Pages

Rabu, 22 Juli 2020

Bahasa Indonesia Materi Kelas X (Teks Laporan Hasil Observasi)

Pengertian, Struktur isi, ciri Bahasa, langkah penulisan dan contoh teks laporan hasil observasi

Materi tentang teks hasil observasi ini dipelajari di kelas X pelajaran bahasa indonesia yang menggunakan kurikulum 1013 (kurtilas), materi ini disampaikan agar siswa mampu memahami struktur dan kaidah teks laporan hasil observasi dan juga siswa  mampu menginterpretasi makna teks laporan hasil observasi baik melalui lisan maupun tulisan.

Di artikel kali ini saya akan jelaskan tentang hal-hal yang berkaitan dengan teks laporan hasil observasi secara lengkap dari mulai pengertian, struktur isi, ciri bahasa, kaidah kebahasaan, langkah-lagkah penulisan dan juga disertai contoh teks laporan hasil observasi.

Dengan mempelajari dan memahami teks hasil observasi ini diharapkan anda mampu untuk:

  • Mengenal struktur isi teks laporan hasil observasi
  • Mengenal ciri bahasa  teks laporan hasil observasi
  • Mengenal isi teks laporan hasil observasi makna kata, istilah, ungkapan dalam teks laporan hasil observasi
  • Lebih memahami isi teks laporan hasil observasi



teks laporan hasil observasi


Pengertian Teks Laporan Hasil Observasi

Pengetian teks laporan hasil observasi adalah sebagai berikut:

a. Teks Laporan hasil observasi adalah teks yang berisi penjabaran umum mengenai sesuatu yang disusun dan didasarkan pada hasil pengamatan dan fakta yang ada melalui kalimat deskripsi. 

b. Teks Laporan hasil observasi adalah Teks yang berfungsi menjelaskan suatu objek atau fenomena yang didasari oleh hasil pengamatan. Dalam penyusunannya, teks ini memaparkan fakta-fakta dengan jelas dan terperinci

Teks laporan hasil observasi adalah teks yang memiliki fungsi untuk memberikan informasi mengenai suatu objek atau situasi dan hal lain yang telah diamati, diinvestigasi, atau diteliti secara sistematis. Pengertian tersebut sejalan dengan pendapat Kosasih (2014, hlm.43) yang menyatakan bahwa laporan hasil observasi adalah teks yang mengemukakan fakta-fakta yang diperoleh melalui pengamatan.

Teks ini berisi hasil observasi dan analisis secara sistematis. Artinya, Teks laporan hasil observasi menyajikan informasi tentang suatu hal secara apa adanya, kemudian dikelompokkan lalu dianalisis secara sistematis sehingga dapat menjelaskan suatu hal secara terperinci dari sudut pandang keilmuan.

Laporan hasil observasi bisa berupa hasil riset secara mendalam mengenai suatu benda, tumbuhan, hewan, ekosistem, dan konsep-konsep ilmiah lainnya. Biasanya, teks laporan observasi bersisi fakta-fakta yang dapat dibuktikan secara ilmiah. Terkadang, fakta-fakta dari hasil observasi juga ditampilkan menggunakan gambar yang berupa tabel, grafik, atau bagan agar lebih menarik dan mudah dicermati.

Struktur isi teks laporan hasil observasi

Struktur isi teks laporan hasil observasi terdiri dari tiga bagian sebagai berikut:

1. Pendahuluan
Di dalam pendahuluan, teks laporan hasil obesrvasi berisikan tentang penjelasan umum atau klarifikasi atau definisi umum umum.

2. Isi 
Di dalam isi teks laporan hasil observasi terdapat 3 struktur yaitu:
  • Definisi umum
  • Definisi Bagian dan
  • Definisi manfaat

3. Penutup
Di bagian penutup terdapat kesimpulan

Teks laporan observasi secara umum terdiri dari: pernyataan umum, deskripsi bagian, dan simpulan. Berikut adalah penjelasannya.

