Pendidikan merupakan aspek penting dalam sebuah negara. Setiap negara akan berlomba-lomba untuk meningkatkan kualitas pendidikan di daerah masing-masing, karena kemajuan dari berbagai bidang di negaranya berawal dari sebaik apa negara itu menjalankan sistem pendidikan untuk mencetak sumber daya manusia yang berkualitas. Berbagai cara telah dikembangkan oleh para pakar di bidang pendidikan setiap negara, mengingat bidang yang satu ini juga menjadi acuan penting dalam menentukan kualitas dari suatu negara. Tidak jarang kita mendengar metode-metode unik dan menarik yang diterapkan dalam bidang pendidikan oleh negara-negara tetangga. Hal ini tentu saja memicu Indonesia untuk terus mengerahkan upaya dalam rangka memajukan kualitas pendidikan di negara ini.
Di Indonesia sendiri, pendidikan telah cukup banyak menyita perhatian dari semua kalangan. Bukan hanya pemerintah, bahkan seluruh lapisan masyarakat turut berkontribusi dalam memajukan pendidikan Indonesia. Hal ini terjadi karena bagi masyarakat Indonesia, pendidikan memiliki inti yang cukup penting bagi masa depan mereka. Di mata mereka , pendidikan tidak lagi menjadi acuan untuk menentukan kualitas suatu negara melainkan sebuah kualifikasi untuk mencapai kesuksesan di masa depan. Kita bisa melihat banyak perusahaan besar di tanah air yang mencantumkan ketentuan untuk melampirkan ijazah pendidikan serendah-rendahnya SMA/sederajat atau bahkan S1 sebagai syarat dalam penerimaan karyawan baru. Dengan melihat fakta tersebut, maka bisa kita asumsikan bahwa yang pertama terlintas dalam benak masyarakat adalah dengan pendidikan mereka bisa mendapatkan pekerjaan, dan dengan pekerjaan mereka bisa meraih kesuksesan. Secara tidak langsung, jika semua masyarakat memiliki pemikiran seperti itu maka kualitas hidup mereka akan terangkat dan ini tentu saja akan membawa dampak yang baik bagi penilaian terhadap kualitas negara.
Namun jika kita melihat ke lapangan, kenyataan yang ada berbeda dengan apa yang diasumsikan. Untuk mengetahuinya coba kita perhatikan realitas yang terjadi di lingkungan kita sendiri terlihat kini sudah tidak jarang kita menemukan orang-orang yang menyandang gelar sarjana namun belum memiliki perkerjaan dan orang-orang tidak berpendidikan namun bisa mendapat pekerjaan dan mancapai kesuksesan. Bahkan terdengar ungkapan yang mengatakan bahwa angka pengangguran dari orang-orang berpendidikan hampir menyamai angka pengangguran orang-orang yang tidak mendapat pendidikan. Tentu saja hal ini menimbulkan pemikiran baru di kalangan masyarakat. Kebanyakan dari masyarakat Indonesia mulai berpikir bahwa pendidikan bukanlah kunci kesuksesan seperti dulu. Dengan pemikiran baru itu muncul pula masalah baru dalam bidang pendidikan di Indonesia. Masalah baru tersebut ialah berkurangnya kepercayaan kepada dunia pendidikan yang juga mengurangi keinginan masyarakat terutama generasi muda untuk menuntut ilmu atau bersekolah.
Bagi masyarakat Indonesia yang sebagian besar kemampuan ekonominya masih tergolong menengah ke bawah, bersekolah tidak hanya menghabiskan banyak biaya namun juga menyita waktu dan pikiran mereka untuk suatu hal yang belum pasti. Melihat kenyataan yang ada, banyak generasi muda yang membatalkan niat mereka untuk bersekolah dan memilih untuk menjadi pekerja kasar atau pedagang kaki lima sejak dini agar mampu mengatasi masalah perekonomian keluarga mereka. Dibandingkan menghabiskan waktu mereka untuk menuntut ilmu selama lebih dari 12 tahun, mereka lebih memilih untuk berkerja dan mengumpulkan uang untuk memenuhi kebetuhan hidup mereka. Dengan bekerja mereka akan menghasilkan uang yang berguna untuk membeli makanan dan kebutuhan sehari-hari, namun jika mereka menggunakan waktu untuk bersekolah mereka bukan hanya tidak bisa menghasilkan uang bahkan uang yang mereka gunakan untuk membeli kebutuhan pokok itu harus disisihkan untuk membeli perlengkapan sekolah. Melihat keadaan yang seperti itu, sangat kecil kemungkinan untuk bersekolah bagi para generasi muda tersebut.
Dengan keadaan seperti paparan di atas, maka masalah terbesar dalam pembahasan kita kali ini ialah kurangnya jaminan meraih kesuksesan sekalipun seseorang memiliki pendidikan yang tinggi. Karena hal itulah maka mulai terpikir bahwa menuntut ilmu demi kesuksesan di masa depan bukanlah hal yang paling dibutuhkan generasi muda saat ini untuk menjawab kesulitan ekonomi keluarga mereka. Maka dari itu kita perlu mengetahui alasan yang bisa diterima dari masalah kali ini. Menurut Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Gowa, Idris Faisal Kadir, telah terjadi kesenjangan di antara dunia pendidikan dan dunia kerja. Beliau menuturkan bahwa lulusan dari dunia pendidikan bukanlah sumber daya manusia siap kerja, melainkan siap latih. Hal itulah yang menyebabkan dunia pendidikan tidak dapat memenuhi semua hal yang dibutuhkan dunia kerja.
Pernyataan tersebut cukup kuat untuk mengungkap alasan dari semua masalah. Faktanya dalam dunia pendidikan, kita lebih difokuskan untuk mempelajari teori-teori dari sebuah materi. Dengan sistem seperti itu mungkin akan banyak generasi muda berpengetahun luas yang tercetak, namun yang dibutuhkan dalam dunia kerja tidak hanya pengetahuan yang didasarkan pada teori. Yang lebih dibutuhkan dalam dunia kerja ialah kemampuan setiap orang untuk bersaing di tengah situasi dan kondisi lapangan yang tidak jarang berbeda dari teori yang diajarkan. Di tengah persaingan global saat ini, dunia kerja membutuhkan orang-orang yang mudah beradaptasi dengan keadaan dan mampu mengembangkan pemikirannya untuk terus menciptakan suatu hal yang lebih kreatif dan inovatif. Seseorang yang mengetahui banyak teori dalam suatu materi belum tentu bisa bekerja dengan baik, mereka juga dituntut untuk bisa memiliki pemikiran yang luas sesuai dengan perkembangan keadaan dunia saat ini. Jadi belum tentu seseorang bisa sukses di dunia kerja hanya dengan berbekal teori dan pemahaman materi yang baik.
Selain itu, dunia pendidikan sejauh ini lebih banyak menciptakan generasi pekerja bukan pencipta lapangan pekerjaan. Ini terbukti dari banyaknya pengangguran berpendidikan yang tidak bekerja karena kesulitan untuk beradaptasi di dunia kerja dan tidak mampu menciptakan lapangan pekerjaan sendiri. Jika hal ini dibiarkan, kualitas hidup bangsa Indonesia akan semakin tertinggal dari negara lain.
Oleh karena itu bagi kita yang sudah menyadari semua ini, maka bagaimana pun masalah yang dialami dalam bidang pendidikan kita saat ini, haruslah berupaya mencari solusi untuk menyelesaikannya. Namun pelaksanaan solusi tersebut harus selalu didasari pada hati nurani dan rasa pengabdian kepada negara sehingga hasil yang didapatkan memanglah hasil yang optimal.