Pages

Senin, 05 September 2016

KETERAMPILAN MENGADAKAN VARIASI



KETERAMPILAN MENGADAKAN VARIASI
A.      PENGERTIAN VARIASI
Dalam dunia pendidikan keterampilan variasi bukanlah suatu kata yang asing atau suatu kata baru terutama dalam kegiatan pembelajaran, sebagai guru maupun calon guru harus mengetahui apa makna ketrampilan mengadakan variasi itu sebenarnya. Berikut beberapa pengertian keterampilan mengadakan variasi:
1)   Menurut Ahmad Sabri dalam bukunya“ Strategi Belajar Mengajar Micro Teaching” ketrampilan mengadakan Variasi ialah suatu kegiatan guru dalam mengenal konteks interaksi belajar yang ditujukan untuk mengatasi kebosanan murid sehingga dalam situasi belajar mengajar, murid senantiasa menunjukkan ketekunan, antusiasme, serta penuh partisipasi. Untuk sebagai calon guru perlu melatih agar menguasai keterampilan tersebut agar nantinya menjadi guru yang profesional yang benar-benar menjalankan tugasnya, sehingga kemajuan pendidika dinegara Indonesia semakin meninggkat dan tidak tertinggal lagi oleh negara-negara lain.[1]
2)   Menurut Didi Supardie dan Deni Darmawan dalam bukunya“Komunikasi Pembelajaran” Keterampilan mengadakan Variasi ialah upaya yang dilakukan oleh guru dalam menciptakan kondisi belajar sehingga pembelajaran selalu menarik dan efektif.[2]
3)   Menurut kamus Bahasa Indonesia, keterampilan berasal dari kata terampil yang berarti cakap dalam melaksanakan tugas.[3] Sedangkan Variasi berarti selingan.[4] Jadi keterampilan mengadakan variasi  ialah kecakapan seorang guru dalam kegiatan pembelajaran untuk diketahui atau dipahami oleh peserta didik dengan cara berseling-seling agar peserta didik lebih mudah mengetahui atau memahami pembelajaran. maksudnya berseling-seling ialah guru mengunakan cara yang berbeda-beda dalam menyampaikan pembelajaran yang tidak monoton dengan satu cara saja.
4)   Variasi mengandung makna perbedaan. Dalam kegiatan pembelajaran, pengertian variasi merujuk pada tindakan dan perbuatan guru, yang disengaja ataupun secara spontan yang dimaksudkan untuk memacu dan mengikat perhatian siswa selama pelajaran berlangsung.
Dari beberapa pengertian diatas penulis menyimpulkan bahwa keterampilan mengadakan variasi ialah keterampilan yang harus dimiliki oleh guru serta diamalkan oleh guru tersebut dalam kegiatan pembelajaran untuk menciptakan kondisi belajar yang menyenangkan bagi peserta didik sehingga peserta didik tertarik dan ikut berpartisipasi dalam proses pembelajaran.
Dalam kegiatan mengajar Kejenuhan atau kebosanan sering dialami oleh peserta didik. Ditambah lagi kondisi ruangan yang tidak nyaman, guru yang kurang menyejukkan hati peserta didik dan materi yang diajarkan kurang menarik, hal ini merupakan hal yang tidak diingikan atau dikehendaki oleh peserta didik, sesuatu yang membosankan merupakan sesutu yang tidak menyenangkan. Dengan memperbaiki gaya mengajar saja belum tentu mengatasi persoalan yang terjadi, namun dengan bervariasinya kegiatan pembelajaran yang diberikan akan menghilangkan kejenuhan atau kebosan peserta didik.
B.       TUJUAN DAN MANFAAT KETERAMPILAN MEMBERIKAN VARIASI
Setiap usaha atau upaya yang dilakukan oleh guru pasti meiliki tujuan dan maanfaat. Pengunaan Variasi dalam mengajar terutama ditujukan terhadap perhatian siswa, motivasi dan belajar siswa.
Tujuan utama guru mengadakan variasi dalam kegiatan pembelajaran untuk mengurangi kebosanan siswa sehingga perhatian mereka terpusat pada pembelajaran.[5]
Tujuan penggunaan variasi ditujukan kepada anak didik dan bermaksud :
1.    Meningkatkan dan memelihara anak didik terhadap elevansi proses belajar mengajar
2.    Memberi kesempatan berfungsinya motivasi dan rasa ingin tahu melalui eksplorasi dan penyelidikan terhadap situasi yang baru
3.    Membentuk sikap positif terhadap guru dan sekolah melalui penyajian gaya mengajar yang bersemangat dan antusias sehingga meningkatkan iklim belajar siswa.
4.    Memberi pilihan dan fasilitas dalam belajar individual.
5.    Mendorong anak didik untuk belajar dengan melibatkannya dalam berbagai pengalaman yang menarik pada berbagai tingkat kognitif.[6]
Variasi stimulus itu adalah suaru kegiatan guru dalam konteks proses interaksi pembelajaran  yang diajukan  untuk mengatasi kebosanan peserta didik, sehingga dalam proses situasi pembelajaran senantiasa menunjukkan ketekunan dan penuh partisipasi.
Tujuan proses pembelajaran variasi adalah menumbuhkembangkan perhatian dan minat peserta didik agar belajar lebih baik. Sedangkan manfaat keterampilan variasi dalam proses pembelajaran adalah:
1.    Menumbuhkan perhatian peserta didik
2.    Melibatkan peserta didik berpartisipasi dalam berbai kegiatan proses pembelajaran
3.    Dengan bervariasinya cara guru menyampaikan proses pembelajaran, maka akan membentuk sikap positif bagi peserta didik terhadap guru
