Pages

Minggu, 26 Agustus 2018

TK TPA NURUL FALAH PANCIRO KABUPATEN GOWA
PENGASUH
Dra. Suriaty









Minggu, 19 Agustus 2018

MORFOLOGI LENGKAP TENTANG KOMPOSISI


MORFOLOGI

KOMPOSISI
  

A.    Pengertian komposisi menurut Abdul Chaer (2008:209)

Komposisi adalah proses penggabungan dasar dengan dasar (biasa berupa akar maupun bentuk berimbuhan) untuk mewadahi suatu “konsep” yang belum tertampung dalam sebuah kata. Seperti kita ketahui bahwa konsep-konsep dalam kehidupan kita banyak sekali, sedangkan jumlah kosakata terbatas. Oleh karena itu, proses komposisi ini dalam bahasa Indonesia merupakan satu mekanisme yang cukup penting dalam pembentukkan dan pengayaan kosakata.

Jenis-jenis komposisi menurut Abdul Chaer (2008:210)

1.      Komposisi dalam peristilahan

Beberapa istilah yang selama ini digunakan dalam berbagai literatur tata bahasa Indonesia. Istilah pertama yang banyak digunakan adalah kata majemuk (lihat Alisjahbana, 1953). Istilah ini digunakan untuk mengacuh kepada konsep “gabungan dua buah kata atau lebih” yang memiliki makna baru. Misalnya, bentuk kumis kuncing dalam arti ‘sejenis tanaman yang ...’ adalah sebuah kata majemuk; tetapi kumiskucing dalam arti ‘kumis dari seekor kucing’ bukanlah kata majemuk.

Dari uraian diatas dapat ditarik dua kesimpulan. Pertama, konsep kata majemuk seperti yang dimaui Alisyahbana adalah identik dengan konsep idiom dalam kajian simantik. Kedua, dibuatnya dikolomi kata majemuk dan bukan kata majemuk.

Untuk pembicaraan komposisi, Fokker (1951) menggunakan istilah kelompok kata, yang dibedakannya atas kelompol longgardan kelompok erat. Dengan kelompok longgar dimaksudkan untuk kelompok kata yang hubungan antara unsur-unsurnya bersifat tidak mengikat. Sedangkan yang dimaksud dengan kelompok erat adalah kelompok yang hubungan antara unsur-unsurnya bersifat erat dan tidak erat dan tidak dapat dipisahkan. Kalau dibandingkan dengan peristilahan yang digunakan Alisyahbana, maka kelompok longgar sama dengan yang bukan kata majemuk dan kelompok erat sama dengan kata majemuk.

Dalam pembicaraan komposisi C.A. Mees (1957) menggunakan istilah kata majemukdan aneksi. Dengan kata istilah kata majemuk dimaksudkan untuk gabungan kata yang memiliki makna idiomatik, persis sama dengan yang digunakan Alisyahbana. Sedangkan istilah aneksi dimaksudkan untuk menyebut gabungan kata yang maknanya masih dapat ditelusuri secara gramatikal, seperti lukisan Yusuf memiliki makna ‘lukisan milik Yusuf’ atau ‘lukisan buatan Yusuf’. Jadi, C.A. Mees menggunakan istilah kata majemuk untuk komposisi yang bermakna idiomatik, dananeksi untuk komposisi yang bukan bermakna idiomatikal.

Sementara itu dalam buku Pedoman Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakanbentuk-bentuk seperti duta besar, disebutnya “gabungan kata yang lazim disebut kata majemuk”. Pernyataan ini tentu menimbulkan banyak masalah, sebab bentuk seperti duta besar dimaksudkan dalam satu konsep dan istilah.

Mengenai komposisi, Kridalaksana (1989) menyamakan istilah komposisi sama dengan perpaduan atau pemajemukan, yaitu proses penggabungan dua leksem atau lebih yang membentuk kata. Hasil proses itu disebut paduan leksem atau komposetum, yang menjadi calon kata majemuk. Kridalaksana (1989) juga menjelaskan kalau kata majemuk yang berasal dari paduan leksem atau komposetum adalah hasil proses morfologi, maka yang disebut frase adalah hasil proses sintaksis. Frase dibentuk dari pemaduan kata dengan kata, bukan leksem dengan leksem. Jadi, dengan kata lain kalau komposisi adalah masa morfologi, maka frase adalah masalah sintaksis. Oleh karena itu, ada kemungkinan adanya sebuah data kebahasaan bila dilihat dari segi morfologi sebagai sebuah komposisi, tetapi kalau dilihat dari segi sintaksis sebagai sebuah frase.

1.                  Aspek simantik komposisi

Tujuan utama membentuk komposisi adalah untuk menampung atau mewadahi konsep-konsep yang ada dalam kehidupan kita tetapi belum ada wadahnya dalam bentuk sebuah kata. Dilihat dari usaha untuk menampung konsep-konsep ini dapat dibedakan adanya lima macam komposisi.

a.                   Komposisi yang menampung konsep-konsep yang digabungkan sederajat, sehingga membentuk komposisi yang koordinatif. Misalnya, penggabungan dasar makan dan dasar minum menjadi komposisi makan minum. Makna gramatikal hasil penggabungan koordinatif bisa ‘dan’ bisa juga ‘atau’ tergantung pada konteks kalimatnya; bisa juga bermakna idiomatik.

Contoh lain: baca tulis            ‘baca dan tulis’

b.                  Komposisi yang menampung konsep-konsep yang digabung tidak sederajat, sehingga melahirkan komposisi yang subordinatif. Dalam komposisi ini unsur pertama merupakan unsur utama dan unsur kedua merupakan unsur penjelas. Misalnya dasar sate sebagai unsur utama digabung dengan dasar ayam sebagai unsur penjelas menjadi komposisi sate ayam yang bermakna gramatikal ‘sate yang berbahan daging ayam’.

