Pages

Minggu, 19 Agustus 2018

MAKALAH LENGKAP MORFOLOGI MATERI KOMPOSISI


Morfologi: Komposisi (Pemajemukan)


BAB I

PENDAHULUAN



Latar Belakang

Proses morfologis merupakan proses pembentukan kata dengan cara menggabungkan morfem yang satu dengan morfem yang lain sehingga menghasilkan kata. Proses gramatikal akan memunculkan adanya makna gramatikal atau makna gramatis, yaitu makna yang timbul akibat bertemunya morfem yang satu dengan morfem yang lain.

Kata yang mengalami proses morfologis itu mempunyai dua ciri yaitu (1) polimorfemis, terdiri atas lebih dari satu morfem, dan (2) mempunyai makna gramatis atau makna gramatikal. Ada tiga cara yang bisa dilakukan dalam proses morfologi bahasa Indonesia. Ketiga cara itu antara lain: (1) afiksasi, yaitu proses pembentukan kata dengan cara menggabungkan bentuk dasar dengan afiks sehingga menghasilkan kata berimbuhan, (2) reduplikasi, yaitu proses pembentukan kata dengan cara menggabungkan bentuk dasar dengan morfem ulang {R} sehingga menghasilkan kata ulang, dan (3) pemajemukan, yaitu proses pembentukan kata dengan cara menggabungkan bentuk dasar yang satu dengan bentuk dasar yang lain sehingga menghasilkan kata majemuk yang memiliki makna baru.

Dalam pemajemukan sering terjadi permasalahan, baik dalam perlakuan terhadap kata majemuk maupun kerancuannya dengan bentuk yang lain (dalam hal ini adalah frasa, idiom, dan reduplikasi berubah bunyi). Oleh karena itu, penulis menyusun makalah yang membahas perlakuan terhadap pemajemukan (komposisi) yaitu proses penggabungan dua leksem atau lebih.







Rumusan Masalah

Apa pengetian dan ciri-ciri komposisi (pemajemukan) ?

Bagaimana komponen kompositum dalam pemajemukan ?

Apa saja jenis kompositum dalam pemajemukan ?

Bagaimana urutan proses dalam komposisi ?

Bagimana tipe konstruksi dalam kompositium ?

Mengapa kompositum sebagai gejala pertautan argumen ?

Tujuan

Untuk mengetahui pengertian dan ciri-ciri komposisi.

Untuk mengetahui komponen kompositum dalam pemajemukan.

Untuk mengetahui jenis kompositum.

Untuk mengetahui urutan proses dalam komposisi.

Untuk mengetahui tipe konstruksi dalam kompositum.

Untuk mengetahui kompositum sebagai gejala pertautan argumen.



















BAB II

PEMBAHASAN

Pengertian dan Ciri-ciri Komposisi (Pemajemukan)

Komposisi, disebut juga pemajemukan atau perpaduan, ialah proses penggabungan dua leksem atau lebih yang membentuk suatu kata. Hasil proses ini bisa disebut paduan leksem, kompositum atau kata majemuk.

Pemajemukan adalah proses pembentukan kata melalui penggabungan dua buah kata yang menimbulkan suatu kata baru (M. Ramlan, 1985 ).

Pemajemukan adalah proses pembentukan suatu konstruksi melalui penggabungan 2 morfem / kata atau lebih (Samsuri, 1978 ).

Pemajemukan adalah proses pembentukan kata melalui penggabungan morfem dasar yang hasil keseluruhannya berstatus sebagai kata yang mempunyai pola fonologis, gramatikal, dan semantik yang khusus menurut kaidah bahasa yang bukan pemajemukan (Harimurti Kridalaksana, 1982 )

Pemajemukan adalah proses pembentukan kata melalui penggabungan morfem dengan kata, atau kata dengan kata yang menimbulkan pengertian baru yang khusus (TBBI, 1988 : 168)

Kompositum atau kata majemuk harus dibedakan dari gabungan kata yang biasa disebut frasa atau kelompok kata. Kridalaksana (1989) membedakan kompositum dari frasa sebagai berikut :

Ketaktersisipan, artinya di antara komponen-komponen kompositum tidak dapat disisipi apa pun. Misalnya buta warna ® *buta dari warna.

