Pages

Minggu, 04 Desember 2016

“Analisis Unsur Intrinsik dan Ekstrinsik Sinrilik I Manakkuk”



                                                    
      SASTRA NUSANTARA   
Analisis Unsur Intrinsik dan Ekstrinsik Sinrilik I Manakkuk”

              
 
         Oleh :
                                                 MUH. HARJUM NURDIN
        (1351040007)
          Kelas : A (Pendidikan)





PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS BAHASA DAN SASTRA
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2015
SAMPUL BUKU SINRILIK I MANAKKUK


RINGKASAN CERITA SINRILIK I MANAKKUK
       Sinrilikna I manakkuk mempunyai tema cinta kasih yang murni, antara I manakkuk dengan kekasihnya, I marabintang kamase. Dalam naskah disebutkan bahwa I manakkuk harus mengarungi lautan untuk untuk pergi mempersunting kekasihnya di negeri labbakkang.
       Untuk melaksanakan cita-citanya I manakkuk membuat sebuah perahu besar yang kayunya diambil dari dalam hutan luk (luwu). Kayu yang diberi nama landra lekleng, menurut naskah adalah kayu yang paling tua, sesuai dengan dunia ini.
       Sesungguhnya orang tua I manakkuk, terutama ibu kandungnya meminta agar mengurungkan dulu maksudnya untuk berangakat ke labbakkang. Tetapi rupanya I manakkuk sudah tidak dapat dihalangi ataupun diurungkan keberangkatannya. Apparuru la bunduk tongak, pa’pparuru bunting tongak, naung ri lakbakkang, kudanggangi purinangku ri butta ri lakbakkang. I marabintang kamase bulaeng, intanna ‘njo talak, paramatana malisi, bombanna mangalle, cinde taklopoka naung, patola giling ladaya, cinde takrimbaka bedeng, cauluk makkarenaya.
        Appoalimi angkana bulaeng, ayana anrong kalena angkana, “alla analek, ka nampa lekbakko ‘ntu naung tuju taung umuruknu bulaeng, iji rantena tokeng-tokennu, ponto gallang ri bangkennu, anne ri kamma-kammaya, nu lamange ri parang bali”. Tena memang nyoknyokanna, anak I manakkuk, la ilaha illallah, tena memang…… Na nikiokammo bedeng bulaeng, panritana lemo-lemo, nipasikiomi naung pabingkunna bonerate….. la nitakbangammo ‘nne parekang la dongkokanna, anak-anaka na cakdi, lonronga na beru bakkak. Na nitakbanggammo ‘njo kayua. Ia nipareka ‘njo dongkokang, naboyangasengi bayaona kodong, sangge pakgalanggammi naung panreppekanna bayaona.
      Naummi ri paratiwina I rawaia lekbak. Anne ri kamma-kammaya bulaeng, niak tommo ‘njo gulinna, niak tommo sangkilanna. Jarimi dongkokanna, ammawammi mattompok jeknek.
       Demikianlah, setelah perahunya telah siap dan alat, bekal, serta perlengkapan lainnya telah rampung, I mankkuk disertai inanga pengasuhnya meninggalkan Bone, kampong halamannya.
       Setelah beberapa hari mengarungi lautan yang penuh halangandan rintangan, tibalah ia diperairan bantaeng. Ditanyakannya negeri apa yang ada di atas itu. Dijawab bahwa itulah yang disebut negeri bantaeng. I manakkuk ingin singgah di bantaeng. Inang pengasuhnya menasehatinya agar membatalkan maksudnya karena dinegeri ini sangat banyak ilmu gaib, antara lain ada yang disebut jalarambakna bantaeng tappukserokna bantaeng, laklakanna lembang cina dan lain-lain….” Semuanya dapat memberikan bahanya pada dirimu anak”. Tetapi I manakkuk tidak mengindahkan semua peringatan itu dan tetap akan naik ke bantaeng.
       Demikianlah ia memasuki daeraha bantaeng lalu dibunyikannya meriam dari perahunya, sehingga menjadikan raja dan permaisuri marah. Maka diutuslah utusan untuk menemui orang perahu itu sekaligus dimintai denda dan cukai malahan ia dimintai agar segera meninggal di pelabuhan setelah membayar cukainya. Tetapi alangkah kagetnya pesuruh itu setelah menemui orang diperahu ternyata bukanlah pedagang biasa, melainkan seorang putra bangsawan dari bone. Sesungguhnya orang ini adalah kemanakan raja bantaeng sendiri.