4.    Dapat meenanggapi rasa ingin tahu dan ingin menyelidiki peserta didik.
5.    Melayani keinginan dan pola belajar para peserta didik yang berbeda-beda.[7]
C.      PRINSIP-PRINSIP KETERAMPILAN MEGADAKAN VARIASI
Dalam keterampilan mengadakan variasi seorang guru harus memperhatikan dan mempertimbangkan prinsip-prinsipnya yang bertujuan untuk tercapainya sasaran yang telah ditetapkan secara efektif dan efisien dalam kegiatan pembelajaran.
Adapun prinsip-prinsip keterampilan mengadakan variasi yaitu:
1.    Variasi hendaknya digunakan dengan suatu maksud tertentu yang relavan dengan tujuan yang hendak dicapai
2.    Variasi harus digunakan secara lancar dan berkesinambungan sehingga tidak merusak perhatian siswa dan tidak menganggu pelajaran
3.    Direncanakan secara baik dan secara ekplisit dicantumkan dalam RPP.[8]
Keterampilan mengadakan variasi terdiri dari tiga kelompok pokok, yaitu variasi yang mengajar, variasi pengalihan penggunaan indra, dan variasi pola interaksi. Variasi gaya mengajar meliputi suara jeda, pemusatan, gerak dan kontak pandang. Variasi pengalihan penggunaan indra dapat dilakukan dengan pemanipulasian indra pendengar, pengelihatan, penciuman, peraba dan perasa. Komponen variasi ini erat kaitannya dengan variasi penggunaan media atau alat bantu pembelajaran. Variasi pola interaksi mencakup pola hubungan guru dan siswa.
Penerapan keterampilan mengadakan variasi harus dilandasi dengan maksud tertentu, relavan dengan tujuan yang ingin dicapai, sesuai dengan materi dan latar belakang sosial budaya serta kemampuan siswa dilakukan secara wajar dan berlangsung secara berkesinambungan, serara wajar dan terencana.[9]
Dalam menggunakan keterampilan variasi sebaiknya semua jenis variasi digunakan, disamping juga harus ada variasi penggunaan komponen untuk setiap jenis variasi.
Menggunakan variasi secara lancer dan berkesinambungan, sehingga moment proses mengajar yang utuh tidak rusak dan perhatian anak didik dan proses belajar tidak terganggu. Penggunaan komponen variasi harus benar-benar terstruktur dan direncanakan oleh guru.[10]
D.      KOMPONEN-KOMPONEN KETERAMPILAN MENGADAKAN VARIASI
Dalam keterampilan mengadakan variasi guru harus juga memperhatikan komponen-komponennya, agar guru lebih mudah mengunakan variasi dalam kegiatan pembelajaran. Ada beberapa komponen didalam keterampilan mengadakan variasi mengajar diantaranya:
a.    Variasi dalam gaya mengajar guru
b.    Variasi dalam pengunaan media dan bahan
c.    Variasi pola interaksi.[11]
Setiap komponen yang ada memiliki peranan dan  pengunaan yang berbeda-beda sesuai dengan aturannya masing-masing. Berikut uraian dari ketiga komponen tersebut:
a.    Variasi gaya mengajar
Variasi pada dasarnya meliputi variasi suara, variasi gerakan anggota badan, dan variasi perpindahan posisi guru dalam kelas . dari siswa, variasi tersebut dilihatnya sebagai sesuatu yag energik, antusias,  bersemangat , dan memiliki relevansi dengan hasil belajar . perilaku guru seperti itu dalam proses intraksi edukatif akan menjadi dinamis dan mempertinggi komunikasi antara guru dan anak didik, menarik perhatian anak didik, menolong penerimaan baahan pelajaran, dan memberi stimulasi. Variasi dalam gaya mengajar ini adalah sebagai barikut :
1.    Variasi suara
Suara guru dapat berfariasi dalam: intonasi, nada, volume dan kecepatan.
2.    Penekanan
Untuk memfokuskan perhatian anak didik pada suatu aspek yang penting atau aspek kunci, guru dapat menggunakan “penekanan secara verbal”
3.    Pemberian waktu
Untuk kegiatan menarik perhatian anak didik dapat dilakukan dengan mengubah suasana menjadi sepi, dari  suatu kegiatan menjadi tanpa kegiatan/diam, dari akhir bagian berikutnya.
4.     Kontak pandang
Bila  guru berbicara atau berinteriknaksi dengan anak didik, sebaikya mengarahkan pandangnnya keseluruh kelas menatap mata setiap anak didik untuk dapat membentuk hubungan yang positif dan menghindari hilangnya kepribadian.
5.    Gerakan anggota badan
Variasi dalam mimik, gerakan kepala atau badan merupakan bagian yang penting dalam komunikasi.
6.    Pindah posisi
Perpindahan posisi guru dalam ruangan kelas dapat membantu menarik perhatian anak didik dan dapat meningkatkan kepribadian guru.
b.    Variasi media dan bahan ajaran
Tiap anak didik memiliki kemampuan indra yang tidak sama, baik pendengaran maupun pengelihatannya, demikian juga kemampuan berbicara. Ada tiga variasi penggunaan media, yakni media pandang, media dengar dan media taktil.
1.    Variasi media pandang
Penggunaan media pandang dapat diartikan sebagai penggunaan alat dan bahan ajaran khusus untuk komunikasi, seperti buku, majalah, globe, peta, majalah dinding, film, film strip, TV, gambar grafik, model, demonstrasi, dan lain-lain.