  1. Pernyataan Umum/Definisi Umum
    Bagian ini memuat definisi, kelompok/kelas, keterangan umum dan berbagai informasi tambahan mengenai subjek yang telah diobservasi. Pernyataan umum dapat berisi informasi umum mengenai nama latin hewan, asal-usul tanaman, jenis kelompok, dsb.Ciri kebahasaan yang digunakan pada bagian ini biasanya menggunakan istilah khusus dalam bidang tertentu. Sementara itu, definisi akan banyak menggunakan kata “adalah” dan “merupakan”. Penggunaan kata “yang” sebagai pembeda juga akan banyak ditemukan dalam kalimat definisi.
  2. Deskripsi Bagian
    Merupakan perincian bagian-bagian yang membentuk kesatuan hal yang dilaporkan. Misalnya, jika binatang mencakup ciri fisik, habitat, makanan dan perilaku. Sementara itu, perincian bagian-bagian tumbuhan dapat berupa ciri fisik bunga, akar, buah, dsb. Perincian manfaat seperti kandungan nutrisi pada buah dapat dipaparkan juga pada bagian ini.Jika yang dilaporkan berupa objek, maka deskripsi bagian berisi klasifikasi objek dari berbagai segi dan deskripsi manfaat suatu objek hingga sifat-sifat khusus objek.Ciri bahasa bagian ini menggunakan kata khusus dan kalimat-kalimat yang menjelaskan (merinci). Deskripsi bagian juga banyak menggunakan istilah dalam bidang ilmu seperti: fotosintesis, simbiosis, dsb. Kalimat wajib menggunakan kata baku dan kalimat efektif. Kata sambung yang sering digunakan adalah: yaitu, dan, selain itu, di samping itu, dari segi.
  3. Simpulan
    Berisi ringkasan umum mengenai hal yang dilaporkan (opsional).

Ciri-Ciri Bahasa teks laporan hasil observasi

Ciri-ciri dari teks hasil observasi adalah sebagai berikut:

  1. Mengandung fakta.
  2. Bersifat objektif.
  3. Ditulis sempurna dan lengkap.
  4. Tidak memasukkan unsur-unsur yang menyimpang, mengandung prasangka atau pemihakan
  5. mengandung prasangka, atau pemihakan.
  6. Disajikan secara menarik, tatas bahasa jelas, isinya
  7. berbobot, dan susunan logis.
  8. Teks laporan sering dimulai dg kalimat definisi tentang penggolongan atau klasifikasi. seperti contoh: (a) Mamalia adalah binatang yang menyusui. atau (b) “Kucing besar” itu adalah hewan pemangsa dan pemakan daging.
  9. Dalam laporan observasi sering digunakan kelompok nomina (kata benda) dengan penjenis dan kelompok nomina dengan pendeskripsi. 
  10. Kelompok nomina dg penjenis tidak bisa disisipi oleh kata apa pun. Kedua kata itu harus saling berdekatan. 
  11. Kelompok nomina dg pendeskripsi dapat disisipi, misalnya dengan kata penyangat, seperti sangat atau terlalu dan kata pewatas seperti yang.
  12. disajikan secara menarik, baik dalam hal tata bahasa yang jelas, isinya berbobot, maupun susunan logis.

Seperti teks yang lain, teks laporan hasil observasi memiliki ciri khas yang membuat teks ini berbeda dari teks yang lain. Berikut ini adalah beberapa ciri tersebut.

  1. Isi yang dibahas biasanya berupa ilmu tentang suatu objek atau konsep yang diobservasi.
  2. Objek yang dibahas bersifat sangat umum sehingga menjelaskan ciri umum semua yang termasuk kelompok atau kategori objek yang diobservasi. Contohnya: museum, bukan spesifik salah satu benda yang dipajang di museum. Pantai, bukan hanya air laut atau pasir saja.
  3. Bertujuan untuk menjelaskan sesuatu dari sudut pandang ilmu (pengetahuan).
  4. Objek atau sesuatu hal yang diobservasi dijelaskan secara sistematis, terperinci, dan mengulas bagian-bagiannya, dan objektif (sesuai dengan kenyataan, tidak kurang dan tidak lebih).
  5. Merinci objek atau hal yang diobservasi secara sistematis dari sudut pandang ilmu (saintifik) yang biasanya membagi penjabaran menjadi: definisi, klasifikasi, jabaran ciri objek.  

Nurhanifah (2014, hlm. 19) mengemukakan bahwa teks laporan hasil observasi bertujuan untuk memberikan informasi umum tentang berbagai kelas benda atau sesuatu yang dicermati, seperti hewan, pepohonan, batu-batuan, telepon genggam, dsb.

Melalui penjabaran ciri laporan observasi yang sebelumnya telah dipaparkan, dapat disimpulkan bahwa laporan hasil observasi disajikan dengan tujuan untuk menjelaskan sesuatu dari sudut pandang ilmu, memerinci objek atau hal yang diobservasi secara sistematis, terperinci dan mengulas bagian-bagiannya dengan objektif.