       Demikianlah, setelah suruhan kembali melaporkan pembicaraannya dengan I mankkuk, permaisuri sangat kaget dan menyesali pesuruh itu. Pada mulanya permaisuri menyuruh putrinya yang bernama sitti cina ri bantaeng pergi menemui dan mengundang sepupunya. Tapi karena putrid keberatan demi kehormatannya sehingga terpaksalah permaisuri sendiri yang turun ke perahu I manakkuk.
       Setelah I manakkuk naik ke istana bantaeng di adakanlah permainan raga. Pada mulanya I manakkuk selalu gagal dan kalah. Tetapi setelah ia mengeluarkan raga miliknya yang terbuat dari emas, maka keadaan terbalik yaitu lawan sepermainan semua gagal sedangkan I manakkuk dengan lincah mempermainkan raganya.
       Setelah berada di bantaeng dengan beberapa peristiwa yang ajaib I manakkuk meneruskan pelayarannya. Tetapi sangatlah anehnya karena walaupun telah berlayar sehari semalam namun perahunya pada suatu tempat tiba-tiba I manakkuk beserta seluruh anak pesuruhnya terserang penyakit gatal rupanya pada waktu itu mereka terkena ilmu gaib bernama laklakkanna lembang cina. Untunglah pada akhirnya dapat diatasi dan perahu melanjutkan pelayarannya. Barombong dan ujung pandang telah dilalui dan akhirnya tiba di lakbakkang.
       Begitu tiba di pelabuhan lakbakkang, I manakkuk membunyikan lagi meriamnya. Mendengar suara meriam ini somba lakbakkang menjadi marah dan mengirim utusan untuk menemui orang perahu di pelabuhan. Ia disuruh membayar cukai kemudian segera meninggalkan perairan lakbakkang.
       Tetapi sangatlah kagetnya suruhan ini karena orang perahu itu bukanlah sembarang orang melainkan I manakkuk bagsawan dari bone yang menagaku ke mekan dari somba lakbakkang.
       Utusan kembali menemui raja dan permaisuri lakbakkang. Semua pembicaraannya dengan I manakkuk disampaikan kepada raja dan permaisuri…
       Karena I marabintang kamase putri raja labbakkang tidak bersedia turun ke perahu untuk menjemput I manakkuk sehingga terpaksa permaisuri pergi menemui I manakkuk. I manakkuk bersedia menemui undangan asalkan dibangunkan istana di tanah teko.
       Terpaksalah somba (raja) labbakkang mengerahkan semua rakyatnya untuk membuat sebuah istana lengkap dengan pasar tempat permainannya di negeri teko .
       Tersiarlah berita bahwa negeri teko labbakkang terdapat sebuah istana yang indah lengkap dengan pasar dan tempat permainan milik I manakkuk.
       Berita inipun sampai ketelinga I nojeng di pulau jawa. I nojeng meninggalkan jawa menuju labbakkang. Setelah tiba I nojeng di labbakkang menjadi bingunglah raja labbakkang karena diketahui bahwa anaknya akan menjadi rebutan. Maka disurunyalah I manakkuk mengawini segera putrinya I marabintang kamase dan memboyongnya pulang ke bone. Tetapii manakkuk si kepala batu dan pemberani ini menolak nasehat raja labbakkang mertuanya  dan bersedia menghadapi I nojeng.
       Pada mulanya hanyalah ayam yang dipersabungkan dan di dalam sambungan ini ayam I nojeng kalah. Ia meminta izin kepadai manakkuk untuk kembali ke perahunya memberitakan kekalahannya kalau bukan karena permintaan I mara bintang kamase istrinya, I manakkuk tidak mengizinkan I nojeng pulang ke perahunya karena curiga hanyalah siasat belaka.
       Kecurigaan I manakkuk memang benar karena I nojeng datang menyerang di belakang, tetapi dapat dipukul mundur oleh I manakkuk. I nojeng mengirim berita untuk meminta bantuan dari jawa. Tetapi sangat disayangkan karena setelah bantuan tiba I nojeng sudah tiada. Bala bantuan dari jawa ini kemudian menggempur pasukan labbakkang dan jampua yang kemudian dapat menewaskan I manakkuk.
       Untunglah tubuh I manakkuk dibaringkan bersama jenazah I mara bintang kamase di atas selembar sarung mukjizat pemberian seorang orang tua dari jawa. Setelah kedua jenazah ditutup dengan sarung itu kemudian disirami air keduanya hidup kembali kemudian hidup rukun dan istananya yang megah.
Demikianlah secara singkat cerita singkat sinrilikna I manakkuk.