Ketakterluasan, artinya komponen kompositum itu masing-masing tidak dapat diafiksasikan atau dimodifikasikan. Perluasan kompositum semua komponennya sekaligus. Misalnya, kereta api ®*perkeretaan api ®

Ketakterbalikan, artinya komponen kompositum tidak dapat dipertukarkan. Misalnya, arif bijaksana, hutan belantara, bujuk rayu ®*bijaksana arif, *belantara hutan, *rayu bujuk.



Komponen Kompositum

Sebuah kompositum mungkin berupa gabungan kata dan kata atau semua komponennya berupa kata, misalnya : rumah sakit, meja makan, panjang tangan, kamar gelap. Mungkin juga kompsitum itu terdiri atas satu kata dan satu pokok kata sebagai unsurnya, misalnya : daya juang, kamar kerja, kolam renang, lempar lembing, tusuk jarum. Ada pula kompositum yang terdiri dari pokok kata semua, misalnya : jual beli, lomba renang, simpan pinjam, rebut tawar.

Jenis Kompositum

Menurut konstruksi unsurnya, kompositum dapat dibedakan atas :

Kompositum atau kata majemuk simpleks ialah kompositum yang semua komponennya merupakan kontruksi sederhana atau satuan tunggal, misalnya : anak sungai, daya juang, lemah semangat.

Kompositum atau kata majemuk kompleks ialah kompositum yang semua atau salah satu komponennya berupa konstruksi rumit atau satuan kompleks, misalnya : memukul mundur, menembak mati, ditembak jatuh, tertangkap basah, bersatu padu, dibumihanguskan, penyebarluasan.

Menurut maknanya, kompositum dapat dibedakan atas :

Kompositum non-idiomatis ialah kompositum yang maknanya sama dengan makna komponen-komponennya, misalnya : alih tugas, gaji pokok, jago tinju, jual beli, kereta kuda.

Kompositum semi-idiomatis adalah kompositum yang salah satu komponennya mengandung makna khas yang ada dalam konstruksi itu saja, misalnya : anak angkat, banting harga, gatal tangan, harga diri, jual tampang.

Kompositum idiomatis adalah kompositum yang maknanya tidak sama dengan makna komponen-komponennya, misalnya banting tulang, buah bibir, bulan madu, jantung hati, makan angin.



Urutan Proses dalam Komposisi

Komposisi atau pemajemukan mungkin terjadi bersama-sama dengan reduplikasi dan afiksasi atau proses lainnya. Ada beberapa kemungkinan proses terjadinya. Pertama komposisi terjadi serempak dengan pengulanga; misalnya : hal ihwal, adat istiadat, lenggang lenggok. Kedua komposisi terjadi lebih dulu daripada pengulangan atau komposisi diikuti oleh pengulangan, misalnya : anak-anak angkat, meja-meja makan, kamar-kamar gelap. Ketiga komposisi lebih dahulu terjadi daripada afiksasi atau komposisi diikuti oleh afiksasi, misalnya : membanting tulang, berdarah dingin, melipatgandakan, disebarluaskan, penyalahgunaan. Keempat komposisi diikuti pemendekan yang berupa akronim, singkatan, dan angka, misalnya : asal bunyi ® asbun, peluru kendali ® rudal, pedoman penghayatan dan pengamalan pancasila ® P-4, kaki lima ® K-5.



Tipe Konstruksi Kompositum

Kridalaksana (1989) membagi kompositum atas lima golongan (tipe):

Kompositum subordinatif substantive, yang disebut tipe A;

Kompositum subordinatif atributif, yang disebut tipe B;

Kompositum koordinatif, yang disebut tipe C;

Kompositum berproleksem, yang disebut tipe D;

Kompositum sintesis, yang disebut tipe E.

Klasifikasi atas kelima golongan itu didasarkan pada hal-hal berikut :

Status komponen-komponen kompositum itu sehingga dibedakan tipe A dan tipe B, yang komponen-komponennya berstatus berlainan (subordinatif), dan tipe C, yang komponen-komponennya berstatus sederajat (koordinatif). Tipe D dan E ada di luar ketiganya.

Hubungan di antara kompositum itu dengan satuan lain yang ada di luarnya sehingga dibedakan tipe A, yang bersifat mandiri bila dilihat hubungannya dengan makna satuan diluarnya, daripada tipe B, yang makna salah satu komponennya tergantung dari makna satuan diluarnya.

Hubungan makna di antara komponen-komponen kompositum itu yang menghasilkan beberapa subtipe.