Makna gramatikal komposisi subirdinatif ini memang tergantung pada komponen makna yang dimiliki unsur kedua. Seperti pada contoh diatas pada sate ayam, dasar ayam memiliki komponen makna (+ bahan); pada contoh kedua dasar madura memiliki komponen makna (+tempat); dan pada contoh ketiga dasar lontong memiliki komponen makna (+campuran). Bagaimana dengan makna gramatikal sate pak kumis? Unsur pak kumis memiliki komponen makna (+pembuat). Jadi, komposisi sate pak kumis memiliki makna gramatikal ‘sate buatan pak kumis’.

c.                   Komposisi yang menghasilkan istilah, yakni yang maknanya sudah pasti, sudah tertentu, meskipun bebas dari konteks kalimatnya, karena sebagai istilah hanya digunakan dalam bidang ilmu atau kegiatan tertentu. Makna istilah dalam komposisi ini tidak ditentukan oleh hubungan kedua unsurnya, melainkan ditentukan oleh keseluruhannya.

Beberapa contoh istilah dalam bentuk komposisi:

1.                  Istilah Olahraga:

-                      Tolak peluru

-                      Angkat besi

-                      Terjun payung

-                      Terbang melayang

-                      Balap sepeda

2.                  Istilah Linguistik:

-                      Fonem vokal

-                      Morfem bebas

-                      Frase endosentrik

-                      Klausa verbal

-                      Kalimat inti

3.                  Istilah Politik:

-                      Suaka politik

-                      Hak angket

-                      Hak pillih

-                      Hak prerogatif

-                      Sidang paripurna

4.                  Istilah Pendidikan:

-                      Buku ajar

-                      Tahun ajaran

-                      Guru bantu

-                      Model pembelajaran

-                      Data kependidikan

5.                  Istilah Agama (Islam):

-                      Hadis shahih

-                      Ayat kursi

-                      Wali hakim

-                      Zakat fitrah

-                      Ibadah haji

d.                  Komposisi pembentuk idiom, yakni penggabungan dasar dengan dasar yang menghasilkan makna idiomatik, yaitu makna yang tidak dapat diprediksi secara leksikal dan maupun gramatik. Misalnya, penggabungan meja dengan dasar hijau yang menghasilkan komposisi meja hijau dengan makna ‘pengadilan’. Berikut adalah contoh komposisi idiomatik lainnya:

-                      Memeras keringat                   ‘bekerja keras’

-                      Membanting tulang                ‘bekerja keras’

-                      Menjual gigi                            ‘tertawa keras-keras’

-                      Berat tapseng                          ‘sudah tua’

-                      Bau kecur                                ‘(masih) kanak-kanak’

Sebetulnya, ada dua macam bentuk komposisi idiomatik, yaitu, pertama, yang berupa idiom penuh dimana semua unsurnya merupakan satu kesatuan, seperti contoh diatas. Yang kedua adalah idiom sebagian, yaitu idiom yang salah satu unsurnya masih bermakna leksikal misalnya.

-                      Daftar hitam, ‘daftar yang berisi nama-nama orang yang diduga berbuat salah’

-                      Baju kebesaran, ‘baju berkenaan dengan kepangkatan’

-                      Gaji buta, ‘gaji yang diterima meskipun sudah tidak bekerja’.

e.                   Komposisi yang menghasilkan nama, yakni yang mengacu pada sebuah wujud dalam dunia nyata. Misalnya, Griya Matraman, Stasiun Gambir dan Selat Sunda.

2.                  Pengembangan komposisi

Bahwa maksud utama pembentukkan komposisi adalah untuk mewadahi konsep-konsep yang ada dalam kehidupan nyata tetapi belum ada kosakatanya dalam bentuk tunggal. Pada tahap pertama tentunya komposisi baru berupa penggabungan dua buah dasar, seperti dasar kereta dengan dasar api menjadi komposisi kereta api. Namun, kemudian akibat perkembangan teknologi dan budaya kereta api dapat digabungkan lagi dengan dasar ekspres sehingga menjadi kereta api ekspres. Selanjutnya, komposisi kereta api ekspres dapat digabung lagi dengan dasar malam menjadi komposisi kereta api ekspres malam. Malah kemudian komposisi  kereta api ekspres malam ini dapat digabung lagi dengan komposisi luar biasa sehingga menjadi kereta api ekspres malam luar biasa.

a.       Komposisi Nomina

    Komposisi nomina adalah komposisi yang pada satuan klausa berkategori nomina. Misalnya,komposisi kakek nenek dan baju baru pada kedua kalimat berikut:

-          Kakek nenek pergi berlebaran.

-          Mereka memakai baju baru.

    Pengisi fungsi subjek komposisi kakek nenek berkatagori nomina dan pengisi fungsi objek komposisi baju baru juga berkategori nomina. Komposisi nominal dapat dibentuk dari dasar:  nomina+ nomina, kakek nenek+meja kayu. (Abdul Chaer,2008:216)

è Komposisi Nominal Bermakna Gramatikal

    Makna gramatikal adalah makna yang muncul dalam proses penggabungan dasar dengan dasar  dalam pembentukan sebuah komposisi. Makna gramatikal pembentukan komposisi nominal antara lain: (Abdul Chaer,2008:217)

1.’gabungan biasa’ kedua unsurnya dapat disisipkan kata dan. Apabila kedua unsurnya memiliki komponen makna:

a.(+pasangan antonym relasional). Misalnya,ayah ibu , guru murit.

b.(+anggota dari satu medan makna). Misalnya,topan badai, sawah lading.