Objek Laporan Hasil Observasi bersifat sangat umum, sehingga menjelaskan ciri umum secara keseluruhan yang termasuk dalam kategori atau kelompok objek yang diobservasi. Laporan hasil observasi seharusnya disusun ketika kita telah melakukan pengamatan atau observasi.


Langkah-langkah penyusunan teks laporan hasil observasi

Untuk membuat teks laporan hasil observasi agar lebih mudah, maka langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:
  1. Melakukan observasi objek penelitian yang akan dijadikan judul laporan
  2. Menentukan judul laporan yang baik dan benar sesuai dengan pengamatan yang dilakukan
  3. Menusun kalimat pembuka
  4. Menusun isi laporan yang berisi gagasan atau ide pokok dan saran yang disertai alasan terhadap laporan hasil pengamatan.
  5. Menulis kalimat penutup.
Untuk menyusun teks laporan hasil observasi setiadaknya anda harus melihatkan  5W + 1 H dengan uraian sebagai berikut:
  1. What (apa)
  2. Who (siapa)
  3. When (kapan)
  4. Where (dimana)
  5. Why (mengapa)
  6. How (Bagaimana)

Untuk membuat teks hasil observasi yang menarik maka syarat-syarat di bawah ini harus terpenuhi:
  1. Objek yang akan diamati harus menarik.
  2. Objektif.
  3. Disusun secara sistematis.
  4. Dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.
  5. Menggunakan bahasa yang efektif dan logis.

Contoh teks laporan hasil observasi

Berikut adalah salah satu contoh teks laporan hasil observasi tentang sampah:

Sampah

Sampah merupakan material sisa yang tidak diinginkan setelah berakhirnya suatu proses. Sampah dapat bersumber dari alam, manusia, konsumsi, nuklir, industri, dan pertambangan. Sampah di bumi akan terus bertambah selama masih ada kegiatan yang dilakukan oleh baik alam maupun manusia. Sampah yang dihasilkan di Indonesia mencapai 11.330 ton per hari. Sampah dapat dibedakan berdasarkan sifat dan bentuknya. Berdasarkan sifatnya, sampah bibagi menjadi dua, yaitu sampah organik dan anorganik. Sampah organik merupakan sampah yang dapat diuraikan atau degradable.
Contoh sampah organik adalah sampah yang mudah membusuk seperti sisa makanan, sayuran, daun-daun kering, dan sebagainya. Sampah ini dapat diolah menjadi kompos. Sedangkan sampah anorganik merupakan sampah yang tidak mudah diuraikan atau
undegradable.

Contoh sampah anorganik adalah sampah yang tidak mudah membusuk, seperti plastik, kayu, kaca, kaleng, dan sebagainya. Sampah anorganik didaur ulang oleh home industry untuk mengurangi jumlah sampah serta dijadikan sebagai peluang usaha. Berdasarkan bentuknya, sampah dapat dibedakan menjadi sampah padat, cair, alam, konsumsi, manusia dan radioaktif.

Sampah padat adalah sampah yang berwujud padat. Sampah padat dapat berupa sampah rumah tangga: sampah dapur, kebun, plastik, metal, gelas dan lain-lain. Sampah organik dan anorganik termasuk sampah padat. Sampah ini dapat dibedakan berdasarkan kemampuan diurai oleh alam atau biodegrability menjadi sampah padat biodegradable (sampah yang dapat diuraikan oleh proses biologi) dan sampah padat non-biodegradable (tidak dapat diuraikan oleh suatu proses biologi. Sampah padat non-biodegradable ada dua jenis yaitu recyclable (dapat diolah kembali) dan non-recyclable (tidak dapat diolah kembali).

Sampah Cair adalah bahan cairan yang telah digunakan dan tidak diperlukan lagi seperti limbah. Limbah adalah sampah cair yang dihasikan dari aktivitas industri. Limbah dapat dibagi menjadi dua yaitu limbah hitam dan limbah rumah tangga. Limbah hitan adalah sampah cair yang mengandung patogen berbahaya yang berasal dari toilet, sedangkan limbah rumah tangga adalah sampah cair yang dihasiklan dari dapur, kamar mandi, dan tempat cucian.