ANALISIS UNSUR INTRINSIK DAN EKSTRINSIK SINRILIK I MANAKKUK
A.  Unsur Intrinsik
1.      Tema
Tema dalam cerita ini ialah kasih yang murni antara I manakkuk dengan kekasihnya I marabintang kamase.
2.      Tokoh dan Karakter Tokoh
-          I Manakkuk: mempunyai watak jiwa pemberani dan pembangkan seperti pada kutipan Disebutkan dalam naskah bahwa I manakkuk untuk pergi mengunjungi kekasihnya, ia harus melayari lautan yang pada masa itu cukup jauh untuk dilayari. Karena pelayaran ini memerlukan waktu beberapa hari, tentu persiapan harus lengkap dan matang. Besarnya ombak dan kencangnya angin cukup membahayakan apabila persiapan dan keterampilan berlayar tidak cukup. Untuk melukiskan bagaimana sulitnya pelayaran yang dilalui berikut ini dilukiskan bahwa, : Nalangga-langgami naung bombing ri book ri dallekang, natempa-tempa bombing tallu dek bokona. Kanaikangi ri book.” Artinya kurang lebih: dipermainkanlah dan diombang ambingkanlah ombak (perahunya). Jika air naik dihaluan maka akan turun di buritan, jika naik air diburitan, akan turun dihaluan perahunya.” Melihat besarnya ombak seperti yang dilukiskan ini, tentunya memerlukan jiwa dan semangat besar serta keterampilan dalam hal pelayaran. Tanpa semangat dan keterampilan berlayar, besar kemungkinan perahu akan tenggelam atau terpaksa kembali kepangkalan karena kegagalannya.
Apakah I manakkuk akan gentar menghadapi ombak dan angin kencang? Sebagai putra Sulawesi selatan yang berjiwa dan bersemangat kebaharian ia akan berkata :” kalau layar sudah terkembang, apabila kemudi telah dipasang nanti, perahu berlayar pantang surut balik ke pantai sebelum cita-cita terlaksana dan hasil ada di tangan.
Selain jiwa pemberani I manakkuk mempunyai sifat pembangkan baik kepada ibunya maupun kepada pengawalnya terlihat pada kutipan “Sesungguhnya orang tua I manakkuk, terutama ibu kandungnya meminta agar mengurungkan dulu maksudnya untuk berangakat ke labbakkang. Tetapi rupanya I manakkuk sudah tidak dapat dihalangi ataupun diurungkan keberangkatannya. Juga terdapat pada kutipan “I manakkuk ingin singgah di bantaeng. Inang pengasuhnya menasehatinya agar membatalkan maksudnya karena dinegeri ini sangat banyak ilmu gaib, antara lain ada yang disebut jalarambakna bantaeng tappukserokna bantaeng, laklakanna lembang cina dan lain-lain….” Semuanya dapat memberikan bahanya pada dirimu anak”. Tetapi I manakkuk tidak mengindahkan semua semua peringatan itu dan tetap akan naik ke bantaeng.