2.’bagian’,kedua unsurnya dapat disisipkan kata dari. Apabila unsur pertama memiliki komponen makna (+ bagian dari unsur kedua) dan unsur kedua memiliki komponen makna (+keseluruhan yang mencakup unsur pertama). Misalnya,awal tahun,akhir bulan.

3.’kepunyaan atau pemiliki’kedua unsurnya dapat disisipkan kata milik. Apabila unsur pertama memiliki komponen makna (+benda termiliki) dan unsur kedua memiliki komponen makna (+insan),(+yang diinsankan) atau (+pemilik). Misalnya,sepatu adik.

4.’asal bahan’ kedua unsurnya dapat disisipkan kata tersebut dari. Apabila unsur pertamanya memiliki komponen makna (+bahan pembuat unsur pertama). Misalnya,cincin emas,sate ayam.

5.’asal tempat’ kedua unsurnya dapat disisipkan kata berasal dari.apabila unsur kedua memiliki makna (+tempat berasalnya unsur pertama). Misalnya,sate padang,jeruk bali.

6.’bercampur atau dicampur dengan’ kedua unsurnya dapat disisipkan kata bercampur. Apabila unsur kedua memiliki komponen makna (+pencampur pada unsur pertama). Misalnya,teh susu, roti keju.

7.’hasil buatan’ kedua unsurnya dapat disisipkan kata buatan. Apabila unsur kedua memiliki komponen makna (+pembuat unsur pertama). Misalnyal,puisi Chairil.

8.’tempat melakukan sesuatu’kedua unsurnya dapat disisipkan kata tempat. Apabila unsur pertama memiliki komponen makna (+ruang) dan unsur kedua memiliki komponen makna (+tindakan). Misalnya, kamar periksa,rumah makan.

9.’kegunaan tertentu’ kedua unsurnya dapat disisipkan kata untuk. Apabila unsur pertama memiliki komponen makna (+kegunaan) dan komponen kedua memiliki komponen makna (+tindakan). Misalnya uang belanja, mobil dinas.

10.’bentuk’ kedua unsurnya dapat disisipkan kata berbentuk. Apabila unsur pertama memiliki komponen makna (+benda) dan unsur kedua memiliki komponen makna (+bentuk) atau (+wujud). Misalnya, meja bundar, rumah mungil.

11.’jenis’kedua unsurnya dapat disisipkan kata jenis. Apabila unsur pertama memiliki komponen makna (+ benda generik),sedangkan unsur kedua memiliki komponen makna (+benda spesifik). Misalnya,mobil sedan, pisau  lipat.

12.’keadaan’ kedua unsurnya dapat disisipkan kata dalam keadaan. Apabila unsur pertama memiliki komponen makna(+benda) dan unsur kedua memiliki komponen makna (+keadaan). Misalnya, mobil rusak,daerah kumuh.

13.’seperti atau menyerupai’ kedua unsurnya dapat disisipkan kata seperti atau serupa. Apabila unsur pertama memiliki komponen makna (+benda buatan) dan unsur kedua memiliki komponen makna (+ciri khas benda). Misalnya, gula pasir,akar rambut.

14.’jender atau jenis klamin’ kedua unsurnya dapat disisipkan kata berkelamin. Apabila unsur pertama memiliki komponen makna (+makhluk) dan komponen kedua memiliki komponen makna (+gender). Misalnya,ayam jantan, sapi betina.

15.’model’kedua unsurnya dapat disisipkan kata model. Apabila unsur pertama memiliki komponen makna (+ benda buatan) dan unsur kedua memiliki komponen makna (+cirri khas dari sesuatu). Misalnya, celana jengki, topi koboi.

16.’memakai atau menggunakan’kedua unsurnya dapat disisipkan kata memakai. Apabila unsur pertama memiliki komponen makna (+benda alat) dan unsur kedua memakai komponen makna (+bahan yang digunakan). Misalnya, kapal layar,mesin uap.

17.’yang di…’kedua unsurnya dapat disisipkan kata yang di…makna gramatikal ‘yang di…’apabila unsur kedua memiliki komponen makna (+perlakuan terhadap unsur pertama). Misalnya, anak angkat,ayam goring.

18.’ada di…’kedua unsurnya dapat disispkan kata di.apbila unsur pertama memiliki komponen makna (+kegiatan) dan unsur kedua memiliki komponen makna (+ruang) atau (+tempat). Misalnya,bajak laut, kapal udara.

19.’yang (biasa) melakukan’kedua unsurnya dapat disisipkan kata yang melakukan atau yang mengerjakan. Apabila unsur pertama memiliki komponen makna (+pelaku) dan unsur kedua memiliki komponen makna (+ tindakan) atau (+ kegiatan). Misalnya, jago balap,jago makan.

20.’wadah atau tempat’ kedua unsurnya dapat disisipkan kata wadah atau tempat. Apabila unsur pertama memiliki komponen makna (+wadah) dan unsur kedua memiliki komponen makna (+benda berwadah). Misalnya,kaleng cat,botol kecap.

21.’letak atau posisi’ kedua unsurnya dapat disisipkan kata yang berada di..,apabila unsur pertama memiliki komponen makna (+posisi). Misalnya,pintu depan,ruang dalam.

22.’mempunyai atau dilengkapi dengan’ kedua unsurnya dapat disisipkan kata mempunyai atau dilengkapi dengan. Apabila unsur pertamanya memilki komponen makna (+ benda alat) dan komponen kedua memiliki komponen makna (+pelengkap). Misalnya, kursi roda.