Sampah alam merupakan sampah yang diproduksi oleh alam dan diuraikan melalui proses daur ulang alami. Contoh dari sampah alam adalah daun kering di hutan yang terurai menjadi tanah. Sampah manusia adalah istilah yang digunakan terhadap hasil-hasil pencernaan manusia, seperti feses dan urin. Sampah manusia dapat menimbulkan dampak negatif bagi kesehatan manusia karena dapat dikatakan sebagai sarana perkembangan penyakit yang disebabkan oleh virus dan bakteri.

Sampah konsumsi merupakan sampah yang dihasilkan oleh kegiatan konsumsi manusia dan dibuang ke tempat sampah. Jumlah sampah konsumsi sampai sekarang tidak melebihi jumlah sampah industri. Limbah radioaktif adalah sampah nuklir yang merupakan hasil dari fusi nuklir dan fisi nuklir yang menghasilkan uranium dan thorium. Limbah radioaktif berbahaya bagi lingkungan dan kehidupan manusia karena menghasilkan radiasi yang berdampak buruk terhadap kesehatan manusia. Oleh karena itu sampah nuklir disimpan ditempat-tempat yang tidak berpotensi tinggi.

Perbedaan Laporan Hasil Observasi dengan Teks Deskripsi

Apakah struktur di atas terdengar familiar? Ya, struktur yang dijabarkan di atas mirip dengan teks deskripsi. Teks laporan sering dianggap sama dengan teks deskripsi, padahal berbeda. Perbedaan utama yang paling menonjol di antara keduanya terletak pada sifatnya. Teks laporan bersifat global dan universal, sedangkan teks deskripsi bersifat unik dan individual.

Selain itu, sebetulnya teks laporan observasi akan memiliki struktur teks yang tersusun secara baku dan lengkap, yakni mencakup: pendahuluan, pembahasan, dan simpulan. Teks itu dapat pula dilengkapi dengan kata pengantar, daftar isi, dan daftar pustaka (Kosasih, 2013, hlm. 49). Seharusnya, laporan observasi akan berbentuk makalah sempurna.

Namun, makalah sempurna seperti itu sebetulnya tidak dapat dikategorikan menjadi teks laporan hasil observasi, karena akan memuat banyak jenis teks lain. Laporan observasi yang dimaksud di sini adalah salah satu bagian dari makalah sempurna saja, berupa deskripsi dan penjabaran dari observasi yang merupakan salah satu  kegiatan penelitian ilmiah.

Kaidah Kebahasaan Laporan Hasil Observasi

Secara umum, laporan hasil observasi harus ditulis dengan menggunakan kalimat efektif, bahasa baku, ejaan dan tanda baca yang tepat. Laporan hasil observasi akan banyak memuat kata peristilahan khusus seperti dalam biologi: fotosintesis, mikroba, simbiosis, dsb.

Selain itu, menurut Tim Studi Edukasi (2015, hlm.19) teks laporan hasil observasi juga akan banyak memuat beberapa jenis kalimat di bawah ini.

  1. Kalimat Definisi
    kalimat yang mengandung pembatasan cakupan pengertian mengenai suatu hal, sehingga menjadi jelas dan nyata. Contohnya, Sapi adalah hewan ternak anggota suku Bovidae dan anak suku Bovinae.
  2. Kalimat deskripsi
    Kalimat yang berisi gambaran sifat-sifat benda yang dideskripsikan. Contohnya: Sapi adalah herbivora atau pemakan tumbuhan.
  3. Referensi
    Jika dalam teks terdapat referensi dari tulisan lain, maka sumber tulisan tersebut harus dimuat di dalam laporan tersebut. Misalnya, jika kita mengambil beberapa istilah dari buku, maka buku sumber tersebut harus kita cantumkan.
Selain struktur teks, teks hasil observasi ini juga memiliki beberapa kaidah kebahasaan yang membuat teks ini menjadi khas dan agar mudah diketahui bahwa jenis teks ini adalah teks laporan hasil observasi. 