Media yang dapat dilihat ini, pada dasarnya bertujuan untuk manarik  perhatian peserta didik untuk melihat dan serta untuk mengetahui sejauh mana kemampuan peserta didik pada penglihatan. Media dan bahan yang dapat dilihat.                                                                                                
2.    Variasi media dengar
Pada umumnya dalam proses interaksi edukatif dikelas, suara guru adalah alat utama dalam komunikasi. Variasi dalam penggunaan media dengar memerlukan kombinasi dengan media pandang dan media  taktil.
Media yang dapat dilihat ini, pada dasarnya bertujuan untuk manarik  perhatian peserta didik untuk mendengar dan serta untuk mengetahui sejauh mana kemampuan peserta didik pada pengdengaran. Media dan bahan yang dapat didengar yaitu berupa: Rekaman suara, radio dan lain sebagainya.
3.    Variasi media taktil
Variasi media taktil adalah penggunan medianyang memberi kesempatan kepada anak didik untuk menyentuh dan memanipulasi benda atau bahan ajaran.
Media dan bahan yang dapat diraba, dimanipulasi dan digerakkan ini bertujuan untuk melibatkan peserta didik  membentuk dan memperagakan kegiatannya. Media dan bahan yang dapat diraba, dimanipulasi dan digerakkan yaitu berupa: boneka, topeng dan lain sebagainya.[12]
Berdasarkan  variasi penggunaannya media dapat dibagi menjadi tiga :
1.        Media dapat digunakan secara perorangan
2.        Media dapat digunakan secara berkelompok
3.        Media dapat digunakan secara massal[13]
c.    Variasi interaksi
Variasi dalam pola interaksi antara guru dengan anak didik memiliki rentangan yang bergerak dari dua kutub, yaitu :
1)   Anak didik bekerja atau belajar secara bebas tanpa campur tangan dari guru, dan
2)   Anak didik mendengarkan dengan pasif. Situasi didominasi oleh guru, dimana guru berbicara kepada anak didik.[14]
Pola interaksi guru dengan peserta didik dalam kegiatan pembelajaran sangat beraneka ragam coraknya. Variasi dalam pola interaksi bertujuan untuk menghindari kebosanan dan menghidupkan suasana kelas demi keberhasilan peserta didik mencapai tujuan pembelajaran. Selain itu pola interkasi yang diterapkan guru dalam kelas dapat meningkatkan keterlibatan peserta didik dalam kegiatan pembelajaran.
Interaksi belajar mengajar dapat digunakan dengan mengunakan strategi yang bervariasi. Pengunaan variasi pola interaksi harus mempertimbangkan tingkat efektifitas dan efisiensi pencapaian tujuan pembelajaran.
Dalam variasi dituntut adanya pola hubungan tertentu dengan semua pihak yang terlibat dalam kegiatan pembelajaran.polahubungan tersebut disebut dengan pola interkasi.  Ada tiga macam pola interaksi yaitu:
a.    Pola guru dengan peserta didik
Dalam pola interkasi ini guru melakukan atau menyelenggarakan dialog dengan seluruh peserta didik, apabila guru memunculkan pertanyaan, maka pertanyaan tersebut ditujukan kepada seluruh kelas atau seluruh peserta didik bukan kepada peserta didik secara individu.
b.    Pola guru dengan peserta didik secara individu
Dalam pola interkasi ini baik pertanyaan maupun pernyaan guru langsung ditujukan kepada salah seorang peserta didik tertentu tidak untuk semua peserta didik, sehingga selanjutnya terjadi dialog dua arah
c.    Pola peserta didik dengan peseta didik
Setelah guru memberikan pengarahan atau pengantar kemudian dilontarkan permasalahan ke kelas agar terjadi diskusi antara peserta didik dalam mengupas atau menyelesaikan suatu permasalahan [15]
E.       KELEBIHAN DAN KEKURANGAN KETERAMPILAN MENGADAKAN VARIASI
1.    Kelebihan
Setiap keterampilan yang digunakan oleh guru tentu memiliki kelebihan-kelebihan sehingga guru menerapkannya dalam kegiatan pembelajaran, adapun kelebihan dari keterampilan mengadakan variasi diantaranya:
ü  Kegiatan pembelajaran menjadi menyenangkan baik bagi guru maupun bagi peserta didik.
ü  Peserta didik menjadi semangat, penuh perhatian serta ikut berpartisipasi dalam kegiatan pembelajaran.
ü  Tujuan pembelajaran akan tercapai secara efektif dan efisien.
2.    Kekurangan
Selain memiliki kelebihan keterampilan mengadakan variasi tentunya  juga memiliki berbagai kekurangan-kekurangan. Kekurangan ini sering terjadi karena guru yang kurang terampil atau kurang mampu menerapkan keterampilan mengadakan variasi, sehingga muncullah permasalahan-permasalahan diantaranya:
ü  Apabila guru salah atau keliru dalam mengadakan variasi yang dilakukannya, maka peserta didik juga akan salah penafsirannya dari pesan yang ingin disampaikan oleh guru.
ü  Apabila guru berlebih-lebihan dalam mengadakan variasi, maka pelajaran akan tergangu dan tujuan pembelajaran pun tidak dapat tercapai secara efektif dan efisien.
ü  Tidak semua siswa dapat menerima variasi yang diberikan oleh guru, sehingga kadang siswa malah binggung dengan adanya variasi.[16]