23.’jenjang,tahap atau tingkat’kedua unsurnya dapat disisipkan kata tahap atau tingkat. Apabila unsur pertamanya memiliki komponen mekna (+kegiatan) dan unsur kedua memiliki komponen makna (+tahap) atau (+tingkatan). Misalnya,sekolah dasar, pemain pemula.

24.’rasa atau bau’ kedua unsurnya dapat disisipkan kata yang rasanya atau yang baunya. Apabila unsur pertamanya memiliki komponen makna (+benda rasa) atau (+benda bau). Misalnya,kacang asin, gulai pedas. (Abdul Chaer,2008:217)

è Komposisi Nominal Bermakna Idiomatikal

    Komposisi nominal memiliki makna idiomatik,baik berupa idiom penuh maupun berupa idiom sebagian. Idiom penuh artinya seluruh komposisi itu memiliki makna yang tidak dapat diprediksi secara leksikal maupun secara gramatikal. Misalnya, orang tua,dalam arti ayah ibu.

    Apabila idiomatic dalam konteks kalimatnya. Misalnya,semua orang tua murid sudah hadir di aula. Sedangkan komposisi orang tua dalam kalimat. Misalnya,”siapa nama orang tua yang duduk di sana itu?”

    Komposisi yang berupa idiom sebagian adalah yang salah satu unsurnya masih memiliki makna leksikalnya,seperti komposisi daerah hitam. Kata daerah pada komposisi daerah hitam masih memiliki makna leksikalnya. Sedangkan makna idiomatik adalah kata hitam. (Abdul Chaer,2008:222)

è Komposisi Nominal Metaforis

    Komposisi nominal yang salah satu unsurnya digunakan secara metaforis, yakni dengan mengambil salah satu komponen makna yang dimiliki oleh unsur tersebut. Misalnya,unsur kaki pada komposisi kaki gunung diberi makna metaforis dari komponen makna kaki (+terletak pada bagian bawah). (Abdul Chaer,2008:223)

è Komposisi Nominal Nama dan Istilah

    Sebagian nama atau istilah komposisi ini tidak bermakna gramatikal,tidak bermakna idiomatik,juga tidak bermakna metaforis. Misalnya, nama“Apotik Rini” istilah“suku cadang”. (Abdul Chaer,2008:224)

è Komposisi Nominal dengan Adverbia

    Makna komposisi nominal dengan adverbial ditentukan oleh makna “leksikal”. Adverbial yang menyatakan negasi yaitu bukan,tiada dan tanpa dan adverbial menyatakan jumlah yaitu berapa, banyak,sedikit,sejumlah,jarang,kurang. Misalnya, -bukan anjing,- tiada air. (Abdul Chaer,2008:224)

b.      Komposisi Verbal

    Komposisi verba adalah komposisi yang pada satuan klausa berkategori verbal. Misalnya komposisi menyanyi menari dapat berupa kalimat: -mereka menyanyi menari sepanjang malam. (Abdul Chaer,2008:225)

Komposisi dapat dibentuk dari dasar:

a.       Verba +verba,seperti menyanyi menari, datang menghadap, duduk termenung.

b.      Verba + nomina,seperti gigit jari,membanting tulang,makan tangan.

c.       Verba +ajektifa,seperti lompat tinggi,lari cepat,berkata keras.

d.      Adverbial + verba,seperti sudah makan,tidak datang, belum jumpa.


è Komposisi Verbal Bermakna Gramatikal

    Proses pembentukan komposisi verbal muncul beberapa makna gramatikal,antara lain adalah makna yang menyatakan: (Abdul Chaer,2008:226)

1.’gabungan biasa’kedua unsurnya dapat disipkan kata dan.

a.kedua unsurnya memiliki komponen makna yang sama,sebagai dua buah kata bersinonim. Misalnya,bimbang ragu,bujuk rayu,caci maki.

b.kedua unsurnya merupakan anggota dari satu medan makna. Misalnya, belajar mengajar.

c.kedua unsurnya merupakan pasangan berantonim. Misalnya,jual beli,jatuh bangun.

2.’gabungan mempertentangkan’ kedua unsurnya dapat disisipkan kata atau. Apabila kedua unsurnya merupakan pasangan berantonim. Misalnya,hidup mati,gerak diam,pulang pergi.

3.’sambil’ kedua unsurnya dapat disisipkan kata sambil. Apabila kedua unsur itu merupakan dua tindakan yang dapat dilakukan bersamaan,hanya unsur pertama harus memiliki komponen makna (+tindakan) dan (+gerak),sedangkan unsur kedua memiliki komponen makna (+ tindakan) dan (+gerak). Misalnya, datang membawa,datang menangis.

4.’lalu’ kedua unsurnya dapat disisipkan kata lalu. Apabila unsur pertamanya memiliki komponen makna (+ tindakan) dan (+ gerak) unsur kedua memiliki komponen makna (+ tindakan) dan (+ gerak). Misalnya,datang berteriak-teriak, datang marah-marah.

5.’untuk’ kedua unsurnya dapat disisipkan kata untuk. Apabila unsur pertamanya memiliki komponen makna (+ tindakan) dan (+ gerak) unsur kedua memiliki komponen makna (+ tindakan) dan (+ sasaran). Misalnya, datang meangih(hutang), pergi membayar (pajak).

6.’dengan’ kedua unsurnya dapat disisipkan kata dengan. Apabila unsur pertama memiliki komponen makna(+ tindakan) dan (+ gerak) dan unsur kedua memiliki komponen makna (+ tinadakan) dan (+ keadaan). Misalnya, datang merangkak,ngesot,datang.