Berikut adalah beberapa kaidah kebahasaan teks laporan hasil observasi:
  1. Merupakan hasil dari pengamatan atau penelitian terbaru dan terkini.
  2. Bersifat universal.
  3. Bahasa yang digunakan adalah Bahasa Indonesia yang baik dan benar sesuai dengan KBBI.
  4. Membahas objek tunggal.
  5. Tidak ada bagian penutup dari penulis.
  6. Adanya frasa atau kelompok kata dibagi menjadi
  7. Adanya konjungsi dan yang digunakan untuk menambahkan sifat-sifat untuk anggota kelas yang sama
  8. Adanya konjungsi tetapi yang digunakan untuk menyatakan perbedaan angara anggota kelas yang satu dengan anggota kelas yang lain.
  9. adanya konjungsi sementara itu, sedangkan, selanjutnya
  10. Adanya kalimat simpleks, yaitu kalimat yang hanya terdiri dari satu struktur dengan satu verba utama
  11. Adanya kalimat kompleks, yaitu  kalimat yang terdiri dari dua struktur atau lebih dengan dua atau lebih verta utama.

Kata Baku

Kata baku adalah kata yang seusai dengan perbendaharaan kata formal yang sesuai dengan panduan ejaan bahasa Indonesia (PUEBI). Kesalahan kata yang tidak baku sering terjadi karena penyerapan yang tidak tepat dari bahasa lain. Terkadang, campuran bahasa daerah juga menjadi penyebabnya. Berikut adalah contoh kata yang tidak baku, dilengkapi dengan kata yang seharusnya digunakan (baku).

 

Kata Tidak BakuKata Baku (Seharusnya)
NgeliatMelihat
MempengaruhiMemengaruhi
MerubahMengubah
HipotesaHipotesis
NgelihatMelihat

Kalimat Efektif

Kalimat efektif adalah kalimat yang berdasarkan kaidah dan struktur bahasa Indonesia, dengan pilihan kata yang baku, efektif (tidak boros), paralel (senada), dan cermat sehingga penjelasannya tidak menimbulkan tafsir yang berbeda. Kalimat efektif dapat dicapai dengan beberapa unsur dibawah Ini.

  1. Keparalelan
    Keparalelan adalah kesamaan bentuk atau harmonisasi kata yang digunakan dalam kalimat. Contoh:
    Hutan bakau dikelompokkan berdasarkan pembentukan, pasang surutnya air, dan cara memanfaatkan. (kurang paralel)
    Hutan bakau dikelompokkan berdasarkan pembentukan, pasang surutnya air, dan cara pemanfaatan. (paralel)
  2. Kehematan
    Penghematan dapat dilakukan dengan cara pengulangan subjek. Contoh:
    Karena ia tidak diundang, dia tidak datang ke tempat itu. (tidak hemat)
    Karena tidak diundang, ia tidak datang ke tempat itu. (hemat)Penghematan kata dapat dilakukan dengan cara menghindarkan kesinoniman dalam satu kalimat. Contoh:
    Sejak dari pagi dia bermenung. (tidak hemat)
    Sejak pagi dia bermenung. (hemat)Penghematan dapat dilakukan dengan cara menghindarkan pemakaian superordinat pada hiponimi kata. Contoh:
    Ia memakai baju warna merah. (tidak hemat)
    Ia memakai baju merah. (hemat)Penghematan dapat dilakukan dengan cara tidak menjamakkan kata-kata yang berbentuk jamak. Contoh:
    Para tamu-tamu datang tepat waktu. (tidak hemat)
    Para tamu datang tepat waktu. (hemat)
  3. Kecermatan
    Kecermatan berarti membuat kalimat yang tidak bermakna ganda, sehingga kalimat tidak akan menimbulkan tafsiran lain yang dapat membuat pembacanya salah paham. Contoh:
    Mahasiswa perguruan tinggi yang terkenal itu menerima hadiah. (salah, makna ganda)
    Mahasiswa perguruan tinggi terkenal itu menerima hadiah. (benar)

Langkah Menulis Teks Laporan Hasil Observasi

Kosasih (2013:81) memaparkan, langkah-langkah sistematis untuk menulis laporan hasil observasi adalah sebagai berikut.

  1. Melakukan observasi atau pengamatan lapangan dengan kriteria objek menarik dan sebisa mungkin dikuasai atau memungkinkan untuk dilakukan.
  2. Membuat daftar topik-topik yang dapat dikembangkan menjadi laporan.
  3. Menyusun kerangka laporan, yakni dengan menomori topik-topik itu sesuai dengan urutan yang dikehendaki.
  4. Mengembangkan kerangka yang telah disusun menjadi suatu teks yang padu. Dalam tahap ini, kita harus menjadikan topik-topik itu menjadi kalimat yang jelas. Kita pun bisa saja membuat kalimat tambahan yang fungsinya sebagai pengikat sehingga kalimat-kalimat yang ada menjadi padu.