-          Raja dan Permaisuri Bantaeng: mempunyai watak pemarah terlihat pada kutipan “       Demikianlah ia memasuki daeraha bantaeng lalu dibunyikannya meriam dari perahunya, sehingga menjadikan raja dan permaisuri marah.
-          Inang (Pengasuh I Manakkuk): mempunyai watak yang penuh perhatian terhadap I Manakkuk, terlihat pada kutipan Inang pengasuhnya menasehatinya agar membatalkan maksudnya karena dinegeri ini sangat banyak ilmu gaib, antara lain ada yang disebut jalarambakna bantaeng tappukserokna bantaeng, laklakanna lembang cina dan lain-lain….” Semuanya dapat memberikan bahanya pada dirimu anak”.
-          I Nojeng: mempunyai watak yang licik terlihat pada kutipan “I manakkuk tidak mengizinkan I nojeng pulang ke perahunya karena curiga hanyalah siasat belaka. Kecurigaan I manakkuk memang benar karena I nojeng datang menyerang di belakang, tetapi dapat dipukul mundur oleh I manakkuk.
-          I Marabintang Kamase: mempunyai watak yang setia terlihat pada kutipan Setelah kedua jenazah ditutup dengan sarung itu kemudian disirami air keduanya hidup kembali kemudian hidup rukun dan istananya yang megah.

3.      Latar
-          Latar Tempat
Di Luwu: seperti yang terdapat pada kutipan “Untuk melaksanakan cita-citanya I manakkuk membuat sebuah perahu besar yang kayunya diambil dari dalam hutan luk (luwu).
Di Bone: terlihat pada kutipan “I mankkuk disertai inanga pengasuhnya meninggalkan Bone, kampong halamannya.
Di Bantaeng: terlihat pada kutipan “Setelah beberapa hari mengarungi lautan yang penuh halangandan rintangan, tibalah ia diperairan bantaeng.
Di Labbakkang: terlihat pada kutipan Barombong dan ujung pandang telah dilalui dan akhirnya tiba di lakbakkang.
Di Negeri Teko: terlihat pada kutipan Terpaksalah somba (raja) labbakkang mengerahkan semua rakyatnya untuk membuat sebuah istana lengkap dengan pasar tempat permainannya di negeri teko.
Di Pulau Jawa: terlihat pada kutipan Berita inipun sampai ketelinga I nojeng di pulau jawa.
Di Pelabuhan: terlihat pada kutipan Begitu tiba di pelabuhan lakbakkang, I manakkuk membunyikan lagi meriamnya.

-          Latar Suasana
Menakutkan: terlihat pada kutipan Besarnya ombak dan kencangnya angin cukup membahayakan apabila persiapan dan keterampilan berlayar tidak cukup.
Menegangkan: terlihat pada kutipan Tetapi manakkuk si kepala batu dan pemberani ini menolak nasehat raja labbakkang mertuanya  dan bersedia menghadapi I nojeng. Haru: terlihat pada kutipan Untunglah tubuh I manakkuk dibaringkan bersama jenazah I mara bintang kamase di atas selembar sarung mukjizat pemberian seorang orang tua dari jawa. Setelah kedua jenazah ditutup dengan sarung itu kemudian disirami air keduanya hidup kembali kemudian hidup rukun dan istananya yang megah.

Latar Waktu
Siang hari dan Malam hari: terlihat pada kutipan Tetapi sangatlah anehnya karena walaupun telah berlayar sehari semalam namun perahunya pada suatu tempat tiba-tiba I manakkuk beserta seluruh anak pesuruhnya terserang penyakit gatal.
4.      Alur
Alur Maju, karena cerita ini menceritakan dari awal sampai akhir, atau ditandai pada awalnya I Manakkuk pergi menemui I Marabintang Kamase di labbakkang dengan penuh perjuangan dan pengorbanan hingga akhirnya ia bertemu dan hidup rukun di istananya di negeri teko.
5.      Sudut Pandang
Sudut pandang yang digunakan adalah sudut pandang orang ketiga, yakni penulis menampilkan para tokoh dengan menyebut namanya. Seperti, penulis meneceritakan tentang I Manakkuk, I Marabintang Kamase, I Nojeng serta Inang (Pengasuhnya)
6.      Gaya Bahasa
gaya bahasa yang terdapat pada cerita ini lugas dan mudah untuk dipahami.
7.      Amanat
Sebagai manusia kita harus saling menghargai dan tidak mengucilkan perkataan orang lain. Kita juga harus mendengarkan nasehat-nasehat yang dianggap positif dan jangan meremehkan orang yang memberikan nasehat.