7.’secara’ kedua unsurnya dapat disisipkan kata secara. Apabila unsur pertama memiliki komponen makna (+tindakan) dan unsur kedua memiliki komponen makna (+ cara). Misalnya, terjun bebas, makan besar-besaran,lari cepat.

8.’alat’ kedua unsurnya dapat disisipkan kata alat. Apabila unsur pertama memiliki komponen makna (+ tindakan) dan unsur kedua memiliki komponen makna (+ alat) atau (+ yang digunakan). Misalnya, balap mobil, balap sepeda, lempar lembing.

9.’waktu’ kedua unsurnya dapat disisipkan kata waktu. Apabila unsur pertama memiliki komponen makna (+ kegiatan) dan unsur kedua memiliki komponen makna (+ saat) atau (+ ketika). Misalnya, ronda malam, jaga malam, apel pagi.

10.’karena’ kedua unsurnya dapat disisipkan kata karena. Apabila unsur pertama memiliki komponen makna (+ kejadian) dan unsur kedua memiliki komponen makna (+ penyebab). Misalnya, cerai mati, mabuk laut, mabuk udara.

11.’terhadap’ kedua unsurnya dapat disisipkan kata terhadap atau akan. Apabila unsur pertamanya memiliki komponen makna (+ peristiwa) dan unsur kedua memiliki komponen makna (+ bahaya). Misalnya, kedap air, kedap suara, tahan panas.

12.’menjadi’ kedua unsurnya dapat disisipkan kata menjadi. Apabila unsur pertama memiliki komponen makna (+ penyebab) dan unsur kedua memiliki komponen makna (+ akibat). Misalnya, jatuh cinta, jatuh sakit, jatuh miskin.

13’sehingga’ kedua unsurnya dapat disisipkan kata sehingga atau sampai. Apabila unsur pertamanya memiliki komponen makna (+ tindakan) dan unsur kedua memiliki komponen makna (+ kesudahan). Misalnya, tembak mati, tembak jatuh, beri tahu.

14.’menuju’ kedua unsurnya dapat disisipkan kata ke atau menuju. Apabila unsur pertama memiliki komponen makna (+ gerak arah) dan unsur kedua memiliki komponen makna (+ arah tujuan). Misalnya, belok kiri, naik darat, pulang kampung.

15.’arah kedatangan’ kedua unsurnya dapat disisipkan kata dari. Apabila unsur pertama memiliki komponen makna (+ gerak arah) dan unsur kedua memiliki komponen makna (+ tempat kegiatan). Misalnya, pulang kantor, pulang kerja, usai sekolah.

16.’seperti’ kedua unsurnya dapat disisipkan kata seperti atau sebagai. Apabila unsur pertamanya memiliki komponen makna (+ keadaan) dan unsu kedua memiliki komponen makna (+ perbandingan). Misalnya, lurus tabung, mati kutu, buta ayam. (Abdul Chaer,2008:226)

è Komposisi Verbal Bermakna idiomatikal

    Komposisi verbal yang bermakna idiomatikal, yaitu makna yang tidak dapat ditelusuri atau diprediksi baik secara leksikal maupun gramatikal. Misalnya, makan garam dalam arti ‘pengalaman’, makan kerawat dalam arti ‘sangat miskin’.

    Komposisi verba bermakna idiomatikal ini berstruktur  verba + nomina atau berupa klausa predikat + objek atau objek + pelengkap. Namun maknanya bukan makna gramatikal atau makna sintaktikal melainkan makna idiomatikal tersebut.

    Berkenaan dengan konstruksi predikat + objek ini, maka makna verba yang menjadi predikat itu sangat bergantung pada nomina, sebagai objek yang mengikutinya. Contoh, (a) bermakna gramatikal, contoh, makan tempe, makan tahu. (b) bermakna idiomatikal. Contoh, makan tangan, makan hati. (c) bermakna polisemi. Contoh, makan ongkos, makan waktu. (Abdul Chaer,2008:229)

è Komposisi Verbal dengan Adverbia

    Verba sebagai pengisi fungsi predikat dalam sebuah klausa sering kali didampingi oleh sebuah adverbial atau lebih. Adverbial pendamping verba adalah : (Abdul Chaer,2008:231)

a.       adverbia negasi : tidak, tak, tanpa.

b.      adverbia kala : sudah, sedang, akan.

c.       adverbia keselesaian : sudah, sedang, tengah

d.      adverbia aspectual : boleh, wajib, harus

e.       adverbia frekuensi : sering, jarang, pernah

f.       adverbia kemunkinan : mungkin, pasti, barang kali


    verba di dampingi oleh dua adverbia atau lebih berikut adalah contoh komposisi dengan kelas adverbia :

-       tidak makan

-       harus datang

-       tidak akan makan


c.       Komposisi Ajektifa

    Komposisi adjektifa adalah komposisi yang pada satuan klausa, berkategori ajektifa. Misalnya, komposisi cantik molek dan kaya miskin dalam klausa berikut : (Abdul Chaer,2008:231)

-       Gadis yang cantik moleh itu duduk termenung.

-       Kaya miskin dihadapan Allah sama saja.

    Komposisi ajektifal dapat dibentuk dari dasar :

a.       Ajektifa + ajektifa, seperti tua muda, besar kecil, dan putih baru.

b.      Ajektifa + nomina, seperti merah darah, keras hati, dan biru laut.

c.       Ajektifa + verba, seperti takut pulang, malu bertanya, dan berani pulang.

d.      Adverbia + ajektifa, seperti tidak berani, sangat indah, dan agak nakal.