Referensi

  1. Kosasih, E. (2014). Jenis-jenis Teks (Analisis Fungsi, Struktur, dan Kaidah serta Langkah Penulisannya). Bandung: Yrama Widya.
  2. Kosasih. (2013). Cerdas Berbahasa Indonesia untuk SMA/MA Kelas X Berdasarkan Kurikulum 2013.
  3. Nurhanifah (2014). Jenis-jenis Teks. Yogyakarta : Gava Media.
  4. Tim Studi Edukasi. (2015). Mangkus Berbahasa Indonesia. Bandung: Yrama Widya.

Sabtu, 18 Juli 2020

ANALISIS WACANA KRITIS THEO VAN LEEUWEN (CRITICAL DISCOURSE ANALYSIS)


Theo van Leeuwen - ESFLC 2020

Theo van Leeuwen memperkenalkan model analisis wacana untuk mendeteksi dan meneliti bagaimana suatu kelompok atau seseorang dimarjinalkan posisinya dalam suatu wacana. Bagaimana suatu kelompok yang dominan lebih memegang kendali dalam menafsirkan suatu peristiwa dan pemaknaannya, sementara kelompok lain yang lebih rendah posisinya cenderung terus menerus sebagai objek pemaknaan, dan digambarkan buruk.

Analisis Van Leeuwen secara umum menampilkan bagaimana pihak-pihak dan aktor ditampilkan dalam pemberitaan. Ada dua pusat perhatian. Pertama, proses pengeluaran (exclusion). Apakah dalam suatu teks berita, ada kelompok atau aktor yang dikeluarkan dalam pemberitaan, dan strategi wacana apa yang dipakai untuk itu. Kedua, proses pemasukan (inclusion). Kalau exclusionberhubungan dengan pertanyaan bagaimana proses suatu kelompok dikeluarkan dari teks pemberitaan, maka inclusion berhubungan dengan pertanyaan bagaimana masing-masing pihak atu kelompok ditampilkan lewat pemberitaan.

A. Exclusion

Ada beberapa strategi bagaimana suatu aktor dikeluarkan dalam pembicaraan. Diantaranya digambarkan sebagai berikut: 

1. Pasivasi.

Ekslusi adalah suatu isu yang sentral dalam analisis wacana. Pada dasarnya ini adalah proses bagaimana satu kelompok atau aktor tertentu tidak dilibatkan dalam suatu pembicaraan atau wacana. Penghilangan aktor sosial ini untuk melindungi dirinya.

2. Nominalisasi

Strategi wacana lain yang sering dipakai untuk menghilangkan kelompok atau aktor sosial tertentu adalah lewat nominalisasi. Sesuai dengan namanya, strategi ini behubungan dengan mengubah kata kerja (verba) menjadi kata benda (nomina). Umumnya dilakukan dengan memberi imbuhan “pe-an”.

Kenapa nominalisasi dapat menghilangkan aktor/subjek dalam pemberitaan? Ini adahubungannya dengan transformasi dari bentuk kalimat aktif. Dalam struktur kalimat aktig, selalu membutuhkan subjek. Nominalisasi tidak membutuhkan subjek, karena nominalisasi pada dasarnya adalah proses mengubah kata kerja yang bermakna tindakan/kegiatan menjadi kata benda yang bermakna peristiwa dan seterusnya

 

3. Pengganti anak kalimat

Pengganti subjek juga bisa dilakukan dengan memakai anak kalimat yang sekaligus berfungsi sebagai pengganti aktor.

Contoh (tanpa anak kalimat): Begal menembak penjaga toko hingga terluka

Contoh (dengan anak kalimat): Berupaya melarikan diri, tembakan dilepaskan. Akibatnya seorang penjaga toko terluka. 

B. Inclusion

Ada beberapa macam strategi wacana yang dilakukan ketika seseuatu, seseorang atau kelompok ditampilkan dalam teks. Van Leeuwen menjelaskannya sebagai berikut:

1. Differensiasi - Indefferensiasi

Suatu peristiwa atau seorang aktor sosial bisa ditampilkan dalam teks secara mandiri, sebagai suatu peristiwa yang unik atau khas, tetapi bisa juga dibuat kontras dengan menampilkan peristiwa atau aktor lain dalam teks.