Tipe A : Kompositum Subordinatif Substantif

Tipe ini mencakupi 19 subtipe. Kesamaan diantaranya ialah bahwa semua kompositum itu merupakan kompositum substantif dan tidak ada penghubung berupa partikel atau afiks di antara komponen-komponennya. Di antara kompositum-kompositum tersebut, ada yang diawali oleh leksem verbal, tetapi sebagai kompositum konstruksi tersebut merupakan kompositum nominal.

Tipe B : Kompositum Subordinatif Atributif

Tipe ini mencakupi 16 subtipe. Kesamaan di antaranya ialah bahwa semua kompositum ini merupakan kompositum atributif (yang sebagaian besar juga berfungsi secara predikatif) dan sebagai satuan maknanya tergantung dari nomina diluar kompositum itu, jadi bersifat peka konteks.

Tipe C : Kompositum Koordinatif

Tipe ini seluruhnya bersifat koordinatif. Urutan komponennya tetap dan tidak dapat dibalikan atau ditukar posisinya. Cirri tersebut membedakan dengan gabungan leksem yang dapat dibalikan seperti bapak ibu dan ibu bapak, pulang pergi dan pergi pulang, yang member kesempatan kepada pemakai bahsa memilih mana yang akan didahulukan atau mengungkapkan apa yang dimaksud. Tipe ini terdiri atas 7 subtipe, yang diklasifikasikan berdasarkan hubungan makna di antara komponen-komponennya.

Tipe D : Kompositum Berproleksem

Tipe ini mencakupi gabungan proleksem dengan leksem. Proleksem yang dimaksudkan ialah yang berasal dari bahasa asing (Sanskerta, Latin, Yunani) dan sudah lazim dalam pembentukan kata bahasa Indonesia.

Tipe E : Kompositum Sintesis

Tipe ini mrupakan kompositum yang sekurang-kurangnya satu komponennya berupa bentuk terikat. Di antara bentuk-bentuk terikat ini ada yang merupakan aloleksi dari bentuk bebas. Kompositum sintesis semacam itu berasal dari bahasa asing dan sebagian besar merupakan kosa kata ilmu dan teknologi.



Kompositum sebagai Gejala Pertautan Argumen

Yang dimaksudkan dengan pertautan argument ( noun incorporation ) ialah peleburan suatu argument ke dalam predicator sehingga terbentuk predicator baru. Misalnya dalam proposisi Salim mempunyai rumah bagus terdapat argument rumah bagus yang dapat ditautkan dengan mempunyai  menjadi Salim berumah bagus. Pertautan itu ada yang menyangkut afiksasi, ada pula yang menyangkut penggabungan leksem.























BAB III

PENUTUP



Kesimpulan

Komposisi, disebut juga pemajemukan atau perpaduan, ialah proses penggabungan dua leksem atau lebih yang membentuk suatu kata. Hasil proses ini bisa disebut paduan leksem, kompositum atau kata majemuk.

Sebuah kompositum mungkin berupa gabungan kata dan kata atau semua komponennya berupa kata.

Jenis kompositum menurut konstruksi unsurnya, kompositum dapat dibedakan atas :

Kompositum atau kata majemuk simpleks

Kompositum atau kata majemuk kompleks

Jenis kompositum menurut maknanya, kompositum dapat dibedakan atas :

Kompositum non-idiomatis

Kompositum semi-idiomatis

Kompositum idiomatis

Komposisi atau pemajemukan mungkin terjadi bersama-sama dengan reduplikasi dan afiksasi atau proses lainnya. Ada beberapa kemungkinan proses terjadinya. Pertama komposisi terjadi serempak dengan pengulangaKedua komposisi terjadi lebih dulu daripada pengulangan atau komposisi diikuti oleh pengulangan Ketiga komposisi lebih dahulu terjadi daripada afiksasi atau komposisi diikuti oleh afiksasi. Keempat komposisi diikuti pemendekan yang berupa akronim, singkatan, dan angka.



Tipe Konstruksi Kompositum Kridalaksana (1989) membagi kompositum atas lima golongan (tipe):

Kompositum subordinatif substantive, yang disebut tipe A;

Kompositum subordinatif atributif, yang disebut tipe B;

Kompositum koordinatif, yang disebut tipe C;

Kompositum berproleksem, yang disebut tipe D;

Kompositum sintesis, yang disebut tipe E


0 komentar:

Posting Komentar

 

Blogger news

Blogroll

Change Background of This Blog!


Pasang Seperti Ini

About