è Komposisi Ajektival Bermakna Gramatikal

    Proses pembentukannya muncul sejumlah makna gramatikal, antara lain, adalah makna yang menyatakan : (Abdul Chaer,2008:232)

(1)‘gabungan biasa’, kedua unsurnya dapat disisipkan kata dan. Apabila kedua unsurnya :

a.    Memiliki komponen makna yang sama sebagai pasangan bersinonim. Misalnya, cantik molek, gagah berani, segar bugar.

b.    Memiliki komponen makna yang berkebalikan sebagai pasangan berantonim atau beroposisi. Misalnya, tua muda, besar kecil, baik buruk.

c.    Memiliki komponen makna yang sejalan atau tidak bertentangan. Misalnya, bulat panjang, gemuk pendek, tinggi kurus.

(2)‘alternatif atau pilihan’ , kedua unsurnya dapat disisipkan kata atau. Apabila kedua unsurnya memiliki komponen maka yang bertentangan sebagai pasangan berantonim. Misalnya, buruk baik, panjang pendek kalah menang.

Kedua, komposisi dari dua buah unsur yang komponen maknanya berkebalikan, tetapi bukn merupakan antonim, disisipi kata tetapi di antara unsurnya. Misalnya, nakal tetapi pandai, bodoh tetapi rajin.

(3)‘seperti’, kedua unsurnya dapat disisipkan kata seperti. Apabila unsur pertama memiliki komponen makna (+ warna) sedangkan unsur kedua memiliki komponen makna (+ benda berwarna). Misalnya, merah jambu, merah darah, hijau daun. 

(4)‘serba’, apabila kedua unsurnya berupa dasar yang sama dan memiliki komponen makna yang sama. untuk membedakan maknanya, perlu contoh dalam bentuk kalimat. Berikut kalimat (a) adalah komposisi dan kalimat (b) adalah reduplikasi.

a.       Mereka memakai pakaian putih-putih.

Warna seragam mereka biru-biru

Senjatanya hanya pentungan bulat-bulat.

b.      Putih-putih harus dibawanya

kumpulkan yang biru –biru,yang lainnya buang saja.

Bulat-bulat ditelannya anak ikan itu.

(5)‘untuk’, kedua unsurnya dapat disisipkan kata untuk. Apabila unsur pertama memiliki komponen makna (+ sikap batin) dan unsur kedua memiliki komponen makna (+ kejadian) atau (+ peristiwa). Misalnya, takut mati, takut pulang, berani mati.

(6)‘kalau’, kedua unsurnya dapat disisipkan kata kalau. Apabila unsur pertamanya memiliki komponen makna (+ perasaan batin) dan unsur kedua memiliki komponen makna (+ tindakan). Misalnya, sedih mendengar, senang meihat. (Abdul Chaer,2008:232)

è Komposisi Ajektival Bermakna Idiomatikal

    Komposisi ajektival bermakna idiomatikal, yakni makna yang tidak dapat diprediksi secara leksikal maupun gramatikal. Misalnya, panjang usus dalam arti ‘sabar’, tinggi hati dalam arti ‘angkuh’. (Abdul Chaer,2008:234)

è Komposisi Ajektival Bermakna Adverbial

    Ada dua macam adverbial yang mendampingi ajektiva untuk emmbentuk komposisi ajektival, yaitu : (Abdul Chaer,2008:234)

-       Adverbia negasi : tidak.

-       Adverbia derajat : agak, sama, lebih, kurang, sangat, amat, sekali.

   Contoh-contoh pemakaian :

Ø tidak bagus, tidak baik, tidak mudah, tidak lurus, dan tidak cantik.

Ø Agak tinggi, agak lurus, sama baik, sama tinggi, lebih jauh, lebih muda, kurang indah, kurang rapat, sangat panjang, sangat lurus, amat baik, amat

Diberdayakan oleh Blogger.


MAKALAH LENGKAP MORFOLOGI MATERI KOMPOSISI


Morfologi: Komposisi (Pemajemukan)


BAB I

PENDAHULUAN



Latar Belakang

Proses morfologis merupakan proses pembentukan kata dengan cara menggabungkan morfem yang satu dengan morfem yang lain sehingga menghasilkan kata. Proses gramatikal akan memunculkan adanya makna gramatikal atau makna gramatis, yaitu makna yang timbul akibat bertemunya morfem yang satu dengan morfem yang lain.

Kata yang mengalami proses morfologis itu mempunyai dua ciri yaitu (1) polimorfemis, terdiri atas lebih dari satu morfem, dan (2) mempunyai makna gramatis atau makna gramatikal. Ada tiga cara yang bisa dilakukan dalam proses morfologi bahasa Indonesia. Ketiga cara itu antara lain: (1) afiksasi, yaitu proses pembentukan kata dengan cara menggabungkan bentuk dasar dengan afiks sehingga menghasilkan kata berimbuhan, (2) reduplikasi, yaitu proses pembentukan kata dengan cara menggabungkan bentuk dasar dengan morfem ulang {R} sehingga menghasilkan kata ulang, dan (3) pemajemukan, yaitu proses pembentukan kata dengan cara menggabungkan bentuk dasar yang satu dengan bentuk dasar yang lain sehingga menghasilkan kata majemuk yang memiliki makna baru.

Dalam pemajemukan sering terjadi permasalahan, baik dalam perlakuan terhadap kata majemuk maupun kerancuannya dengan bentuk yang lain (dalam hal ini adalah frasa, idiom, dan reduplikasi berubah bunyi). Oleh karena itu, penulis menyusun makalah yang membahas perlakuan terhadap pemajemukan (komposisi) yaitu proses penggabungan dua leksem atau lebih.







