidup rukun di istananya di negeri teko.
5. Sudut Pandang
Sudut
pandang yang digunakan adalah sudut pandang orang ketiga, yakni penulis
menampilkan para tokoh dengan menyebut namanya. Seperti, penulis meneceritakan
tentang I Manakkuk, I Marabintang Kamase, I Nojeng serta Inang (Pengasuhnya)
6. Gaya Bahasa
gaya
bahasa yang terdapat pada cerita ini lugas dan mudah untuk dipahami.
7. Amanat
Sebagai manusia
kita harus saling menghargai dan tidak mengucilkan perkataan orang lain. Kita
juga harus mendengarkan nasehat-nasehat yang dianggap positif dan jangan meremehkan
orang yang memberikan nasehat.
B.
Unsur Ekstrinsik
1.
Nilai
yang Terkandung di dalam Sinrilik I Manakkuk
-
Nilai
Keagamaan
Nilai agama yang
terkandung pada cerita Sinrilik I
Manakkuk ialah tidak boleh mempercayai hal-hal yang mistik (ilmu gaib)
kecuali itu adalah mukjizat dari Tuhan Yang Maha Esa. Terlihat pada kutipan “Setelah beberapa hari mengarungi lautan
yang penuh halangandan rintangan, tibalah ia diperairan bantaeng. Ditanyakannya
negeri apa yang ada di atas itu. Dijawab bahwa itulah yang disebut negeri
bantaeng. I manakkuk ingin singgah di bantaeng. Inang pengasuhnya menasehatinya
agar membatalkan maksudnya karena dinegeri ini sangat banyak ilmu gaib, antara lain
ada yang disebut jalarambakna bantaeng tappukserokna bantaeng, laklakanna
lembang cina dan lain-lain….” Semuanya dapat memberikan bahanya pada dirimu
anak”. Tetapi I manakkuk tidak mengindahkan semua peringatan itu dan tetap akan
naik ke bantaeng. Juga telah disebutkan pada akhir cerita bahwa “Untunglah tubuh I manakkuk dibaringkan
bersama jenazah I mara bintang kamase di atas selembar sarung mukjizat
pemberian seorang orang tua dari jawa. Setelah kedua jenazah ditutup dengan
sarung itu kemudian disirami air keduanya hidup kembali.
-
Nilai
Moral
Nilai moral yang
terkandung dalam sinrilik ini adalah semangat dan jiwa keberanian yang dimiliki
I manakkuk adalah semangat dan jiwa yang patut dimiliki oleh para pemuda
Indonesia.
-
Nilai
Sosial
Nilai sosial yang yang
terkandung dalam Sinrilik tersebut ialah walaupun
jauh dan harus pergi dengan penuh perjuangan dan pengorbanan I Manakkuk tetap
pantang mundur untuk pergi bertemu dengan raja dan permaisuri dari keluarga
istrinya I Marabintang Kamase.
Unsur Teknik Pembuatan Perahu
Untuk
mengunjungi kekasihnya di labbakkang, I manakkuk harus menyiapkan perahu yang
cukup tangguh. Kepergian I manakkuk termasuk kepergian untuk berperang. Kayu
untuk dibuat perahu harus diambil di hutan luk (luwu) yang cukup jauh. Memang terbukti
bahwa perahu tumpangan I manakkuk cukup tangguh karena walaupun dihantam ombak
yang besar namun tidak pernah mengalami kesulitan yang dapat mengganggu
pelayarannya. Kesulitan yang dialami bukanlah karena ulah perahunya, melainkan
hanya akibat ilmu hitam.
Dari
gambaran di atas, dapatlah ditarik kesimpulan bagaimana tinggi pengetahuan
teknik pembuatan perahu yang telah dimiliki oleh orang bugis dan Makassar pada
waktu itu. Walaupun alat dan perlengkapannya serba sederhana akan tetapi hasil
buatannya dapat bertahan dan bisa diindahkan.
-
Nilai
Adat/Tradisi
Nilai Adat/tradisi pada Sinrilik
tersebut ialah untuk penghormatan kepada raja di negeri yang dikunjungi, setiap
pendatang harus membunyikan meriam kalau ia memiliki meriam di perahu/kapalnya.
Tapi kalau ia tidak memiliki meriam, maka cukup membunyikan gong yang dipukul
pada waktu mendekati pelabuhan. Dan juga terlihat nilai tradisi dalam sinrilik
tersebut adalah Sebagai putra Sulawesi selatan yang berjiwa dan bersemangat kebaharian
ia akan berkata :” kalau layar sudah terkembang, apabila kemudi telah dipasang
nanti, perahu berlayar pantang surut balik ke pantai sebelum cita-cita
terlaksana dan hasil ada di tangan.
2. LINGKUNGAN PENGARANG
Sinrilik
I Manakkuk ini merupakan naskah kuno yang berbahasa
Makassar tulisan tangan aksara lontarak yang berkembang dalam kehidupan
masyarakat Makassar yang merupakan ragam tulis.
3. IDENTITAS PENGARANG
Sinrilik
I Manakkuk adalah cerita rakyat yang bersifat
anonim atau tidak diketahui nama pengarangnya. Namun, cerita ini diambil dari buku
berjudul Sinrilikna I Manakkuk (Lontarak Makassar), arsip PERPUSDA SUL-SEL.
0 komentar:
Posting Komentar