Hadirnya (inclusion) peristiwa atau kelompok lain selain yang diberitakan itu, menurut Van Leeuwen, bisa menjadi penanda yang baik bagaimana suatu kelompok atau peristiwa direpresentasikan dalam teks. Penghadiran kelompok atau peristiwa lain itu secara tidak langsung ingin menunjukkan bahwa kelompok itu tidak bagus dibandingkan kelompok lain.

 

2. Objektivasi - Abstraksi

Elemen wacana ini berhubungan dengan pertanyaan apakah informasi mengenai suatu peristiwa atau aktor sosial ditampilkan dengan memberi petunjuk yang konkret ataukah yang ditampilkan adalah abstraksi. Misalnya (objektivasi): Indonesia telah 2 kali memenangkan piala AFF. Sementara abstraksinya adalah: Indonesia telah berkali-kali memenangkan piala AFF.

 

3. Nominasi - kategorisasi

Dalam suatu pemberitaan mengenai aktor atau mengenai suatu permasalahan, seringkali terjadi pilihan apakah aktor tersebut ditampilkan apa adanya, ataukah yang disebut adalah kategori dari aktor sosial tersebut. Kategori ini bisa bermacam-macam, yang menunjukkan ciri penting dari seseorang, bisa berupa agama, status, bentuk fisik dan sebagainya.

Contoh (nominasi): laki-laki itu memenangkan kejuaraan lari.

Contoh (kategorisasi): laki-laki berbadan tegap itu memenangkan kejuaraan lari.

 

4. Nominasi - Identifikasi

Strategi ini hampir mirip dengan kategorisasi, yakni bagaimana suatu kelompok, peristiwa atau tidnakan tertentu didefinisikan. Bedanya dalam identifikasi, proses pendefinisian itu dilakukan dengan memberi anak kalimat sebagai penjelas. Disini ada dua proposisi, dimana proposisi kedua adalah penjelas atau keterangan dari proposisi pertama. 

5. Determinasi – Indeterminasi

Dalam pemberitaan sering kali aktor atau peristiwa disebutkan secara jelas, tapi sering kali juga tidak jelas. Anonimitas ini bisa jadi karena wartawan belum mendapatkan bukti yang cukup untuk menulis, sehhingga lebih aman untuk menulis anonim. Bisa jadi pula karena ketakutan struktural kalau kategori yang jelas dari seorang aktor sosial tersebut disebut dalam teks. Apapun alasannya, ada kesan yang berbeda ketika diterima oleh khalayak.

Contoh (indeterminasi): Pejabat “A” terlibat dalam skandal B.

Contoh (Dterminasi): orang dekat presiden disebut-sebut terlibat dalam skandal B.

6. Asimilasi – Individualisasi

Strategi wacana ini berhubungan dengan pertanyaan, apakah aktor sosial yang diberitakan ditunjukkan dengan jelas kategorinya atau tidak. Asimilasi terjadi ketika dalam pemberitaan bukan kategori aktor sosial yang spesifik yang disebut dalam berita tetapi komunitas atau kelompok sosial dimana tersebut berada. 

7. Asosiasi – Diasosiasi

Strategi wacana ini berhubungan dengan pertanyaan, apakah aktor atau suatu pihak ditampikan sendiri atau ia dihubungkan dengan kelompok lain yang lebih besar

Kerangka Analisis

Van leeuwen membangun suatu model yang secara umum menggambarkan bagaimana aktor ditampilkan dalam pemberitaan. Van Leeuwen sangat peka dengan kemungkinan marjinalisasi atau pengucilan aktor dalam pemberitaan.

Menurut Van Leeuwen ada dua hal yang perlu diperhatikan ketika memeriksa aktor sosial dalam pemberitaan tersebut. Pertama, ekslusi: apakah dalam teks berita aktor sosial dihilangkan atau disembunyikan dalam pemberitaan. Kedua inklusi: bagaimana aktor yang disebut itu ditampilkan dalam pemberitaan.

 

Tingkat

Yang Ingin Dilihat

Ekslusi

Apakah ada aktor yang dihilangkan atau disembunyikan dalam pemberitaan


Bagaimana strategi yang dilajukan untuk menyembunyikan atau menghilangkan aktor tersebut

Inklusi

Dari aktor sosial yang disebut dalam berita, bagaimana mereka ditampilkan dan dengan strategi apa pemarjinalan atau pengucilan itu dilakukan

 

 

Blogger news

Blogroll

Change Background of This Blog!


Pasang Seperti Ini

About