Rumusan Masalah

Apa pengetian dan ciri-ciri komposisi (pemajemukan) ?

Bagaimana komponen kompositum dalam pemajemukan ?

Apa saja jenis kompositum dalam pemajemukan ?

Bagaimana urutan proses dalam komposisi ?

Bagimana tipe konstruksi dalam kompositium ?

Mengapa kompositum sebagai gejala pertautan argumen ?

Tujuan

Untuk mengetahui pengertian dan ciri-ciri komposisi.

Untuk mengetahui komponen kompositum dalam pemajemukan.

Untuk mengetahui jenis kompositum.

Untuk mengetahui urutan proses dalam komposisi.

Untuk mengetahui tipe konstruksi dalam kompositum.

Untuk mengetahui kompositum sebagai gejala pertautan argumen.



















BAB II

PEMBAHASAN

Pengertian dan Ciri-ciri Komposisi (Pemajemukan)

Komposisi, disebut juga pemajemukan atau perpaduan, ialah proses penggabungan dua leksem atau lebih yang membentuk suatu kata. Hasil proses ini bisa disebut paduan leksem, kompositum atau kata majemuk.

Pemajemukan adalah proses pembentukan kata melalui penggabungan dua buah kata yang menimbulkan suatu kata baru (M. Ramlan, 1985 ).

Pemajemukan adalah proses pembentukan suatu konstruksi melalui penggabungan 2 morfem / kata atau lebih (Samsuri, 1978 ).

Pemajemukan adalah proses pembentukan kata melalui penggabungan morfem dasar yang hasil keseluruhannya berstatus sebagai kata yang mempunyai pola fonologis, gramatikal, dan semantik yang khusus menurut kaidah bahasa yang bukan pemajemukan (Harimurti Kridalaksana, 1982 )

Pemajemukan adalah proses pembentukan kata melalui penggabungan morfem dengan kata, atau kata dengan kata yang menimbulkan pengertian baru yang khusus (TBBI, 1988 : 168)

Kompositum atau kata majemuk harus dibedakan dari gabungan kata yang biasa disebut frasa atau kelompok kata. Kridalaksana (1989) membedakan kompositum dari frasa sebagai berikut :

Ketaktersisipan, artinya di antara komponen-komponen kompositum tidak dapat disisipi apa pun. Misalnya buta warna ® *buta dari warna.

Ketakterluasan, artinya komponen kompositum itu masing-masing tidak dapat diafiksasikan atau dimodifikasikan. Perluasan kompositum semua komponennya sekaligus. Misalnya, kereta api ®*perkeretaan api ®

Ketakterbalikan, artinya komponen kompositum tidak dapat dipertukarkan. Misalnya, arif bijaksana, hutan belantara, bujuk rayu ®*bijaksana arif, *belantara hutan, *rayu bujuk.



Komponen Kompositum

Sebuah kompositum mungkin berupa gabungan kata dan kata atau semua komponennya berupa kata, misalnya : rumah sakit, meja makan, panjang tangan, kamar gelap. Mungkin juga kompsitum itu terdiri atas satu kata dan satu pokok kata sebagai unsurnya, misalnya : daya juang, kamar kerja, kolam renang, lempar lembing, tusuk jarum. Ada pula kompositum yang terdiri dari pokok kata semua, misalnya : jual beli, lomba renang, simpan pinjam, rebut tawar.

Jenis Kompositum

Menurut konstruksi unsurnya, kompositum dapat dibedakan atas :

Kompositum atau kata majemuk simpleks ialah kompositum yang semua komponennya merupakan kontruksi sederhana atau satuan tunggal, misalnya : anak sungai, daya juang, lemah semangat.

Kompositum atau kata majemuk kompleks ialah kompositum yang semua atau salah satu komponennya berupa konstruksi rumit atau satuan kompleks, misalnya : memukul mundur, menembak mati, ditembak jatuh, tertangkap basah, bersatu padu, dibumihanguskan, penyebarluasan.

Menurut maknanya, kompositum dapat dibedakan atas :

Kompositum non-idiomatis ialah kompositum yang maknanya sama dengan makna komponen-komponennya, misalnya : alih tugas, gaji pokok, jago tinju, jual beli, kereta kuda.

Kompositum semi-idiomatis adalah kompositum yang salah satu komponennya mengandung makna khas yang ada dalam konstruksi itu saja, misalnya : anak angkat, banting harga, gatal tangan, harga diri, jual tampang.

Kompositum idiomatis adalah kompositum yang maknanya tidak sama dengan makna komponen-komponennya, misalnya banting tulang, buah bibir, bulan madu, jantung hati, makan angin.



Urutan Proses dalam Komposisi

Komposisi atau pemajemukan mungkin terjadi bersama-sama dengan reduplikasi dan afiksasi atau proses lainnya. Ada beberapa kemungkinan proses terjadinya. Pertama komposisi terjadi serempak dengan pengulanga; misalnya : hal ihwal, adat istiadat, lenggang lenggok. Kedua komposisi terjadi lebih dulu daripada pengulangan atau komposisi diikuti oleh pengulangan, misalnya : anak-anak angkat, meja-meja makan, kamar-kamar gelap. Ketiga komposisi lebih dahulu terjadi daripada afiksasi atau komposisi diikuti oleh afiksasi, misalnya : membanting tulang, berdarah dingin, melipatgandakan, disebarluaskan, penyalahgunaan. Keempat komposisi diikuti pemendekan yang berupa akronim, singkatan, dan angka, misalnya : asal bunyi ® asbun, peluru kendali ® rudal, pedoman penghayatan dan pengamalan pancasila ® P-4, kaki lima ® K-5.