B. Unsur Ekstrinsik
1.      Nilai yang Terkandung di dalam Sinrilik I Manakkuk
-          Nilai Keagamaan
Nilai agama yang terkandung pada cerita Sinrilik I Manakkuk ialah tidak boleh mempercayai hal-hal yang mistik (ilmu gaib) kecuali itu adalah mukjizat dari Tuhan Yang Maha Esa. Terlihat pada kutipan “Setelah beberapa hari mengarungi lautan yang penuh halangandan rintangan, tibalah ia diperairan bantaeng. Ditanyakannya negeri apa yang ada di atas itu. Dijawab bahwa itulah yang disebut negeri bantaeng. I manakkuk ingin singgah di bantaeng. Inang pengasuhnya menasehatinya agar membatalkan maksudnya karena dinegeri ini sangat banyak ilmu gaib, antara lain ada yang disebut jalarambakna bantaeng tappukserokna bantaeng, laklakanna lembang cina dan lain-lain….” Semuanya dapat memberikan bahanya pada dirimu anak”. Tetapi I manakkuk tidak mengindahkan semua peringatan itu dan tetap akan naik ke bantaeng. Juga telah disebutkan pada akhir cerita bahwa “Untunglah tubuh I manakkuk dibaringkan bersama jenazah I mara bintang kamase di atas selembar sarung mukjizat pemberian seorang orang tua dari jawa. Setelah kedua jenazah ditutup dengan sarung itu kemudian disirami air keduanya hidup kembali.
-          Nilai Moral
Nilai moral yang terkandung dalam sinrilik ini adalah semangat dan jiwa keberanian yang dimiliki I manakkuk adalah semangat dan jiwa yang patut dimiliki oleh para pemuda Indonesia.
-          Nilai Sosial
Nilai sosial yang yang terkandung dalam Sinrilik tersebut ialah walaupun jauh dan harus pergi dengan penuh perjuangan dan pengorbanan I Manakkuk tetap pantang mundur untuk pergi bertemu dengan raja dan permaisuri dari keluarga istrinya I Marabintang Kamase.
Unsur Teknik Pembuatan Perahu
Untuk mengunjungi kekasihnya di labbakkang, I manakkuk harus menyiapkan perahu yang cukup tangguh. Kepergian I manakkuk termasuk kepergian untuk berperang. Kayu untuk dibuat perahu harus diambil di hutan luk (luwu) yang cukup jauh. Memang terbukti bahwa perahu tumpangan I manakkuk cukup tangguh karena walaupun dihantam ombak yang besar namun tidak pernah mengalami kesulitan yang dapat mengganggu pelayarannya. Kesulitan yang dialami bukanlah karena ulah perahunya, melainkan hanya akibat ilmu hitam.
Dari gambaran di atas, dapatlah ditarik kesimpulan bagaimana tinggi pengetahuan teknik pembuatan perahu yang telah dimiliki oleh orang bugis dan Makassar pada waktu itu. Walaupun alat dan perlengkapannya serba sederhana akan tetapi hasil buatannya dapat bertahan dan bisa diindahkan.
-          Nilai Adat/Tradisi
Nilai Adat/tradisi pada Sinrilik tersebut ialah untuk penghormatan kepada raja di negeri yang dikunjungi, setiap pendatang harus membunyikan meriam kalau ia memiliki meriam di perahu/kapalnya. Tapi kalau ia tidak memiliki meriam, maka cukup membunyikan gong yang dipukul pada waktu mendekati pelabuhan. Dan juga terlihat nilai tradisi dalam sinrilik tersebut adalah Sebagai putra Sulawesi selatan yang berjiwa dan bersemangat kebaharian ia akan berkata :” kalau layar sudah terkembang, apabila kemudi telah dipasang nanti, perahu berlayar pantang surut balik ke pantai sebelum cita-cita terlaksana dan hasil ada di tangan.

2.      LINGKUNGAN PENGARANG
Sinrilik I Manakkuk ini merupakan naskah kuno yang berbahasa Makassar tulisan tangan aksara lontarak yang berkembang dalam kehidupan masyarakat Makassar yang merupakan ragam tulis.
3.      IDENTITAS PENGARANG
Sinrilik I Manakkuk adalah cerita rakyat yang bersifat anonim atau tidak diketahui nama pengarangnya. Namun, cerita ini diambil dari buku berjudul Sinrilikna I Manakkuk (Lontarak Makassar), arsip PERPUSDA SUL-SEL.



 

Blogger news

Blogroll

Change Background of This Blog!


Pasang Seperti Ini

About