[1] Ahmad Sabri, Strategi Belajar Mengajar Micro Teaching, ( T.Tmpt: T.P, T.Thn ) hlm. 94.
[2] Didi Supriadie,  Deni Darmawan, Komunikasi Pembelajaran, ( Bandung: PT Rosdakarya, 2012) hlm. 156.
[3] Bambang Marhijanto, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia Masa Kini, ( Surabaya:  Terbit Terang, 1999 ) hlm. 306
[4]  Ibid. Hlm. 317
[5] Dr. hamid darmadi, M.Pd, kemampuan dasar mengajar, (Bandung: ALFABETA, 2010), hlm. 3
[6] Syaiful bahri djamarah, guru dan anak didik dalam interaksi edukatif, (Jakarta: Rineka Cipta, 2005), hlm. 124
[7] Zainal Asril, M. Pd, Micro Teaching,  (Jakarta: Rajawali Pers, 2012), hlm. 86
[8] Ahmad Sabri, Op.Cit. hlm. 95.
[9] Dr. hamid darmadi, m.pd, kemampuan dasar mengajar, (Bandung: ALFABETA, 2010), hlm. 3
[10] Syaiful bahri djamarah, guru dan anak didik dalam interaksi edukatif, (Jakarta: Rineka Cipta, 2005), hlm. 124
[11] Ibid.
[12] Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, ( Jakarta:  Kencana Prenada Media Group, 2009 ) hlm.  41.
[13] Drs. Daryanto, Media Pemblajaran, (Yogyakarta: Gava Media, 2010) hlm. 187
[14] Syaiful bahri djamarah, guru dan anak didik dalam interaksi edukatif, (Jakarta: Rineka Cipta, 2005), hlm. 124
[15] Eni Purwanti, Op.Cit. hlm. 8-13 – 8-14.
[16] http.//aida-zilvierra-putri.blogsport.com/2014/05/keterampilanmengadakan-variasi.html?

0 komentar:

Posting Komentar

 

Blogger news

Blogroll

Change Background of This Blog!


Pasang Seperti Ini

About