Tipe Konstruksi Kompositum

Kridalaksana (1989) membagi kompositum atas lima golongan (tipe):

Kompositum subordinatif substantive, yang disebut tipe A;

Kompositum subordinatif atributif, yang disebut tipe B;

Kompositum koordinatif, yang disebut tipe C;

Kompositum berproleksem, yang disebut tipe D;

Kompositum sintesis, yang disebut tipe E.

Klasifikasi atas kelima golongan itu didasarkan pada hal-hal berikut :

Status komponen-komponen kompositum itu sehingga dibedakan tipe A dan tipe B, yang komponen-komponennya berstatus berlainan (subordinatif), dan tipe C, yang komponen-komponennya berstatus sederajat (koordinatif). Tipe D dan E ada di luar ketiganya.

Hubungan di antara kompositum itu dengan satuan lain yang ada di luarnya sehingga dibedakan tipe A, yang bersifat mandiri bila dilihat hubungannya dengan makna satuan diluarnya, daripada tipe B, yang makna salah satu komponennya tergantung dari makna satuan diluarnya.

Hubungan makna di antara komponen-komponen kompositum itu yang menghasilkan beberapa subtipe.

Tipe A : Kompositum Subordinatif Substantif

Tipe ini mencakupi 19 subtipe. Kesamaan diantaranya ialah bahwa semua kompositum itu merupakan kompositum substantif dan tidak ada penghubung berupa partikel atau afiks di antara komponen-komponennya. Di antara kompositum-kompositum tersebut, ada yang diawali oleh leksem verbal, tetapi sebagai kompositum konstruksi tersebut merupakan kompositum nominal.

Tipe B : Kompositum Subordinatif Atributif

Tipe ini mencakupi 16 subtipe. Kesamaan di antaranya ialah bahwa semua kompositum ini merupakan kompositum atributif (yang sebagaian besar juga berfungsi secara predikatif) dan sebagai satuan maknanya tergantung dari nomina diluar kompositum itu, jadi bersifat peka konteks.

Tipe C : Kompositum Koordinatif

Tipe ini seluruhnya bersifat koordinatif. Urutan komponennya tetap dan tidak dapat dibalikan atau ditukar posisinya. Cirri tersebut membedakan dengan gabungan leksem yang dapat dibalikan seperti bapak ibu dan ibu bapak, pulang pergi dan pergi pulang, yang member kesempatan kepada pemakai bahsa memilih mana yang akan didahulukan atau mengungkapkan apa yang dimaksud. Tipe ini terdiri atas 7 subtipe, yang diklasifikasikan berdasarkan hubungan makna di antara komponen-komponennya.

Tipe D : Kompositum Berproleksem

Tipe ini mencakupi gabungan proleksem dengan leksem. Proleksem yang dimaksudkan ialah yang berasal dari bahasa asing (Sanskerta, Latin, Yunani) dan sudah lazim dalam pembentukan kata bahasa Indonesia.

Tipe E : Kompositum Sintesis

Tipe ini mrupakan kompositum yang sekurang-kurangnya satu komponennya berupa bentuk terikat. Di antara bentuk-bentuk terikat ini ada yang merupakan aloleksi dari bentuk bebas. Kompositum sintesis semacam itu berasal dari bahasa asing dan sebagian besar merupakan kosa kata ilmu dan teknologi.



Kompositum sebagai Gejala Pertautan Argumen

Yang dimaksudkan dengan pertautan argument ( noun incorporation ) ialah peleburan suatu argument ke dalam predicator sehingga terbentuk predicator baru. Misalnya dalam proposisi Salim mempunyai rumah bagus terdapat argument rumah bagus yang dapat ditautkan dengan mempunyai  menjadi Salim berumah bagus. Pertautan itu ada yang menyangkut afiksasi, ada pula yang menyangkut penggabungan leksem.























BAB III

PENUTUP



Kesimpulan

Komposisi, disebut juga pemajemukan atau perpaduan, ialah proses penggabungan dua leksem atau lebih yang membentuk suatu kata. Hasil proses ini bisa disebut paduan leksem, kompositum atau kata majemuk.

Sebuah kompositum mungkin berupa gabungan kata dan kata atau semua komponennya berupa kata.

Jenis kompositum menurut konstruksi unsurnya, kompositum dapat dibedakan atas :

Kompositum atau kata majemuk simpleks

Kompositum atau kata majemuk kompleks

Jenis kompositum menurut maknanya, kompositum dapat dibedakan atas :

Kompositum non-idiomatis

Kompositum semi-idiomatis

Kompositum idiomatis

Komposisi atau pemajemukan mungkin terjadi bersama-sama dengan reduplikasi dan afiksasi atau proses lainnya. Ada beberapa kemungkinan proses terjadinya. Pertama komposisi terjadi serempak dengan pengulangaKedua komposisi terjadi lebih dulu daripada pengulangan atau komposisi diikuti oleh pengulangan Ketiga komposisi lebih dahulu terjadi daripada afiksasi atau komposisi diikuti oleh afiksasi. Keempat komposisi diikuti pemendekan yang berupa akronim, singkatan, dan angka.



Tipe Konstruksi Kompositum Kridalaksana (1989) membagi kompositum atas lima golongan (tipe):

Kompositum subordinatif substantive, yang disebut tipe A;

Kompositum subordinatif atributif, yang disebut tipe B;

Kompositum koordinatif, yang disebut tipe C;

Kompositum berproleksem, yang disebut tipe D;

Kompositum sintesis, yang disebut tipe E


 

Blogger news

Blogroll

Change Background of This Blog!


Pasang Seperti Ini

About